Khutbah Jumat: 7 Hal yang Semestinya Dilakukan di Siang Ramadhan
Khutbah I
الحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ
الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ
عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ،
وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ
الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ،
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ
خُلُقَهُ الْقُرْآنُ أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ
وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ
الْقُرْآنِ:أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ
الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ
وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ (الزمر: ٩)
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Takwa adalah sebaik-baik bekal untuk meraih kebahagiaan
abadi di akhirat. Oleh karena itu, khatib mengawali khutbah yang singkat ini
dengan wasiat takwa. Marilah kita semua selalu meningkatkan ketakwaan kita
kepada Allah subhanahu wata’ala dengan melaksanakan semua kewajiban dan
meninggalkan segenap larangan.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Alhamdulillah, kita dipertemukan kembali dengan bulan
tobat, bulan zuhud dan melawan nafsu, bulan menyucikan jiwa, bulan tadarus
Al-Qur’an, bulan qiyamullail dan memperbanyak kebaikan. Oleh karena itu,
marilah kita bersegera menyibukkan hari-hari dan hembusan-hembusan nafas kita
dengan ketaatan kepada Allah. Karena orang yang tidak mengisi dan menyibukkan
waktu senggangnya dengan sesuatu yang bermanfaat baginya maka ia akan
disibukkan oleh waktu luangnya dengan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya.
Hadirin rahimakumullah,
Apa yang semestinya kita lakukan di siang hari bulan Ramadhan
Pertama, ketika fajar tiba,
kita buka hari dengan memperbanyak membaca dzikir. Di antara dzikir yang
semestinya kita baca setiap pagi dan petang sebanyak tiga kali adalah:
بِسْمِ اللهِ الَّذِيْ لَا يَضُرُّ
مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِيْ الْأَرْضِ وَلَا فِيْ السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيْعُ
العَلِيْمُ
Baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam
menjelaskan bahwa orang yang membacanya tiga kali maka tidak ada sesuatu pun
yang akan membahayakannya.
Kedua, melaksanakan shalat
Shubuh dengan berjamaah karena Baginda Nabi bersabda:
مَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ فِي
جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا قَامَ نِصْفَ اللَّيْلِ وَمَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فِي
جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا صَلَّى اللَّيْلَ كُلَّهُ (رواه مسلم)
Maknanya: “Barang siapa mengerjakan shalat Isya’ secara
berjamaah, maka seakan ia menghidupkan separuh malam dan barang siapa
mengerjakan shalat Shubuh secara berjamaah, maka seakan ia menghidupkan malam
seluruhnya” (HR Muslim)
Ketiga, bergabung dengan
orang-orang yang ikut serta dalam halaqah dan kajian serta tadarus Al-Qur’an di
pagi hari, karena Ramadhan adalah bulan Al-Qur’an. Kita hadiri juga
majelis-majelis ilmu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpesan kepada
sahabat Abu Dzarr radhiyallallhu ‘anhu dan kepada kita semua:
يَا أَبَا ذَرٍّ لَأَنْ تَغْدُوَ
فَتَعَلَّمَ ءَايَةً مِنْ كِتَابِ اللهِ خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ تُصَلِّيَ مِائَةَ
رَكْعَةٍ وَلَأَنْ تَغْدُوَ فَتَعَلَّمَ بَابًا مِنَ الْعِلْمِ خَيْرٌ لَكَ مِنْ
أَنْ تُصَلّيَِ أَلْفَ رَكْعَةٍ (رواه ابن ماجه)
Maknanya: “Wahai Abu Dzarr, sungguh jika engkau pergi lalu
belajar satu ayat Al-Qur’an itu lebih baik bagimu daripada shalat sunnah
seratus rakaat, dan jika engkau pergi lalu belajar satu bab ilmu agama maka itu
lebih baik bagimu daripada shalat sunnah seribu rakaat” (HR Ibnu Majah) Ketiga,
ketika kita berangkat bekerja, maka jangan lupa berniat yang baik agar kita
senantiasa mendapatkan pahala ketika bekerja dan agar kita tidak menyia-nyiakan
waktu demi waktu yang kita lalui dalam bekerja tanpa pahala. Kita bertakwa
kepada Allah dalam menunaikan pekerjaan kita. Kita jaga lisan kita dari
kata-kata dusta dan menipu. Kita terapkan hadits yang disabdakan Baginda Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam:
اَلصِّيَامُ جُنَّةٌ فَإِذَا صَامَ
أَحَدُكُمْ فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَجْهَلْ وَإِن امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ
شَاتَـمَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ إِنِّي صَائِمٌ" (رواه مالك في الموطأ)
Maknanya: “Puasa adalah perisai, maka apabila salah seorang
di antara kalian berpuasa, janganlah berkata buruk dan melakukan
perbuatan-perbuatan yang bodoh, jika ada orang yang mengajak bertengkar atau
mencacinya (janganlah melayaninya dan) hendaklah ia mengatakan: Aku sedang
berpuasa, aku sedang berpuasa” (HR Malik dalam al-Muwaththa’)
Keempat, ketika adzan ‘Ashar
berkumandang, kita upayakan untuk mengajak orang lain bersama kita ke majelis
ilmu, majelis yang penuh kebaikan dan keberkahan, agar bertambah dan semakin
besar pahala yang kita peroleh. Kita ajak anak kita, teman kita dan tetangga
kita untuk melaksanakan shalat ‘Ashar berjamaah di masjid. Lalu kita simak
kajian keagamaan yang disampaikan oleh para guru yang terpercaya, agar kita
tahu bagaimana cara yang benar dalam menaati Allah dan mencari bekal dari dunia
yang fana ini untuk akhirat yang kekal.
Kelima, setelah kajian
selesai, kita pulang kembali ke rumah dan kita ajarkan apa yang kita pelajari
kepada segenap anggota keluarga kita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:
بَلِّغُوْا عَنِّيْ وَلَوْ ءَايَةً
(رواه البخاريّ وغيره)
Maknanya: “Sampaikanlah dariku walaupun hanya satu ayat”
(HR al-Bukhari dan lainnya)
Keenam, jika istri dan keluarga membutuhkan bantuan kita, maka bergegaslah membantu. Jadilah penolong bagi mereka, selalu hadapi mereka dengan senyum gembira serta perkataan yang baik. Dan ringankanlah keletihan mereka dengan perkataan yang indah. Ingatlah selalu sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
] خِيَارُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا
خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ (رواه ابن حبان وغيره)
Maknanya: “Orang-orang pilihan di antara kalian adalah orang
yang paling baik kepada istrinya, dan aku adalah orang yang paling baik di
antara kalian kepada istri-istrinya” (HR Ibnu Hibban dan lainnya)
Ketujuh, betapa besar pahala
yang kita raih jika kita memberikan sebagian makanan dan minuman kepada
tetangga kita yang fakir dan membutuhkan. Kita memuliakannya karena Allah. Kita
beri makanan atau minuman untuk orang yang akan berbuka sehingga kita
memperoleh pahala yang dijanjikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam
sabdanya:
مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ
مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لَا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا
(رواه الترمذي)
Maknanya: “Barang siapa memberi makan berbuka kepada orang
yang berpuasa maka ia memperoleh pahala yang menyerupai pahalanya, tanpa
mengurangi sedikit pun pahala orang yang berpuasa tersebut” (HR at Tirmidzi)
Artinya, kita memperoleh pahala yang menyerupai pahala orang yang berpuasa
tersebut. Bukan pahala yang sama persis dengan pahalanya dari semua segi,
karena orang yang berpuasa Ramadhan tengah melakukan puasa wajib dan kita yang
memberinya makan berbuka tengah melakukan perkara sunnah. Perkara sunnah tentu
tidak akan menyamai perkara yang wajib. Kedelapan, menyegerakan berbuka
setelah betul-betul yakin bahwa waktu Maghrib telah masuk. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لاَ يَزَالُ النَّاسُ بِـخَيْرٍ مَا
عَجَّلُوْا الفِطْرَ (رواه البخاري ومسلم)
Maknanya: “Orang-orang selalu berada dalam kebaikan selama
mereka menyegerakan berbuka” (HR al-Bukhari dan Muslim) Dan kita baca doa:
اَللّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وعَلَى
رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ العُرُوْقُ وَثَبَتَ الأَجْرُ
إِنْ شَاءَ اللهُ
“Ya Allah, karena Engkaulah aku berpuasa dan dengan rezeki
dari-Mu aku berbuka, hilanglah hausku, basahlah urat-uratku dan semoga aku
peroleh pahalaku insya-a Allah.” Kita berbuka dengan kurma. Jika tidak
ada, maka kita berbuka dengan air sebagaimana disabdakan oleh Baginda Nabi:
إِذَا أَفْطَرَ أَحَدُكُمْ
فَلْيُفْطِرْ عَلَى تَمْرٍ فَإِنَّهُ بَرَكَةٌ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَلْيُفْطِرْ
عَلَى مَاءٍ فَإِنَّهُ طَهُورٌ (رواه الترمذي)
Maknanya: “Jika salah seorang di antara kalian berbuka maka
hendaklah ia berbuka dengan kurma karena kurma itu penuh berkah, barangsiapa
tidak mendapatkannya maka hendaklah ia berbuka dengan air karena air itu
sesuatu yang suci dan menyucikan” (H.R. at-Tirmidzi)
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Janganlah kita jadikan Ramadhan sebagai waktu untuk
memperbanyak makanan serta berganti-ganti menu yang berbeda-beda. Karena
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada salah seorang
sahabatnya:
إِيَّاكَ وَالتَّنَعُّمَ فَإِنَّ
عِبَادَ اللهِ لَيْسُوْا بِالْمُتَنَعِّمِيْنَ (رواه أحمد وأبو نعيم والبيهقي)
Maknanya: “Janganlah engkau bermewah-mewah dan
bernikmat-nikmat, karena sesungguhnya para hamba Allah yang shaleh tidak
bergaya hidup mewah” (HR Ahmad, Abu Nu’aim dan al Baihaqi).
Hadirin yang dirahmati Allah,
Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh
keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا
وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ
الرَّحِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى،
وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ
وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ
لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ،
أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا
أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ
عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ
عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا
تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا
إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا
إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ
وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ
وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا
وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ
عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ
يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ
الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ.
فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Ustadz Nur Rohmad,
Pemateri/Peneliti di Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur dan Ketua Bidang
Peribadatan & Hukum, Pengurus Daerah Dewan Masjid Indonesia Kab. Mojokerto.
Sumber: Khutbah Jumat: Yang SemestinyaDilakukan di Siang Ramadhan