• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Jumat, 26 April 2024

Regional

3 Hal Penting dalam Berjamiyah Menurut Ketua PWNU Jateng

3 Hal Penting dalam Berjamiyah Menurut Ketua PWNU Jateng
Penyerahan cenderamata kepada Ketua PWNU Jateng KH M Muzamil dari PW IPPNU Jateng. (Foto: NU Online Jateng/M Zulfa)
Penyerahan cenderamata kepada Ketua PWNU Jateng KH M Muzamil dari PW IPPNU Jateng. (Foto: NU Online Jateng/M Zulfa)

Semarang, NU Online Jateng

Pimpinan Wilayah (PW) Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Jawa Tengah menggelar peringatan hari lahir (harlah) ke-66 IPPNU pada Kamis (11/3). Acara ini bertempat di Pesantren Al-Uswah Gunungpati, Kota Semarang, Jawa Tengah.

 

Acara tersebut dihadiri pula oleh Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jateng KHM Muzamil, Ketua Jamiyah Pengasuh Pesantren Putri dan Mubalighah (JP3M) Kota Semarang, Nyai Aminah Hadlor Ihsan, dan istri Wakil Gubernur (Wagub) Jateng Hj Nawal Nur Arafah.

 

Dalam kesempatan itu, Kiai Muzamil yang semenjak kuliah dikenal lekat dengan dunia pergerakan ini mengingatkan tiga hal penting dalam menggerakkan jamiyah. Ketiga hal ini ialah pentingnya akidah, fikrah, dan amaliah.

 

"Pertama akidah, sebab pembangunan umat atas dasar akidah. Apabila berideologi komunis maka gerakannya pun menjadi komunis. Kedua, fikrah, pemikiran dibangun atas dasar kesepakatan-kesepakatan mulai sahabat hingga salafus salihin diteruskan para ulama-kiai kita," terang Ketua Umum Pengurus Koordinator Cabang (PKC) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Jawa Tengah periode 1995-1997 ini.

 

"Yang terakhir adalah amaliah yang meliputi qunut, tahlilan, ziarah kubur, manaqiban, dan seterusnya. Ketiga hal ini harus selalu menjadi pegangan kita," tambahnya.

 

Selain ketiga hal tersebut, menurut Kiai Muzamil ada hal lain yang tidak bisa ketinggalan, yakni akhlakul karimah yang menjadi ciri penting dalam berjamiyah. "Suri tauladan Kanjeng Nabi Muhammad sebagai sosok sentral tak bisa dilepaskan dari cara kita bermasyarakat dan bernegara," ungkapnya.

 

"Barangsiapa yang tawadhu', maka akan diangkat derajatnya oleh Allah, Man tawadha'a rafa’ahullah," lanjutnya.

 

Kiai yang berumur 55 tahun ini mengenang sesepuh pendiri IPPNU Hj Umroh Machfudzoh yang juga cucu dari KH Abdul Wahab Chasbullah. Dijelaskannya, sosok Mbah Wahab ini merupakan pribadi yang hormat dan tawadhu' kepada gurunya, Hadhratus syekh KH M Hasyim Asy'ari.

 

"Sifat tawadhu' Mbah Wahab ini dibuktikan dengan tidak mampunya menduduki jabatan gurunya sebagai Rais Akbar. Akhirnya, beliau mengganti dengan istilah menjadi Rais Am," ungkapnya.

 

Ia melanjutkan, bila melihat jasa Mbah Wahab yang tak hanya pahlawan bagi NKRI, tapi juga pendiri dan penggerak NU. Teladan inilah yang diingatkan Kiai Muzamil untuk terus menggerakkan jamiyah. "Bisa dimulai dari tingkat yang kecil saudara, teman hingga kepengurusan ranting," tukasnya.

 

Dirinya juga mengapresiasi baik atas kegiatan peringatan Harlah ke-66 IPPNU yang diselenggarakan oleh PW IPPNU Jateng di pesantren ini. "Alhamdulillah back to basic. Sedari awal didirikan, NU selalu berhubungan dengan para pengasuh pondok pesantren," ujarnya.

 

Sementara itu, Pengasuh Pesantren Al-Uswah, KH M Thoyyib Farchany senang dengan kegiatan seperti ini. "IPPNU Jateng telah memberikan gebrakan yang luar biasa, dengan membaca Al-Qur’an sebanyak 660 kali khataman," jelas Abah Thoyyib.

 

"Semoga dengan khataman Al-Qur'an ini kita semua bisa mendapatkan keberkahannya, menjadi ahlul qur'an, dan mampu mengamalkan ajaran-ajarannya. Semoga Indonesia khususnya dengan barakah khataman Al-Qur’an, bisa menjadi negara yang aman, Makmur, dan sentosa," pungkasnya.

 

Penulis: Mukhamad Zulfa

Editor: Ahmad Hanan


Regional Terbaru