• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Selasa, 7 Mei 2024

Nasional

HARLAH MUSLIMAT NU

Rais Aam PBNU Minta Masyarakat Hindari Kegaduhan Jelang Pemilu

Rais Aam PBNU Minta Masyarakat Hindari Kegaduhan Jelang Pemilu
Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar (Foto: Dok NU Online)
Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar (Foto: Dok NU Online)

Jakarta, NU Online Jateng
Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftahul Akhyar mengajak seluruh jajaran NU, Banom, serta masyarakat luas untuk menghindari kekacauan, kegaduhan, dan taat pada pemimpin. 


"Saya minta kepada jajaran NU beserta banomnya, mari berikan ketaatan, itu keindahan NU. Bukan karena pimpinan ingin ditaati, karena ketaatan adalah modal besar," tegasnya. 


Hal itu disampaikan Kiai Miftach saat memberikan taushiyah pada peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-78 Muslimat NU di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta, Sabtu (20/01/2024). 


Disampaikan, dalam NU yang berakidah Ahlussunah wal Jamaah, warga akan selalu menunjukkan sikap dan taat kepada pimpinan. Mendengarkan dengan sesungguhnya dan menaati apa yang sudah jadi keputusan pemimpin.  


"Pemimpin yang dimaksud di sini bisa bermakna pimpinan organisasi, pimpinan negara, ulil amri, meskipun Indonesia bukan negara berdasarkan agama. Secara darurat pemimpin negara adalah pemimpin yang harus ditaati," ujarnya.


Sehingga lanjutnya, barang siapa yang menaati pemimpin dalam segala lapisan, maka Allah akan memuliakannya. Dikatakan, apabila pemimpin sudah disepakati maka harus ditaati. Jika tidak sepakat dengan kebijakan atau keputusan maka jangan berkhianat.  


"Hal tersebut untuk menjaga ketentraman, jangan sampai langkah dan ucapan karena tidak suka dengan pemimpin membuat gaduh di tengah masyarakat. Terjadi perpecahan di mana-mana dan menyebabkan kerusakan lebih besar," ucapnya.


Menurutnya, barang siapa menghinakan para pemimpin, menyebarkan kabar buruk tentang pemimpin yang bertujuan merusak nama baiknya, meremehkan pemimpin maka Allah akan membalasnya.  Karena sambungnya, orang yang hobi menyebarkan kabar jelek, terhadap orang yang telah beriman kepada Allah. Maka akan mendapatkan siksa, sanksi di dunia dan akhirat. 


"Karena ciri karakter orang NU, menyimpan rasa saudaranya. Apalagi kabar tersebut tidak valid, tanpa tabayun, klarifikasi," pintanya.


Muslimat Kuat Indonesia Kuat


Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf mengucapkan selamat ulang tahun dan mengajak seluruh jamaah untuk bersyukur dalam menyongsong tahun kedua di abad kedua NU. 


"Selamat ulang tahun ke-78 Muslimat NU. Selamat mensyukuri, merayakan, menikmati ulang tahun ke-101 NU,” ucapnya.


Gus Yahya panggilan akrabnya menekankan peran kuat Muslimat NU dalam memperkuat Indonesia. Dengan penuh keyakinan, dia mengulangi sebanyak tiga kali frasa yang menjadi semboyan, 'Muslimat kuat, Indonesia kuat. Ibu-ibu Muslimat memperkuat Indonesia.'


Gus Yahya juga memberi penghormatan kepada para nyai-nyai, tokoh perempuan yang memiliki peran sentral dalam mendidik dan membimbing jamaah serta santri. Dia menyoroti kerelaan mereka untuk duduk sama rendah di lantai stadion, berdampingan dengan berbagai lapisan masyarakat. 


"Di antara lautan ibu-ibu ini, tidak sedikit nyai-nyai dengan ribuan santri, nyai-nyai yang disayangi jamaahnya, ditakuti kiai-kiai. Semuanya rela dengan suka cita mendelosoh (duduk lesehan) sama rendah di lantai stadion ini, bersebelahan dengan bakul lombok, bersebelahan dengan pedagang kelontong, semua rela duduk sama rendah karena semua tahu dan paham bahwa kita setara. Tidak laki-laki, tidak perempuan, semuanya setara," tegas Gus Yahya. 


Perayaan Harlah ini bukan hanya sebagai peringatan usia Muslimat NU, tetapi juga momentum untuk memperkuat solidaritas dan semangat kesetaraan di kalangan umat. Gus Yahya berharap agar semangat ini terus berkobar dan memberikan dampak positif bagi kemajuan Indonesia. 


“Karena NU didirikan dengan cita-cita peradaban. Dan cita-cita peradaban harus dimulai dengan negara yang kuat. Untuk mendirikan negara yang kuat, ibu-ibu adalah kunci, karena perempuan adalah tiang negara,” pungkasnya.


Penulis: M Ngisom Al-Barony


Editor:

Nasional Terbaru