Semarang, NU Online Jateng
KH Ahmad Mustofa Bisri hari ini, Sabtu (10/8/2024) tepat berusia 80 tahun. Selain dikenal sebagai seorang ulama, kiai yang akrab disapa Gus Mus itu juga merupakan seorang sastrawan. Banyak karya sastra yang dihasilkannya dalam bentuk cerpen dan puisi. Ada sejumlah buku kumpulan puisi dan cerpen yang sudah diterbitkannya, di antaranya ialah buku Kumpulan puisi berjudul Wekwekwek Sajak-sajak Bumi Langit.
Berikut 3 puisi Gus Mus yang termuat dalam buku Kumpulan puisi berjudul Wekwekwek Sajak-sajak Bumi Langit.
BAGIMU
BagiMu
Kutancapkan kening kebanggaanku
Pada rendah tanah
Telah kuamankan sedapat mungkin
Imanku
Kuselamat-selamatkan
Islamku
Kini dengan segala milikMu ini
Kuserahkan kepadaMu, Allah
terimalah!
Kepala bergengsi yang terhormat ini-
Dengan kedua mata yang mampu
Menangkap gerak-gerik dunia
Kedua telinga yang dapat menyadap
Kersik-kersik berita
Hidung yang bisa mencium
Wangi parfum-hingga-borok manusia
Mulut yang sanggup menyulap
Kebohongan jadi kebenaran
Seperti yang lain hanyalah
Sepersekian percik tetes
Anugerah Mu
Alangkah amat mudahnya
Engkau melumatnya. Allah!
Sekali Engkau lumat
Terbanglah cerdikku
Terbanglah gengsiku
Terbanglah kehormatanku
Terbanglah kegagahanku
Terbanglah kebanggaanku
Terbanglah mimpiku
Terbanglah hidupku. Allah!
Jika terbang, terbanglah
Sekarangpun aku pasrah
Asal menuju haribaan
Rahmatmu
DENGAN APA HENDAK KUEJA ZAMAN?
Dengan apa hendak kueja zaman?
kemarau dan hujan
tak lagi datang
pada musimnya
sungai-sungai mengudik
membuat bingung laut dan gunung
jalan-jalan semakin panjang
dan bercabang
tak lagi mengantar musafir
ke tujuan
Dengan apa hendak kueja zaman?
seharian matahari disimpan
dalam lemari es para tuan
semalaman bulan dan bintang
disekap para preman
Dengan apa hendak kueja zaman?
setiap hari orang melahirkan
dan mengubur fakta
makna-makna semakin bingung
hendak hinggap di kata-kata mana?
kata-kata tak lagi tahu
membawa makna apa?
Dengan apa hendak kueja zaman?
khalifah hutan membabati hutan
khalifah pantai mengotori pantai
khalifah laut menguras laut
khalifah gunung meledakkan gunung
khalifah kehidupan membantai kehidupan
khalifah yang hamba lupa dirinya
ditinggal jiwanya
Dengan apa hendak kueja zaman?
‘NGELMU’
akhirnya kutemukan guru
yang mau mejang 'ngelmu'
simpanannya kepadaku
"tapi tak boleh kau tulis," katanya
"sebab ngelmu bagai napasmu
mesti merasuk langsung ke sanubari
jika kau tulis akan mati
maknanya
jika kau serap lengkap
kau bisa menjadi manusia rangkap
kau bisa berada di mana-mana dalam saat yang sama
kau bisa tidur sekaligus jaga
kau bisa dibunuh tanpa kehilangan nyawa
kau bisa diperdaya sambil memperdaya."
syukur ternyata aku bisa
menyerap 'ngelmu' tanpa menuliskannya
suatu hari kurapalkan 'ngelmu' guruku itu
dan tiba-tiba kulihat diriku ada di mana-mana
rumahku penuh diriku
di jalanan kulihat diriku
memacetkan lalulintas
pasar, terminal, perkantoran,
hotel, toko, restoran,
kampus, pesantren, sekolahan,
sawah, waduk, tegalan,
mesjid, gereja, tempat hiburan,
gedung dpr, kebun binatang, taman,
semuanya penuh sesak oleh diriku.
aku pun bingung
kian-kemari mencari-cari
diriku sendiri
yang sebenarnya.
aku lupa menanyakan kepada guruku
bagaimana aku kembali
ke diriku semula
padahal sang guru kini
telah tiada.
Terpopuler
1
Amalan yang Dilakukan pada Malam Nisfu Sya’ban
2
Doa Mustajab di Malam Nisfu Sya’ban yang Dibaca Syekh Abdul Qadir Al-Jilani
3
Muslimat NU Rayakan Nisfu Syaban di Kongres Ke-18 dengan Pemberian Ijazah Amalan
4
Ketua Baru PR GP Ansor Karangasem Tegal Terpilih, Siap Wujudkan Pemuda Maju dan Berkhidmat
5
Mba Ela: Mengabdi, Berprestasi, dan Berbakti di Tengah Keterbatasan
6
Lakmud PAC IPNU-IPPNU Gebog: Bangun Kontinuitas Trilogi untuk Gebog Berdedikasi
Terkini
Lihat Semua