Nasional

Gus Rozin: Santri Perlu Perjuangkan Diri Memandirikan Ekonomi

Rabu, 23 Oktober 2024 | 08:30 WIB

Gus Rozin: Santri Perlu Perjuangkan Diri Memandirikan Ekonomi

Gus Rozin memipin Upacara di PWNU Jawa Tengah. (Foto:NUOJateng/Rauyan)

Semarang, NU Online Jateng

Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah, KH Abdul Ghaffar Rozin mengajak para santri untuk berkomitmen bahwa santri harus melangkah ke depan dengan lebih baik. Hal itu ia sampaikan saat Apel Hari Santri Nasional (HSN) 2024 di halaman Kantor PWNU Jawa Tengah, Selasa (22/10/2024). 


“Kalau semua santri mempunyai jiwa-jiwa yang mandiri. Mandiri selama ini, santri sudah mandiri tradisinya, selama ini santri sudah berusaha mandiri politiknya, tetapi kita menyadari bahwa sampai sekarang  tidak semua santri mandiri ekonominya,” ujarnya. 


Oleh sebab itu, pada momentum ini Gus Rozin mengajak para santri untuk berjanji kepada diri mereka bahwa santri harus melangkah untuk memandirikan ekonominya sendiri sehingga santri tidak tergantung dengan pihak lain.


“Supaya dua yang lain tadi itu bisa betul-betul menjadi mandiri, yakni mandiri politiknya dan mandiri tradisinya,” katanya.


Oleh karena itu, Gus Rozin mengajak seluruh santri yang masih berada di pesantren maupun yang ada di luar pesantren seperti santri RMI NU, LP Ma’arif, maupun santri yang lain dan seluruh Nadhliyin memperbarui komitmen untuk mengembangkan dirinya. 


“Kita tahu bahwa NU ini adalah pesantren besar, dan oleh karena itu, semua Nahdliyin adalah santri, mengajak kita semua untuk memperbarui komitmen kita bahwa ke depan NU dan para santri ini bahu-membahu untuk mengembangkan dirinya dan pada akhirnya mengembangkan negeri yang kita cintai dengan semangat resolusi jihad,” ujarnya. 


Lebih dari itu, Gus Rozin menyebut bahwa zaman dahulu perjuangan dilandasi jihad fisabilillah dengan senjata dan mempertaruhkan nyawa. Namun, sat ini jihad fiisabilillah oleh santri dimaknai dengan cara-cara yang baru, seperti memperjuangkan diri di manapun mereka dibutuhkan.


“Sekarang jihad fisabilillah itu kita maknai dengan cara-cara baru, yakni dengan mengembangkan diri kita dan menerjunkan diri kita sendiri di manapun kita dibutuhkan dengan tanpa rasa takut, dengan tanpa rasa malu, dan dengan penuh percaya diri,” ujarnya. 


Gus Rozin menyebut, ada kalanya seorang santri mengedepankan tawaduk yakni saat berada di lingkungan sesama santri dan di hadapan para kiai dan ulama. Kendati demikian, ada masa dan tempat di mana seorang santri perlu mengesampingkan tawaduk itu. 


“Dengan niat baik mengambil peranan, mengambil alih, mengambil inisiatif, santri tidak boleh malu-malu untuk mengambil inisiatif baik di manapun mereka berada, dimulai dari lingkungan pesantren, lingkungan kemasyarakatan, maupun lingkungan-lingkungan yang lain,” jelasnya.