• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Minggu, 28 April 2024

Nasional

Peringati Haul ke-6, Gus Rozin Sampaikan Pesan Mbah Sahal

Peringati Haul ke-6, Gus Rozin Sampaikan Pesan Mbah Sahal
KH Sahal Mahfudz (Foto: ansorjepara.or.id)
KH Sahal Mahfudz (Foto: ansorjepara.or.id)

Pati, NU Online Jateng

Dalam rangka memperingati Haul KH Mahfudh Salam dan KH MA Sahal Mahfudh ke-6, Pengasuh Pesantren Maslakul Huda, KH Abdul Ghaffar Rozin menyampaikan nasehat KH MA Sahal Mahfudh yang biasa disampaikan almarhum ketika masih hidup kepada santri-santrinya. Pesan ini disampaikan dalam Haul Virtual yang digelar keluarga Kiai Sahal di Pati, Sabtu (31/10)

 

Pesan Mbah Sahal yang pertama, para santri baik yang masih mukim di pesantren atau pun yang sudah pulang, disarankan untuk tetap mendoakan guru-gurunya setiap saat.

 

"Hendaknya setiap santri mendoakan para gurunya. Kalau tidak setiap selesai shalat, ya setiap hari. Minimal do'a adalah dengan mengirimkan hadiah surat Al-Fatihah," kata Gus Rozin.

 

Kedua, lanjut Gus Rozin, santri disarankan untuk bisa bermanfaat untuk sesama. Paling tidak, santri tidak sampai merugikan pihak lain.

 

"Setiap santri diharapkan bisa membawa kemanfaatan untuk lingkungannya. Baik ketika masih mukim di pesantren ataupun ketika sudah pulang ke kampung halaman. Kemanfaatan itu tidak terbatas bentuknya. Bisa berupa kemanfaatan sosial ataupun kemanfaatan yang lain. Seorang santri tidak harus menjadi kiai untuk memberikan kemanfaatan kepada lingkungan," imbuh Gus Rozin.  

 

Dalam hal kebermanfaatan ini, Gus Rozin, sapaan akrab KH Abdul Ghaffar Rozin, menyebutkan ada istilah 'batas ideal dan batas minimal'. "Jika idealnya santri diharapkan memberikan manfaat, maka minimal seorang santri tidak merepotkan orang lain. Jadi, santri harus mandiri,” pesannya.

 

Setelah menyampaikan dua pesan nasehat dari KH Sahal Mahfudh, Gus Rozin juga memaparkan sifat dan karakter Kiai Sahal yang perlu diteladani bagi semua santri tentang kesederhanaan Kiai Sahal.

 

"KH Sahal Mahfudh dikenal sebagai pribadi yang khumul, tidak suka menampakkan sesuatu yang tidak dimiliki. Bahkan, KH Sahal Mahfudh selama masa hidupnya termasuk sosok yang paling sedikit memberikan akses wawancara ke media. Bahkan dalam hal pemikiran beliau jarang sekali diekspos media," kenang Gus Rozin.

 

Dijelaskan, KH Sahal Mahfudh sabar menghadapi para santri sebagai proses, bukan sebuah pencapaian. Sehingga Kiai Sahal lebih mudah memahami orang lain.

 

"Mbah Sahal juga memiliki sifat sabar yang luar biasa. Sabar dalam menghadapi apapun. Sabar kepada santri, sabar menghadapi kegagalan para santri. Kesabaran Mbah Sahal ini diartikan bahwa beliau adalah pribadi yang sangat menghargai sebuah proses. Jadi yang terpenting bukan tentang gagal berhasilnya, lulus tidaknya. Tetapi yang lebih penting adalah semuanya adalah satu kesatuan proses belajar," pungkas laki-laki yang juga Ketua Asosiasi Pesantren NU atau Rabithah Maahid Islamiyah NU (RMINU) ini.

 

Selain itu, Dewan Majelis Pertimbangan Pengasuh Pesantren Maslakul Huda, KH Muhson Yamin mengenang Kiai Sahal sebagai seorang kiai yang sangat menghargai pentingnya sanad keilmuan. Wajib hukumnya belajar ilmu agama yang memiliki sanad (mata rantai keilmuan) yang jelas.

 

"Karena dalam sanad terkandung keberkahan sebuah ilmu," tandas Kiai Muhson.

 

Kiai Sahal, lanjut Kiai Muhson, merupakan sosok yang ilmunya bagaikan lautan. Ia juga pandai tentang ilmu sosial.

 

"Mbah Sahal diakui sebagai sosok yang allamah, sangat alim, nyegoro ilmunya. Selain penguasaan ilmu agama, Mbah Sahal juga menguasai ilmu sosial. Bahkan menurut Mbah Sahal ilmu sosial ini lebih sulit untuk dikuasai. Peran ilmu sosial, menurut Mbah Sahal, adalah sebagai penyempurna kebermanfaatan ilmu agama bagi seorang santri ketika menjalani kehidupan di tengah-tengah masyarakat luas," pungkas Kiai Muhson.

 

KH Sahal Mahfudh lahir di Kajen, Margoyoso Pati, Jawa Tengah pada tanggal 17 Desember 1937. Wafat pada usia 76 tahun, tepatnya pada tanggal 24 Januari 2014.

 

Kontributor: Abdul Mujib AS

Editor: Ahmad Mundzir


Nasional Terbaru