Seorang perempuan yang tinggal di sebelah masjid, hatinya selalu berontak ketika mendengar suara adzan, maklum dia bukan seorang muslim. Begitu juga ketika sedang menonton TV di sore hari, hatinya selalu jengkel ketika semua TV menayangkan panggilan adzan maghrib, maka secepat kilat dia mengambil remote control lalu mematikan TV.
Pada suatu sore, perempuan itu sedang asyik menonton film kartun, namun alangkah jengkelnya ketika tiba-tiba tayangan film kartun itu dihentikan oleh tayangan panggilan adzan maghrib, sedangkan pada saat itu dia tidak menemukan remote control, dan sudah dicari ke mana-mana remote itu pun tidak diketemukan. Dalam kejengkelan dan keterpaksaan karena tidak menemukan remote control, maka dibiarkan adzan maghrib tetap berkumandang di TV.
Subhanallah, setelah hatinya berontak, namun matanya tetap tertuju pada layar TV, dia mencoba mendengarkan kalimah-kalimah adzan sambil membaca teks terjemah yang tertera di bawah video clip.
Entah karena apa tiba-tiba hatinya tergetar dan telinganya seakan mendengar suara "sampai kapan engkau akan memenuhi panggilan-Ku ?", lalu dia masuk ke kamarnya untuk merenungkan suara yang dia dengar. Singkat cerita, sejak saat itu dia ingin mempelajari Agama Islam dan akhirnya dia menjadi muallaf.
Memang hidayah adalah hak prerogatif Allah, dan siapa pun tidak akan bisa memberi hidayah kepada siapa pun juga. Allah berfirman dala Al-Qur’an Surat Al-Qashash Ayat 56 :
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Artinya:
Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak akan dapat memberi hidayah (petunjuk) kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang Dia kehendaki, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. (QS Al-Qashash : 56)
KH Ahmad Niam Syukri Masruri, Ketua Lembaga Kajian Informasi dan Dakwah (Elkid), Ketua PW GP Ansor Jateng 1995, dan Sekretaris RMINU Jateng