• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Selasa, 25 Juni 2024

Keislaman

Tata Cara Shalat Idul Adha Besok, Sendiri atau Jamaah

Tata Cara Shalat Idul Adha Besok, Sendiri atau Jamaah
Ilustrasi Shalat Id (Freepik)
Ilustrasi Shalat Id (Freepik)

Semarang, NU Online Jateng

Umat Islam di Indonesia dianjurkan untuk melaksanakan shalat Idul Adha pada Senin (17/6/2024) esok, tepat pada 10 Dzulhijjah 1445. Waktunya antara terbit Matahari hingga Dzuhur tiba.


Meski syarat dan rukun sama, shalat Idul Adha memiliki perbedaan dengan lainnya, seperti diawali dengan takbir sebanyak tujuh kali pada rakaat pertama dan lima kali pada rakaat kedua. Hal tersebut dilakukan sebelum membaca surat Al-Fatihah.


Adapun jumlah rakaat Idul Adha adalah dua rakaat. Berjamaah dalam shalat ini lebih dianjurkan ketimbang sendirian (munfarid).


Redaktur Eksekutif NU Online Mahbib Khoiron menulis tata cara shalat Idul Adha sesuai penjelasan KHR Asnawi, salah satu pendiri NU asal Kudus, dalam kitabnya yang berjudul Fashalatan. Hal ini seperti dikutip dari tulisannya berjudul Tata Cara Shalat Idul Adha pada Ahad (16/6/2023).


Pertama, shalat idul adha ini diawali dengan niat. Niat ini sunnah untuk dilafalkan untuk membimbing hati membaca niat yang sama. 


Adapun niat shalat Idul Adha adalah berikut. 


  أُصَلِّيْ  سُنَّةً لعِيْدِ اْلأَضْحَى رَكْعَتَيْنِ (مَأْمُوْمًا/إِمَامًا) لِلّٰهِ تَعَـــالَى   


“ushallî sunnatan li ‘îdil adlhâ (imaman/makmuman) rak'taini” lillahi ta’ala.


Artinya: “Aku berniat shalat sunnah Idul Adha dua rakaat (menjadi makmum/imam) karena Allah ta’ala.”


Jika shalat dilaksanakan sendirian, tidak perlu menambah kata di dalam kurung (imaman atau makmuman). Namun, ketika menjadi imam, perlu ditambah “imâman”, sedang ketika menjadi makmun perlu ditambah “makmûman” sebagaimana termaktub di atas.


Kedua, takbiratul ihram sebagaimana shalat biasa. Setelah membaca doa iftitah, shalat ini dilanjutkan dengan membaca takbir dengan mengangkat tangan sebanyak tujuh kali untuk rakaat pertama. Di antara takbir-takbir itu dianjurkan membaca lafal berikut.


اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا


Allahu akbar kabira walhamdu lilahi katsira wa subhanallahi bukratan wa ashila


Artinya: “Allah Mahabesar dengan segala kebesaran, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, Mahasuci Allah, baik waktu pagi dan petang.”


Atau boleh juga membaca:


سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ 


Subhanallah wal hamdu lillah wa laa ilaha illallah wallahu akbar


Artinya: “Mahasuci Allah, segala puji bagi Allah, tiada tuhan selain Allah, Allah Mahabesar.” 


Setelah itu, barulah membaca Surat al-Fatihah. Berikutnya, dianjurkan membaca Surat al-A'lâ. Kemudian dilanjutkan dengan ruku’, I’tidal, sujud, duduk di antara dua sujud, dan seterusnya hingga berdiri lagi seperti shalat biasa.


Lalu berdiri untuk rakaat kedua. Dalam posisi berdiri kembali pada rakaat kedua, takbir lagi sejumlah lima kali seraya mengangkat tangan dan melafalkan “allâhu akbar” seperti sebelumnya. Di antara takbir-takbir itu, dianjurkan untuk melafalkan kembali bacaan sebagaimana dijelaskan pada poin kedua.


Usai membaca Surat al-Fatihah, pada rakaat kedua ini dianjurkan membaca Surat al-Ghâsyiyah. Berlanjut ke ruku’, i’tidal, sujud, dan seterusnya hingga salam.


Kelima, jamaah disunnahkan untuk menyimak khutbah idul adha selepas shalat. Hal ini tidak berlaku bagi orang yang shalat idul adha secara sendirian.


Keislaman Terbaru