Regional

PD F-TBM Rembang Gelar Diskusi Buku dan Kemah Literasi di Plawangan

Selasa, 27 Mei 2025 | 09:15 WIB

PD F-TBM Rembang Gelar Diskusi Buku dan Kemah Literasi di Plawangan

Forum Taman Bacaan Masyarakat (F-TBM) Kabupaten Rembang menggelar Kemah Literasi Kemanusiaan selama dua hari, Sabtu-Ahad (24-25/5/2025)

Rembang, NU Online Jateng 

Forum Taman Bacaan Masyarakat (F-TBM) Kabupaten Rembang menggelar Kemah Literasi Kemanusiaan selama dua hari, Sabtu-Ahad (24-25/5/2025) di TBM Lentera Kisik, Desa Plawangan, Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Kegiatan ini diikuti oleh 50 peserta dari berbagai wilayah di Rembang.

 

Kegiatan ini menjadi salah satu tindak lanjut usai pengurus F-TBM Rembang resmi dilantik melalui Surat Keputusan Bupati. Hadir dalam pembukaan, perwakilan dari Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Rembang, Sutrisno, yang memberikan apresiasi atas terselenggaranya kemah literasi tersebut.

 

"Ini menjadi wadah penting bagi masyarakat untuk terus meningkatkan minat dan budaya literasi. Literasi adalah pionir utama peradaban, baik dalam pendidikan, sosial budaya, maupun politik," ujarnya.

 

Ia menambahkan, kemajuan teknologi bukan menjadi penghalang, melainkan tantangan untuk semakin memperkuat budaya literasi di tengah masyarakat.

 

"Peradaban dimulai dari kebiasaan membaca dan menulis, yang kemudian berkembang menjadi karya-karya besar. Literasi bukan hanya soal membaca dan menulis, tapi juga soal berpikir kritis dan mencipta," imbuhnya.

 

Salah satu agenda utama dalam kegiatan ini adalah diskusi buku yang menghadirkan sejarawan muda asal Lasem, Muhammad Al Mahdi atau yang akrab disapa Koh Lam. Dalam paparannya, ia mengulas proses masuknya Islam di pesisir utara Jawa, khususnya di wilayah Lasem, melalui buku karyanya Lasem Pintu Gerbang: Masuknya Islam di Pesisir Pantai Utara Jawa.

 

“Selama ini kita mengenal bahwa Islam masuk ke Jawa melalui pedagang Arab dan India pada abad ke-15 hingga 16. Namun ada banyak jalur lainnya, termasuk pengaruh kerajaan-kerajaan Islam seperti Demak dan perwakilan Kerajaan Majapahit di Lasem,” tuturnya.

 

Ia menjelaskan, pada abad ke-13 hingga 14 Masehi, Lasem telah menjadi kota pelabuhan penting dan merupakan perwakilan Kerajaan Majapahit, dengan Bhre Lasem atau Dewi Indu—adik dari Raja Hayam Wuruk—sebagai penguasanya.

 

“Lasem memiliki sejarah yang lebih tua dari Rembang. Dari pelabuhan Lasem inilah, ajaran Islam berkembang dan menyebar melalui jaringan perdagangan dan interaksi sosial masyarakat pesisir,” jelasnya.

 

Diskusi berlangsung penuh antusias. Para peserta tampak aktif mencatat poin-poin penting dari pemaparan narasumber, terutama yang berkaitan dengan sejarah lokal yang jarang diangkat dalam diskusi publik.

 

Ketua F-TBM Rembang, Sri Padnaningsih, mengaku optimis terhadap masa depan literasi di Kabupaten Rembang. Ia menyampaikan harapannya agar kegiatan seperti ini bisa menjangkau lebih luas ke berbagai kecamatan.

 

"Melihat semangat peserta yang tinggi, saya yakin literasi akan semakin merata dan progresif di seluruh kawasan Rembang," ujarnya.

 

Lebih lanjut, Sri juga memaparkan program-program unggulan F-TBM ke depan, seperti layanan taman bacaan elektronik, peminjaman buku fisik, kegiatan membaca bersama, serta pelatihan keterampilan berbasis literasi.

 

“Kami ingin taman bacaan menjadi pusat pembelajaran dan pengembangan diri masyarakat di berbagai aspek,” pungkasnya.