• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Jumat, 29 Maret 2024

Nasional

Ketua PCNU Kota Semarang Teliti Manuskrip Tafsir Jalalain Tulisan Tahun 1.000 Hijriah 

Ketua PCNU Kota Semarang Teliti Manuskrip Tafsir Jalalain Tulisan Tahun 1.000 Hijriah 
Ketua PCNU Kota Semarang KH Anashom (dua dari kiri) (Foto: NU Online Jateng/Samsul Huda)
Ketua PCNU Kota Semarang KH Anashom (dua dari kiri) (Foto: NU Online Jateng/Samsul Huda)

Semarang, NU Online Jateng
Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Semarang KH Anashom meneliti kitab tafsir Jalalain  yang umurnya ratusan tahun. Kitab itu saat ini menjadi koleksi museum Masjid Agung Demak (Made) dan Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT).


"Dua kitab tafsir itu berupa tulisan tangan pada lembaran-lembaran kertas yang tersusun dalam beberapa jilid buku di mana masa penulisan kedua kitab tafsir berbeda. Tafsir yang berada di museum Made lebih tua," kata Kiai Anashom kepada NU Online Jateng di Semarang, Sabtu (10/9/2022).


Disampaikan, saat mengidentifikasi kitab tafsir di museum Masjid Agung Demak diperoleh  data masa penulisannya yakni tahun 1.000 Hijriah atau kurang lebih tahun 1590-an masehi. 


"Dari kolom manuskrip kitab tafsir ini tertulis pada bagian akhir kitab terbaca sanah alf (tahun 1.000 H). Jadi manuskrip ini merupakan manuskrip tertua dari Kitab Tafsir yang ada," terangnya.


Dia menambahkan, beberapa waktu lalu Ginanjar Syakban peneliti turats PBNU telah mengidentifikasi manuskrip tafsir di Keraton Cirebon berangka tahun 1.035 H. Dengan demikian manuskrip Kitab Tafsir Masjid Agung Demak diduga lebih tua dibanding temuan Tafsir di Cirebon itu. 


Kitab Tafsir yang sama ujar Kiai Anashom yang juga dosen UIN Walisongo Semarang,  ada di Museum MAJT yang berlokasi di Jl Gajah Raya Semarang. Namun, usia manuskripnya berasal dari abad 19. Selisih 400 tahun dari yang terdapat di Masjid Agung Demak.


Dikatakan, dari hasil identifikasi dan perbandingan dari sisi isinya,  Kitab Tafsir itu diyakini adalah manuskrip Kitab Tafsir Jalalain.  Kebetulan baik yang berada di MAJT maupun di Masjid Agung Demak sama-sama kitab Tafsir Jalalain. Ternyata juga isi kitab itu sama yaitu juz 15 sampai juz 30 juz.



Manuskrip Kitab Tafsir Jalalain tulisan tangan di Museum Masjid Agung Demak (Foto: Samsul Huda)
 

Menurutnya, umat Islam terutama kalangan pesantren sangat paham Tafsir al-Jalalain adalah sebuah Kitab Tafsir Al-Qur'an terkenal yang awalnya disusun oleh Syeh Jalaluddin al-Mahalli pada 1459 masehi kemudian dilanjutkan oleh muridnya Jalaluddin as-Suyuthi pada tahun 1505. 


"Kitab Tafsir ini umumnya dianggap sebagai kitab tafsir klasik Sunni yang banyak dijadikan rujukan, sebab dianggap mudah dipahami dan terdiri dari hanya satu jilid saja," katanya.


Jalaludin al-Mahalli mengawali penulisan tafsir sejak dari awal surah Al-Kahfi sampai dengan akhir surah An-Naas, setelah itu dia menafsirkan surah Al-Fatihah sampai selesai. Al-Mahalli kemudian wafat sebelum sempat melanjutkannya. Jalaluddin as-Suyuthi kemudian melanjutkannya dan memulai dari surah Al-Baqarah sampai dengan surah Al-Isra'. 


"Kemudian dia meletakkan tafsir surah Al-Fatihah pada bagian akhir urutan tafsir dari Al-Mahalli yang sebelumnya," ujarnya.


Disampaikan, mencermati tahun Tafsir Jalalain tersebut dikarang saat itu, kiai Anasom berkesimpulan karya tulis tersebut sedemikian cepat telah beredar di tanah Jawa. 


"Hal ini membuktikan bahwa gerakan dakwah di tanah Jawa pada abad ke-16 berjalan dinamis dan sangat cepat. Diduga telah terjadi penyalinan karya tafsir Jalalain itu pada masa Kesultanan Demak Bintoro," ungkapnya.


Walaupun kalau dari sisi angka tahun 1.590-an sambungnya, Kerajaan Islam di Jawa pada masa tersebut sudah masa Mataram awal, namun kitab itu dalam meja display di Museum Masjid Agung Demak diberi catatan Kitab Tafsir Karangan Sunan Bonang. 


"Mungkin dari sisi karya, jelas setelah diadakan perbandingan isi dengan kitab tafsir yang ada sekarang, kitab manuskrip tersebut adalah Tafsir Jalalain. Namun siapa penulisnya memang bisa jadi adalah Sunan Bonang, walaupun masih harus dikaji lebih mendalam," pungkasnya.


Penulis: Samsul Huda


Nasional Terbaru