• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Minggu, 5 Mei 2024

Nasional

MUKTAMAR KE-34 NU

Gus Ulil Jelaskan Perbedaan Pola Pengetahuan Tradisional dan Modern dalam Turots

Gus Ulil Jelaskan Perbedaan Pola Pengetahuan Tradisional dan Modern dalam Turots
Gus Ulil ikut menjadi narasumber dalam Seminar Nasional Nahdlatut Turots di Lampung, Rabu (22/12). (Dok. Abdullah Faiz)
Gus Ulil ikut menjadi narasumber dalam Seminar Nasional Nahdlatut Turots di Lampung, Rabu (22/12). (Dok. Abdullah Faiz)

Lampung, NU Online Jateng
Dalam diskusi Nahdlatut Turots, Membumikan Turots Ulama Nusantara Meneguhkan Jati Diri Bangsa di ruang seminar UIN Raden Intan Lampung, Rabu (22/12). Pengasuh Ngaji Ihya' Virtual Ulil Abshar Abdalla menjelaskan perbedaan sarjana muslim yang mempelajari Islamic Studies dengan pola pengetahuan tradisional dan pola pengetahuan modern.

Menurut Ulil, berbicara soal turots harus melewati diskusi-diskusi yang panjang dan mendalam. Terutama dalam mendefinisikan turots, sebab berawal dari definisi dapat merumuskan masa depan khazanah keislaman.

Ulil mendefinisikan turots bukan hanya tulisan yang dibukukan saja, melainkan sampai pada level kredibelitas penulis dan kondisi pada waktu ditulisnya. Ia mengatakan tulisan yang dapat dianggap sebagai turost adalah kumpulan karya yang ditulis oleh ulama berpendidikan tradisional.

"Turots itu bukan turots sembarang turots yang hanya ditulis. Tapi turots yang ditulis dan diproduksi oleh para ulama-ulama yang menjalani pendidikan tradisional," ujar Ulil

Sementara pendidikan tradisional yang ia maksud adalah pendidikan yang menganggap pengetahuan bukan sebagai final destination (tujuan akhir) melainkan sebagai sarana untuk menuju Allah swt yang menjadi inti tujuan.

Definisi di atas berangkat dari komentar Ulil Abshar dengan pola pengetahuan sarjana muslim modern. Menurutnya arah Nahdlatul Turots harus tetap pada tradisi keilmuan tradisional (pesantren).

"Pendidikan tradisional ini tidak hanya mengkaji di level data ,ini yang membedakan dengan pengkajian para sarjana modern, mereka menjadikan data sebagai kebenaran objektif sementara tradisional tidak, tetapi mempertimbangkan nilai-nilai ilahiyah. Artinya setiap objek pengetahuan itu adalah jalan untuk menuju tujuan akhir yaitu Allah SWT, " jelas kiai asal Pati itu.

Ia menambahkan ulama-ulama kita (nahdliyin) tentunya menjadikan mengkaji dan menulis sebagai media untuk tujuan kebenaran yang diimani. "Oleh karena itu pengetahuan dalam tradisi tradisional dikaji untuk menuju kebenaran Allah SWT, " imbuhnya.

Selain itu Ulil juga menjelaskan perbedaan ini berangkat dari praktik pengajaran yang dimiliki. Misalnya pengetahuan modern menjadikan data sebagai kebenaran yang netral yang tidak dapat diimani, sementara tradisional berlanjut pada nilai ilahiah yang dapat mengantarkan pada inti tujuan.

"Praksis pengetahuan modern, menjadikan objek menjadi tujuan data kebenaran objektif.  Ini yang membedakan orang yang studi Islam didalam praksis tradisional dengan orang yang studi Islam dengan praksis modern . Dalam praksis modern, Islam dikaji sebagai data, data ilmiah bukan data yang diimani. Nah, dalam kajian ini semua orang yang beragama apapun bisa mengkaji Islam," pungkasnya.

Kontributor: Abdullah Faiz
Editor: Ajie Najmuddin


Nasional Terbaru