Dalam pembukaan hadits Arbain karya An-Nawawi, disebutkan sabda Nabi mengenai urgensi niat.
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإنَّمَا لِكُلِّ امْرِىءٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوُلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوِ امْرأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إلَيْهِ.
“Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya, sedangkan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan yang diniatkannya. Maka, barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa yang hijrahnya kepada dunia yang ingin diraih atau wanita yang ingin dinikahi maka hijrahnya kepada apa yang dia berhijrah kepadanya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Hadits ini merupakan bagian dari dasar-dasar agama. Di samping itu, sebagai ungkapan Nabi yang ringkas dan komprehensif. Semua bab tentang hukum-hukum Islam, masuk dalam kategori hadis ini.
Secara garis besar, hadits ini membahas bahwa amal kebaikan tergantung pada niat pelakunya, jika tujuannya ikhlas karena Allah dan Rasul-Nya, maka amalnya akan tertuju kepada Allah. Namun, jika amalnya hanya untuk menggapai urusan dunia, maka dia hanya mendapat yang dia cari.
Dikutip dari indonesiainside.id, banyak dari kalangan ulama Hadis yang mengawali karyanya dengan hadis ini, seperti Imam Bukhari. Tujuannya, sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Baṭṭal adalah sebagai komitmen bahwa beliau menulis kitab Shahih al-Bukhari itu niatnya hanya karena Allah.
Baca Juga
Kisah Monyet Buang Uang Haram ke Laut
Di samping itu, menjadi peringatan bagi setiap pembacanya agar berniat sebagaimana yang diniatkan oleh Imam Bukhari.
Ada beberapa pelajaran yang bisa diambil dari hadits ini, yaitu:
- Setiap amal yang tidak dilatari niat, maka tidak berkonsekuensi hukum.
- Setiap ibadah dipersyarati niat.
- Seorang hanya akan mendapatkan buah dari amal sesuai dengan yang diniatkan sejak awal.
- Wajib Ikhlas beramal hanya untuk Allah semata.
- Diharamkan beramal untuk kepentingan selain Allah (Syekh Abdurrahman, Al-Fawaa`id al-Mustanbathah min al-‘Arba’iin al-Nawawiyyah)
Sedangkan amalan praktis yang bisa dilakukan dalam sehari-hari berdasarkan hadits tersebut di antaranya:
- Mendasari segenap aktivitas yang bernilai taqarrub dari mulai bangun tidur hingga tidur kembali dengan niat ikhlas karena Allah.
- Mengevaluasi keikhlasan amal setiap hari.
- Agar ibadah tak menjadi sekadar formalitas, maka niat perlu diperbarui dengan penuh kesadaran.
- Meyakini bahwa amal akan bernilai dahsyat jika berbasis niat.
- Membersihkan segenap niat dari motif duniawi.
Wallahu a'lam bisshawab
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Keutamaan Dan Hikmah 10 Muharram
2
Rute dan Moda Terbaik Menuju Pelantikan JATMAN di Pesantren An-Nawawi Berjan Purworejo
3
Lailatul Ijtima' PRNU Sitail Tegal: Perkuat Sinergi dan Gerakkan Koin NU untuk Umat
4
Makesta Award dan Porseni IPNU IPPNU Belik, Ajang Penguatan Karakter dan Budaya Pelajar NU
5
Kiai Ubaidullah Ajak Saksikan Film Seribu Bayang Purnama, Suara Lantang untuk Petani dan Bumi yang Lebih Sehat
6
Ulama dan Tokoh Haji Jateng Dorong Revisi UU Haji Demi Layanan Lebih Berkeadilan
Terkini
Lihat Semua