Puncak Tradisi Grebeg Besar Demak 1446 H, Ditandai Penjamasan Pusaka Sunan Kalijaga
Senin, 9 Juni 2025 | 12:00 WIB
Demak, NU Online Jateng
Puncak peringatan tradisi Grebeg Besar Demak 1446 H/2025 M ditandai dengan prosesi sakral penjamasan dua pusaka milik Sunan Kalijaga, yaitu ageman Kotang Onto Kusumo dan Keris Kiai Carubuk.
Penjamasan diawali dengan kirab budaya dari Pendopo Kabupaten Demak menuju Makam Sunan Kalijaga di Kadilangu. Sebanyak 522 peserta mengenakan busana prajurit, mengiringi rombongan pembawa ubo rampe dan tim minyak jamas. Angka 522 tersebut melambangkan usia Kabupaten Demak yang pada tahun ini genap 522 tahun.
Pelaksana harian (Plh) Bupati Demak, Muhammad Badruddin, menyampaikan bahwa tradisi Grebeg Besar menjadi momentum penting untuk mengenang jejak spiritual dan budaya para wali, khususnya Sunan Kalijaga. “Penjamasan ini bukan sekadar seremoni, tetapi juga bentuk penghormatan atas wasiat Sunan Kalijaga agar pusaka peninggalannya senantiasa dirawat,” ujarnya.
Tim penjamasan pusaka terdiri dari tujuh orang yang merupakan ahli waris Sunan Kalijaga. Mereka membawa baki berisi minyak jamas dari Pendopo Notobratan menuju area makam dengan penuh khidmat. Sebelum memasuki area makam, rombongan bersama jajaran Pemerintah Kabupaten Demak terlebih dahulu menggelar tahlil dan doa bersama. Prosesi penjamasan pun dilakukan secara tertutup oleh juru kunci dan tim terpilih, diawali dengan pembacaan doa saat membuka pintu makam yang digembok.
Sesepuh ahli waris Sunan Kalijaga, HR Muhamad Cahyo Iman Santoso, kepada NU Online Jateng, Senin (9/6) menjelaskan bahwa prosesi jamasan bukan hanya bersifat lahiriah, tetapi juga mengandung makna penyucian batin. Para anggota tim minyak jamas diwajibkan menjalani puasa selama sembilan hari, sejak 1 Dzulhijjah hingga puasa sunah tarwiyah dan arafah, sebagai bentuk persiapan spiritual.
"Prosesi ini berlangsung pada hari Jumat (6/6/2025), bertepatan dengan 10 Dzulhijjah, dan menjadi inti dari seluruh rangkaian acara Grebeg Besar yang digelar setiap tahun," katanya.
Baca Juga
Ketika Sunan Kalijaga Batal Haji
Filosofi jamasan adalah menyucikan hati, menjaga diri dari segala perilaku buruk, dan meneladani laku hidup Sunan Kalijaga yang menebar kedamaian dan kebajikan, lanjutnya.
Usai penjamasan, para anggota tim minyak jamas yang keluar dari Gedung Kasunanan atau Sasono Gendong langsung disambut masyarakat. Mereka berebut untuk bersalaman dengan para penjamas, meyakini bahwa hal tersebut membawa berkah dan keberuntungan sebagai bentuk ngalap berkah dari pusaka Sunan Kalijaga.
Tradisi Grebeg Besar Demak bukan hanya pelestarian budaya, tetapi juga sarana spiritual yang merekatkan masyarakat dengan warisan leluhur yang penuh hikmah. Semangat yang terpancar dalam prosesi ini mencerminkan kebersamaan, penghormatan terhadap wali, serta ikhtiar menjaga nilai-nilai kebaikan dalam kehidupan.