• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Senin, 29 April 2024

Nasional

'Jangan Sampai Ada Jenazah Muslim Menghadap ke Atas'

'Jangan Sampai Ada Jenazah Muslim Menghadap ke Atas'
Gus Ubaid dalam pembukaan Bahtsul Masail. (Foto: NU Online Jateng/Hasan Fauzy)
Gus Ubaid dalam pembukaan Bahtsul Masail. (Foto: NU Online Jateng/Hasan Fauzy)


Semarang, NU Online Jateng
Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah, KH Ubaidillah Shodaqoh, mengingatkan, jangan sampai ada mayat Muslim menghadap ke atas seperti nonmuslim. Kalau NU tidak memperhatikan itu, siapa lagi yang memperhatikan. Hal itu disampaikan saat memberi sambutan pada pembukaan Bahtsul Masail NU Jawa Tengah di Pondok Pesantren Luhur, Ngaliyan, Semarang, Jawa Tengah, Senin (9/11).

 

Karena itu PWNU Jateng mendatangkan para dokter dari rumah-rumah sakit, serta menurunkan personel Ansor dan NU ke rumah sakit untuk mengetahui bagaimana paramedis merawat jenazah.

 

“Ada jenazah yang masih pakai daster, tidak menghadap kiblat, dan lain sebagainya. Dari kejadian itu, pihak keluarga membuka keranda, membuka peti, dan memandikan sendiri. Ini sangat berbahaya.  Karena itu teman-teman dari Ansor memberanikan diri jadi relawan merawat Covid-19. Dari 400 teridentifikasi covid, yang meninggal karena positif 125 orang dimandikan dengan protokol kesehatan,” jelasnya.

 

Para relawan dari personel Ansor ini mengenakan APD. Sejak Syawal hingga sekarang, lanjutnya, tetap dalam kondisi sehat, tidak satu pun yang terpapar.  Bahkan RS Kristen di Kudus dan Pati mempersilakan relawan dari Ansor memandikan jenazah.

 

Dulu, di awal-awal pandemi, lanjutnya, kita mengira bahwa ada dalil dharurah dalam merawat jenazah covid. “Ternyata unsur dharurah sudah tidak ada. Dan ternyata pula menurut aturan Kemenkes, pemulasaraan jenazah dilaksanakan sesuai agama masing-masing. Oleh karena itu, kami minta ke cabang-cabang, belajar dari Ansor di Kudus, Jepara, dan Pati, bagaimana cara memandikan, menshalati, dan mengubur sesuai syariat,” lanjut Gus Ubaid.

 

Prihatin
Gus Ubaid prihatin dengan banyaknya kiai yang di musim pandemi ini dipanggil oleh Allah SWT. “Seorang teman menghitung ada 100 lebih kiai yang meninggal, ada yang karena penyakit bawaan, ada juga yang mempunyai penyakit tambahan covid ini. Di antaranya yang biasa bareng kita adalah Kiai Badri, Kedu. Bahkan Walikota Semarang sekarang juga diisolasi,” katanya.
Selanjutnya Gus Ubaid mengajak hadirin membaca Al-Fatihah, semoga para kiai termasuk Walikota Semarang diberi kesembuhan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. 

 

Mengenai Covid-19 ini tentu para kiai, katanya, tetap harus menjaga kesehatan. Tidak ada yang ingin sakit. Semua takdir Allah. Ikhtiar itu adalah kewajiban, namun jangan sampai meninggalkan prinsip keagamaan. Misalnya, kalau ada saudara kita yang meninggal apakah ditayamumi atau dimandikan? 

 

Penulis: Hasan Fauzy
Editor: Ahmad Mundzir


Nasional Terbaru