• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Rabu, 15 Mei 2024

Fragmen

Ketika Kiai Mustholih Badawi Kasugihan Sowan ke Kiai Muslih Mranggen​​​​​​​ Demak

Ketika Kiai Mustholih Badawi Kasugihan Sowan ke Kiai Muslih Mranggen​​​​​​​ Demak
KH Mustholih Badari pendiri Pesantren Al-Ihya Ulumaddin Ksugihan Cilacap (Foto: istimewa)
KH Mustholih Badari pendiri Pesantren Al-Ihya Ulumaddin Ksugihan Cilacap (Foto: istimewa)

Kiai Mustholih lahir 11 September 1937 adalah putra keenam dari 14 bersaudara Kiai Badawi, Pendiri Pondok Pesantren Al-Ihya Ulumaddin Kasugihan, Cilacap, Jawa Tengah (Akhmad Saefuddin, 2020). 

 

Sedangkan Kiai Muslih wafat 1981 adalah Mursyid Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah asal Mranggen Demak yang masyhur dengan sebutan "Syaikhul Mursyidin" (gurunya para mursyid).  Dua kiai ini ternyata memiliki ketersambungan (koneksi) satu sama lain. 

 

Bukti konektivitas keduanya terekam dalam buku 'Biografi Al-Arif Billah Syaikhuna wa Murobbi Rukhina Syaikh Syarif Nur Kholis (Mursyid Thariqah Qadiriyyah wa Naqsyabandiyyah)' Karangwangkal, Purwokerto, Banyumas yang ditulis oleh KH Hasan Murtadlo (2020: 40-41). 

 

Disebutkan dalam buku itu bahwa Kiai Nur Kholis suatu hari bertemu dengan Kiai Mustholih Badawi. Dalam pertemuan itu Kiai Mustholih menceritakan kisahnya ketika sowan kepada Kiai Muslih, seorang mursyid tarekat yang juga Pengasuh Pesantren Futuhiyyah Mranggen. 

 

Dikisahkan, ketika Kiai Mustholih dalam perjalanan mau sowan dan berguru kepada Kiai Muslih, begitu turun dari kereta api di Stasiun Tawang Semarang, tiba-tiba beliau didatangi delapan orang yang mengaku sebagai santri yang disuruh oleh gurunya (Kiai Muslih) untuk menjemput Kiai Mustholih. Santri-santri itu membawa pesan dari Kiai Muslih agar Kiai Mustholih tidak singgah ke mana-mana dan langsung menuju ke Mranggen karena Kiai Muslih telah menunggunya.

 

Kiai Mustholih tentu merasa heran karena beliau belum pernah kontak atau memberi tahu kepada Kiai Muslih mengenai kepergian beliau ke Mranggen. "Ternyata Syekh Muslih telah mengetahui keadaannya (pirsa sakderenge winarah)," gumam Kiai Mustholih. 

 

Setelah sampai di lokasi Pesantren Futuhiyyah Mranggen, Kiai Mustholih langsung menuju masjid menemui Kiai Muslih yang sudah berada di dalamnya. Kiai Mustholih kemudian berguru dan berbaiat tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah kepada Kiai Muslih.

 

Cerita Kiai Mustholih itu membuat Kiai Nur Kholis begitu terkesan dengan Kiai Muslih sehingga beliau pun pada akhirnya sowan dan berguru kepada Kiai Muslih. Baiat Kiai Nur Kholis kepada Kiai Muslih bukanlah baiat pertama, sebab sebelumnya beliau telah berguru kepada Kiai Sanusi Banjarpatoman Jawa Barat. Wallahu a'lam bis shawab.

 

Kontributor: Salapudin
Editor: M Ngisom Al-Barony


Fragmen Terbaru