• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Rabu, 15 Mei 2024

Opini

PERINGATAN SUMPAH PEMUDA

Pemuda Garda Terdepan Bangsa

Pemuda Garda Terdepan Bangsa
Sumpah Pemuda. (Foto: NU Online Jateng)
Sumpah Pemuda. (Foto: NU Online Jateng)

Oktober bertepatan dengan Bulan Maulid Nabi, Hari Santri, dan Sumpah Pemuda. Tiga rangkaian besar yang mempunyai spirit laku hidup dari uswah Nabi, spirit ulama, dan peran Pemuda. Maulid nabi adalah hari lahir Nabi tentunya diperingati sebagai bentuk kecintaan kita sebagai umat Nabi SAW yang memberikan jalan terang benderang dan sebagai bintang penuntun kehidupan. 

 

Hari Santri sendiri ditetapkan untuk mengingat, meneladani spirit perjuangan dan semangat jihad para santri dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia atas penjajahan di bumi pertiwi yang digelorakan oleh para ulama. Tanggal 22 Oktober merujuk pada satu peristiwa yang bersejarah, yaitu seruan yang dibacakan oleh sang ulama sekaligus pahlawan nasional Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945. Seruan ini berisi resolusi jihad yaitu berkenaan dengan mempertahankan NKRI, mempertahankan Pancasila, serta kewajiban melawan penjajahan.

 

Menilik laju pemuda sebagai generasi bangsa harapannya menjadi pemuda ideal yang berakhlak berkarakter dan berilmu. Namun, sifat ke-Indonesia-an mulai ditanggalkan dengan munculnya arus globalisasi yang menggerus jiwa bangsa. Banyak pemuda tak peduli dengan bangsanya, apalagi memaknai adanya Hari Sumpah Pemuda. Pemuda saat ini mulai tak acuh dan lupa arti Peringatan Sumpah Pemuda, bahkan enggan untuk sekadar mengingatnya. Sangatlah dirasa penting sebagai pemuda berkeinginan kuat untuk memaknai Sumpah Pemuda, karena peristiwa sejarah tersebut berkontribusi banyak terhadap kemerdekaan Indonesia yang pastinya tidak luput dari peran para pahlawan, ulama, pemuda dan santri Indonesia. Kita pahami bersama bahwa sifat kepahlawanan, patriotism, dan nasionalisme perlu tertanam dihati, jiwa dan raga. 

 

Setiap tahun kita memperingati Hari Sumpah Pemuda setiap 28 Oktober. Memperingatinya jelas bukan hanya sebatas rutinitas belaka namun kita harus pahami dan kita maknai lebih jauh lagi. Momentum ini harus kita jadikan waktu yang pas untuk melakukan introspeksi dan refleksi negara kita dalam menghargai sejarah perjuangan para pemuda dan masyarakat Indonesia dalam memperjuangkan melawan penjajah. Banyak para pemuda Indonesia terdahulu yang rela menanggalkan sisi keegoisannya dalam meraih kabahagiaan individu untuk dilebur dan disatukan bersama pemuda lain guna menapaki perjuangan yakni Indonesia Merdeka. Untuk mewujudkanya pun rela mempertaruhkan jiwa, raga, harta maupun benda.

 

Ikrar para pemuda dalam Sumpah Pemuda untuk mengaku bertanah air Indonesia, berbangsa Indonesia, dan berbahasa Indonesia. Pemuda masa kini yang identik dengan pelajar atau santri mestinya mampu memahaminya. Memulai dari hal kecil di mana para pelajar mampu memahami eksistensinya tidak lepas dari semua jasa para pemuda, ulama, dan pahlawan terdahulu, merasa bangga dan cinta dengan tanah airnya. Misal saja dengan kegigihanya belajar yang nantinya ilmu yang didapat mampu menjadi bekal membangun peradaban, khidmah kepada tanah air dengan berbagai cara yang diridhoi orang tua dan guru. 

 

Memiliki semangat kebangsaan, pemuda sebagai pelajar Indonesia harus bercirikan adat dan budaya kita. Dimulai cara berpakaian jelas dapat kita terapkan, apabila pemuda/pelajar yang berkebangsaan Indonesia jelaslah harus rapi dan bergaya pakaian ala Nusantara. Bukanlah bergaya pakaian ala Barat ataupun gaya pakaian ala Timur Tengah yang kini lagi digandrungi sebagian pelajar Indonesia. Pakaian super ketat, serba norak, gaya Timur Tengah, gaya roker, punker dan asesoris yang berlebihan bukanlah ciri khas pemuda bangsa Indonesia. 


Bahasa Indonesia juga patut kita jaga kelestariannya, lihat saja pelajar masa kini yang lebih nyaman dengan bahasa anak gaul yang entah dari mana asal muasalnya. Bahasa pemuda atau pelajar saat ini gunakan jelas saja bukan bahasa yang diikrarkan para pahlawan pemuda dalam ikrar Sumpah Pemuda. Bahasa gaul, slengean, norak, sering kita jumpai sebagai alat komunikasi baik dunia maya maupun nyata. Marilah kita tata kembali ikrar yang telah mulai ditanggalkan para pemuda untuk tetap menjadi Indonesia yang mempunyai jiwa ke-Indonesia-annya.


Apabila kita mampu menjiwai semangat para pemuda terdahulu maka bukan menjadi hal yang mustahil Indonesia akan menjadi bangsa yang besar, bangsa yang mempunyai etos kerja dan semangat yang bergelora untuk berprestasi di kancah lokal, nasional, bahkan internasional sekalipun. Kita harus tetap menjaga semangat kepahlawanan, patriotisme, dan nasionalisme di negara ini. 

 

Kiranya ini mampu menjadi bahan renungan bagi kita semua akan pentingnya pemahaman atas Peringatan Hari Sumpah Pemuda. Sudah saatnya pemuda menjadi benar-benar benih harapan bangsa. Peran pemuda inilah yang nantinya mampu membangkitkan ‘kelesuan macan Asia’.

 

Moh Sukron Mazid, Kader Aswaja dan Santri Kelana


Opini Terbaru