Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra

Opini

Soal Muktamar NU di Lampung, Tidak Ada yang Gawat Gus

Foto: Ilustrasi

Gundah gulana rasa was-was melihat manuver para kiai dan gawagis jelang Muktamar ke-34 di Lampung menyelimuti keresahan dan kegelisahan yang terjadi para pemerhati simpatisan NU yang sedikit bersentuhan dengan upaya berkhidmah dengan kesungguhan dalam wadah organisasi keagamaan terbesar dengan mempertahankan ajaran para salafushalihin Ahlussunnah wal jamamaah an nahdiyah.

 

Keresahan ini ditimbulkan dengan tarik ulurnya penyelenggaraan muktamar yang sedianya disepakati tanggal 23-24 Desember 2021 bertempat di Lampung  provinsi yang pertama kali akan diadakan perhelatan akbar 5 tahunan NU yaitu muktamar ke-34.

 

Akan Ada PPKM Level 3

 

Namun ketika pemerintah memberitahu akan diberlakukan PPKM level 3 untuk membatasi adanya kerumunan dan ditutupnya semua vasilitas wisata, sebab sangat mengkhawatirnya akan melonjaknya kasus terpaparnya Covid-19. Ditambah berkembangnya varian baru Cavid-19 yang telah berkembang di Benua Afrika.

 

Dari sini kemudian muncul masalah baru berupa gejolak sampai pada saling adu dukungan dengan mengeluarkan surat yang berbeda. Yang 9 kiai sepuh bertemu di kediaman Wakil Presiden RI KH Ma'ruf Amin manandatangani pernyataan untuk mundur. Dibalas dengan surat keputusan perintah Pj Rais Aam mengajukan pelaksanaanya tanggal 17 Desember 2021 didukung kehadiran 27 PWNU yang sowan di Kantor PBNU demi mengamankan titah perintah pemimpin tertinggi untuk memjaga marwah Rais Aam.

 

Dinamika Muktamar

 

Gejolak yang memanas pada setiap muktamar yang terjadi sejak sebelumnya dari peristiwa Muktamar Situbondo dan yang terakhir di Jombang juga telah terjadi benturan yang amat keras perbedaan pandangan dari pra muktamar dan di ajang sesion-sesion persidangan adalah hal yang lumrah terjadi di NU bahkan salimg tuding dan tuduh sudah hal yang lumrah terjadi pada organisasi keislaman terbesar di dunia ini.

 

Dinamika ini terbangun sejak para kiai nyantri di perbagai pesantren ajang perdebatan difasilitasi untuk mengurai kebenaran dan menuju mashalihul ummah yang pada akhirnya menemukan titik temu. Maka, sudah merupakan kebiasaan dinamika yang terjadi ini dengan sebutan Muktamar NU itu awal mulanya gegeran tetapi pada ending nya pasti akan terjadi ger-geran (guyonan).

 

Penutup

 

Melihat dinamika muktamar yang terjadi sebelumnya, kondisi pra muktamar Lampung 2021 saat ini sesungguhnya jauh lebih kondusif, suasana dinamis dan mayoritas pengurus wilayah berada dalam satu barisan pilihan yang sama, makanya penulis heran jika hari ini ada pihak yang mengkhawatirkan terjadi deadlock sehingga diperlukan majelis tahkim yang tidak pernah ada dalam muktamar sebelumnya. Situasi ini aman dan tidak ada yang gawat gus!.

 

Mari kita jalani muktamar dengan penuh optimisme, rasa gembira, dan senang, mekanisme Ahlul Halli Wal Aqdi (AHWA) sudah lebih dari cukup dan kembalikan semua kepada AD/ART aturan organisasi yang sudah mapan, Rais Aam dan Ketum PBNU dapat duduk bersama berunding dengan penuh kearifan tanpa perlu mengundang campur tangan pihak lain agar muktamar dapat berlangsung dalam damai dan penuh keikhlasan. Wallahul A'lam Bis-Shawab

 

 

H Munib Abdul Muchith, Wakil Katib Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah

Editor: M Ngisom Al-Barony

Artikel Terkait