• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Minggu, 28 April 2024

Opini

Memperhatikan Pendidikan Agama Anak di Masa Pandemi

Memperhatikan Pendidikan Agama Anak di Masa Pandemi
Anak-anak seusia ini perlu mendapat perhatian khusus orang tua dalam pendidikan agama. (Foto: NU Online)
Anak-anak seusia ini perlu mendapat perhatian khusus orang tua dalam pendidikan agama. (Foto: NU Online)

Anak adalah karunia dari Allah SWT. Karunia  yang harus disyukuri, dijaga, dan dididik dengan baik. Setiap orang tua menginginkan buah hatinya menjadi sukses. Kesuksesan yang diharapkan adalah kesuksesan di dunia dan  akhirat. 

 

Di masa pandemi ini pendidikan tidak bisa lagi bergantung pada lembaga sekolah. Kebijakan akan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ ​​​​​​) menyebabkan  beralihnya tempat pendidikan dari sekolah pindah ke lingkungan keluarga. Keluarga menjadi tumpuan pendidikan bagi anak. Keluarga adalah tempat utama dan pertama berlangsungnya  pendidikan. 

 

Keluarga sebagai empat utama karena mendidik anak adalah tugas utama orang tua. Pertama, karena anak mendapatkan pendidikan pertama kali dari lingkungan keluarga,  ayah dan ibunya. Sejarah telah membuktikan bahwa generasi-generasi yang tangguh dan sukses adalah mereka yang mendapatkan bekal pendidikan agama dari keluarganya sejak dini. 

 

Al-Qur’an telah mengabadikan kisah-kisah kesuksesan keluarga-keluarga yang menjadikan pendidikan agama sebagai fondasi dalam kehidupannya. Kisah Nabi Ibrahim AS yang berhasil menjadikan  para keturunannya  sebagai nabi atau rasul, kisah Luqman yang notabene beliau bukanlah salah seorang nabi atau rasul tetapi namanya diabadikan dalam Al-Qur’an karena keberhasilannya dalam mendidik anaknya menjadi anak yang saleh.

 

Peran dan tanggung jawab orang tua
Berkenaan dengan kewajiban memelihara dan mendidik tersebut terdapat dalam Q.S. 66/At-Tahrim ayat 6:

 

يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا قُوْا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُوْهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلئِكَةٌ غِلاَظٌ شِدَادٌ لاَّ يَعْصُوْنَ اللهَ مَا اَمَرَ هُمْ وَيَفْعَلُوْنَ ماَ يُؤْ مَرُوْنَ

 

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Q.S. AT-Tahrim: 6)

 

Di masa pandemi ini peran dan tanggung jawab orang tua sangatlah besar. Pembelajaran secara daring dapat menambah intensitas komunikasi orang tua dengan anak. Keadaan ini mampu memberikan atmosfer penanaman pendidikan keagamaan lebih maksimal. Pendidikan agama yang harus ditanamkan kepada anak adalah ketauhidan, aqidah, nilai-nilai agama, dan moral.

 

Kita banyak melihat di sekeliling, anak-anak yang perilakunya sangat jauh  menyimpang dari Islam. Kejahatan, tawuran, narkoba, free seks, LGBT, dan perilaku jelek lainnya.


Kita tidak ingin negara ini hancur. Kehancuran yang dimulai dengan hancurnya para generasi muda. Ada beberapa cara yang dapat diterapkan oleh orang tua dalam melakukan proses pendidikan religi di rumah, di antaranya adalah:

  • Metode  kasih sayang, anak yang mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya dalam dirinya akan tertanam pula sifat kasih sayang. 
  • Metode keteladanan, orang tua dapat menjadi contoh teladan bagi anak-anaknya. Pendidikan agama akan efektif dengan adanya keteladanan. Orang tua tidak hanya dengan menyuruh tetapi juga mengajak dengan mengatakan: “Ayo Nak, kita shalat berjamaah”
  • Metode memberikan nasihat-nasihat (mau’idzah), orang tuanya hendaknya selalu memberikan nasihat  yang baik, dengan memotivasi anak-anak untuk mengerjakan kebaikan dan menjauhi dosa.
  • Metode pembiasaan, orang tua dapat menguatkan pembiasaan-pembiasaan baik seperti mengucap salam, berdoa sebelum beraktivitas, mencium tangan orang  tua, shalat di awal waktu, berbuat baik kepada saudara dan teman, dan kebiasaan baik lainnya sesuai anjuran agama.
  • Metode dengan cerita, orang tua dapat menceritakan kisah-kisah para nabi atau rasul, seperti kisah dalam Al-Qur’an atau hadits.
  • Metode reward dan punishment,pemberian reward dengan cara memberi materi ketika anak berbuat kebaikan dan dapat pula berupa pujian, punishment  atau hukuman diberikan ketika anak melakukan kesalahan. Tentu hukuman yang disesuaikan dengan tahap perkembangan usia anak dan tidak menyakitkan.
  • Memanjatkan doa untuk anak keturunan kita. Ada doa yang diajarkan Al-Qur’an, "Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa” (QS. Al-Furqaan [25]:74).

 

Semoga di  masa pandemi Covid-19 ini menjadikan pendidikan religi lebih tertanam dengan kuat. Anak-anak kelak menjadi pribadi-pribadi yang saleh, berkarakter, berakhlak karimah. Wallahu’alam.

 

Sri Wahyunimahasiswi Fakultas Tarbiyah Institut Pesantren Matholi’ul Falah (IPMAFA)
 


Opini Terbaru