• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Kamis, 25 April 2024

Mitra

Habib Hasan Al-Jufri: Kita Sangat Beruntung Jadi Umat Nabi Muhammad

Habib Hasan Al-Jufri: Kita Sangat Beruntung Jadi Umat Nabi Muhammad
Peringatan Maulid Nabi Muhammas SAW 1442 Hijriah di Pesantren Durrotu Aswaja, Banaran, Gunungpati, Kota Semarang (Foto: NU Online Jateng/Rifqi Hidayat)
Peringatan Maulid Nabi Muhammas SAW 1442 Hijriah di Pesantren Durrotu Aswaja, Banaran, Gunungpati, Kota Semarang (Foto: NU Online Jateng/Rifqi Hidayat)

Semarang, NU Online Jateng

Habib Hasan al-Jufri dalam tausyiyahnya mengatakan, keistimewaan Nabi Muhammad SAW dari nabi Allah yang lain. "Nabi Musa alaihis-salam yang dipilih menjadi Rosul dan dapat berjumpa dan berbicara langsung dengan Allah tapi beliau sangat ingin menjadi umat Nabi Muhammad SAW," ucapnya.

 

Umat Rasulullah sangat beruntung karena memiliki Nabi yang istimewa dengan sifat yang agung. Hal ini, menurutnya adalah sebuah karunia yang tak terhingga. Sebab, sebagai nabi terakhir yang tidak pernah ada lagi nabi setelah Nabi Muhammad SAW diajarkan cinta yang murni, tulus, tanpa ada kotoran sedikitpun.

 

"Kecintaan Nabi adalah kemuliaan untuk kita. Bila Nabi tidak mencintai kita, tidak akan kita menerima nikmat seperti ini, bisa menikmati maulid seperti ini," ucapnya.

 

Maka, lanjutnya jika ada saudara kita yang belum senang bershalawat, belum senang dengan majelis-majelis yang kita jalankan jangan kita hina, kasihan mereka karena belum mendapatkan cintanya Nabi Muhammad SAW, belum tahu keindahan Nabi, belum tahu kemuliaannya Nabi Muhammad SAW.

 

"Semoga kelak kita akan dimuliakan Allah hingga bisa berjumpa dan melihat langsung Rasulullah, memandang wajah Rosulullah, dan akan mencium tangan Rasulullah. Sebuah kenikmatan yang sangat besar," doanya.

 

Pengasuh Pesantren Durrotu Aswaja Kiai Agus Ramadhan mengatakan, mencintai Nabi Muhammad SAW adalah kewajiban bagi setiap orang islam. Mencintai Rasulullah juga diiringi mencintai keturunannya. Membaca maulid bersama dzuriyah Nabi Muhammad SAW menjadi salah satu faktor mempercepat terkabulnya doa. 

 

Hal inilah yang dilakukan oleh santri Pesantren Durrotu Aswaja, Desa Banaran, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang, Jawa Tengah.

 

"Santri harus diajak terbiasa berkumpul habaib, terutama yang berhaluan ahlussunnah wal jama'ah dan sejalan dengan Nahdlatul Ulama," kata Pengasuh Pesantren Durrotu Aswaja kepada NU Online Jateng, Senin (9/11).

 

Sebab, lanjutnya ada dzuriyah Nabi Muhammad SAW yang berseberangan dan sering memusuhi NU. Terkait hal tersebut, menurutnya santri dituntut untuk bisa memposisikan diri sebagai umat Muhammad SAW. 

 

"Di sinilah perlunya kita menanamkan sifat yang bijak dalam menyikapi fenomena ini. Jangan mengurangi rasa hormat kepada orangnya, juga jangan sekali-kali mengikuti ajakan rusaknya," pesannya.

 

Manusia tidak tahu terhadap ketentuan Allah SWT. Terlebih pada keturunan Nabi yang dijamin keselamatannya oleh Allah. "Bisa saja mereka bertaubat menjelang ajal. Tapi bagi pengikutnya, siapa yang bisa menjamin taubat sebelum maut menjemput?," ujarnya.

 

Lurah Pondok Putra Moh Dinar Amin mengatakan, kegiatan tahun ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. "Tahun ini kemeriahan maulid berkurang karena harus menerapkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19," ujarnya.

 

Sehingga, sambungnya kegiatan hanya bisa diikuti oleh para santri Durrotu Aswaja. Selain itu, undangan untuk tamu juga dibatasi. "Biasanya pengajian umum, tapi karena pandemi ini jadi terbatas. Tamu undangan juga cuma untuk Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Gunungpati, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Komisariat Universitas Negeri Semarang (Unnes)," tutupnya.

 

Penulis: Ahmad Rifqi Hidayat
Editor: M Ngisom Al-Barony
 


Mitra Terbaru