• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Jumat, 3 Mei 2024

Dinamika

Puluhan Santri Ikuti Pelatihan Budidaya Lele Sistem Bioflok

Puluhan Santri Ikuti Pelatihan Budidaya Lele Sistem Bioflok
Peserta pelatihan mendapatkan arahan dari pelatih. (Foto: Dok).
Peserta pelatihan mendapatkan arahan dari pelatih. (Foto: Dok).

Semarang, NU Online Jateng
Puluhan santri dari pondok pesantren di Jawa Tengah mengikuti pelatihan budidaya lele dengan sistem bioflok yang diselenggarakan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Jawa Tengah di Balai Pelatihan Koperasi dan UMKM Jawa Tengah. 

 

Pelatihan ini dibagi menjadi dua kelompok, kelompok pertama dilaksanakan Selasa-Rabu (26-27/1) dan kelompok kedua Kamis-Jumat (28-29/1). Kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kewirausahaan pondok pesantren, terutama saat pandemi Covid-19. 

 

“Kegiatan ini bertujuan untuk membangkitkan perekonomian di Indonesia, khususnya di kalangan pondok pesantren, mualaf centre, dan binaan lainnya, terutama untuk menghadapi situasi dan kondisi saat ini,” kata Ketua Panitia Penyelenggara, Rajimin, Selasa (26/1).

 

Acara pelatihan tersebut dibuka oleh Ketua Baznas Provinsi Jawa Tengah, KH Ahmad Darodji. Dalam sambutannya dia berpesan kepada peserta pelatihan agar serius dan mampu mengimplementasikan ilmunya di pondok. 

 

“Kegiatan pelatihan diambil dari uang zakat, yang harapannya dapat mengubah mustahiq (penerima zakat) menjadi muzakki (pemberi zakat). Untuk itu saya berharap betul para santri dapat mempraktikkan pelatihan ini di pondok, untuk meningkatkan UMKM pondok, agar dari mustahiq menjadi muzakki,” tutur Ketua Baznas Provinsi Jawa Tengah, KH Ahmad Darodji tersebut. 

 

Salah satu pelatih budidaya lele, Iwan, mengatakan, keuntungan dari budidaya lele dengan sistem bioflok ini, kita memanfaatkan bakteri baik sebagai pengurai dari fases ikan menjadi makanan ikan, sehingga air dalam kolam lele tidak berbau busuk. Selain itu, katanya, lele yang dihasilkan kualitasnya lebih baik.

 

Di dalam pelatihan tersebut juga diajarkan cara membuat pakan nonpelet (magot). Magot merupakan larva dari lalat hitam BSF, yang makanan utamanya adalah sampah organik. 

 

“Dalam budidaya lele, pakan merupakan kendala utama bagi para petani lele, mengingat harga pelet (pakan lele) yang cukup tinggi. Dengan adanya magot ini menjadi alternatif untuk pakan lele, agar keuntungan yang diperoleh lebih banyak,” ujar Jafar, pelatih pembuatan magot. 

 

Selain itu peserta juga dibekali dengan pelatihan smart farming, yaitu hydroponik. Hydroponik dapat menjadi alternatif bagi pondok yang memiliki lahan sempit. “Di pasaran, sayuran hydroponik memiliki harga jual yang lebih tinggi karena kualitasnya lebih baik, sehingga semua orang dapat menanam sayuran dengan hydroponik walaupun lahannya sempit,” terang Anggi, salah seorang pelatih. 

 

“Alhamdulillah, selain ilmu yang bermanfaat, kami juga diberi modal usaha berupa dua set kolam lele dan benihnya, sehingga kami makin bersemangat untuk mengaplikasikannya di pondok,” ujar Ulin Nuha, peserta pelatihan dari Pondok Pesantren Life Skill Daarun Najaah Kota Semarang. Peserta dari pondok pesantren asuhan KH Ahmad Izzudin ini mengikuti gelombang pertama pelatihan. 

 

Hal yang sama juga disampaikan Luthfil Hakim, peserta dari Pondok Pesantren Al Ishlah Mangkangkulon Semarang. Menurutnya, tidak semua pondok pesantren di Jawa Tengah ini mempunyai lahan yang luas untuk memelihara lele. Dengan sistem bioflok potensi untuk budidaya lele sangat besar bisa dilakukan.

 

Para peserta pelatihan difasilitasi konsultasi kepada pelatih jika ke depannya mengalami suatu masalah dalam budidaya lele dengan sistem bioflok ini. 

 

Kontributor: Shinta Mutiara Dewi
Editor: Hasan Fauzy


Dinamika Terbaru