• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Senin, 29 April 2024

Regional

Rais NU Klaten: Penyandang Disabilitas Banyak yang Sukses

Rais NU Klaten: Penyandang Disabilitas Banyak yang Sukses
Diskusi Fiqih Disabilitas oleh Lakpesdam NU Klaten, Jateng (Foto: NU Online Jateng/Ajie Najmudin)
Diskusi Fiqih Disabilitas oleh Lakpesdam NU Klaten, Jateng (Foto: NU Online Jateng/Ajie Najmudin)

Klaten, NU Online Jateng

Di dalam kaidah ushul fiqih, terdapat sebuah kalimat 'Jika ada yang tidak mau tahu dengan saudaranya, maka itu berdosa'. Maka, sudah semestinya manusia sebagai makhluk sosial, juga perlu memperhatikan satu sama lain.

 

“Maka kita harus bersama-sama karena kita makhluk sosial. Intinya kita harus saling peduli, yang pintar harus peduli dengan yang bodoh,” terang Rais Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Klaten KH Muchlis Hudaf pada acara 'Diskusi Publik Fiqih Disabilitas' yang diselenggarakan Pengurus Cabang Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) NU Klaten di Kantor PCNU Klaten, Jumat (30/10).

 

Kepedulian tersebut, kata Kiai Muchlis, perlu diwujudkan termasuk kepada para penyandang disabilitas. “Tentang mitos difabel maka kita jangan mengolok-olok orang yang difabel, apapun alasannya,” terangnya.

 

Kiai Muchlis juga menerangkan beberapa orang yang menyandang disabilitas justru terpilih menjadi orang-orang sukses. “Seperti Gus Dur, yang memiliki beberapa kekurangan pada fisiknya, beliau dapat menjadi presiden. Lha, saya yang normal saja tidak bisa masuk menjadi staf kabupaten,” kata pengasuh Pesantren Mamba'ul Hikam, Ceper, Klaten itu sembari berseloroh.

 

Ia juga menekankan pentingnya pengelola fasilitas umum maupun tempat ibadah untuk ikut memperhatikan kelompok disabilitas. “Maka kita akan menganggarkan, melalui Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) untuk menyediakan masjid ramah difabel. Menyediakan ‘kobokan' untuk kursi roda di masjid,” tuturnya.

 

Lebih lanjut dijelaskan, tentang keringanan bagi penyandang disabilitas yang susah untuk naik ke masjid. “Dalam hal fiqih untuk kaum difabel, kalau mau shalat berjamaah di masjid, ya shalat saja di masjid. Tapi semisal, tidak bisa naik ke atas, ya cukup di bawah juga tidak apa-apa apalagi mendengar khutbah Jumat. Untuk kursi roda juga harus dipikirkan oleh pengelola masjid,” kata dia.

 

 

Selain Kiai Muchlis, turut hadir sebagai narasumber Sekretaris Paguyuban Penyandang Disabilitas Klaten (PPDK) Setyo Widodo dan perwakilan dari Staf kepresidenan RI Sunarman untuk isu difabel dan agama.

 

Setyo Widodo menerangkan tentang penciptaan manusia, sebagai makhluk yang sempurna. “Kita sepakat bahwa yang diciptakan Allah itu sempurna. Manusia diciptakan untuk beribadah. Pasti diciptakan sempurna. Tetapi realitanya ada stigma cacat vs normal. Kira-kira kenapa? Ketika Allah menciptakan dalam kesempurnaan tetapi ada stigma tersebut. Siapa yang membuat stigma itu? Manusia juga,” ungkapnya.

 

Menurutnya, dalam masyarakat juga ada standar kenormalan. “Normalmya berbicara itu bersuara dan memakai mulut. Normalnya orang berjalan itu memakai kaki. Maka ada konsep 'cacat' dalam masyarakat ketika tidak normal. Jadi yang menciptakan stigma itu kita sendiri,” jelas Setyo.

 

Sementara Sunarman, senada dengan Kiai Muchlis Hudaf, yakni menekankan perhatian dalam pembuatan tempat ibadah supaya ramah untuk kaum difabel. “Tonggak pada hari ini sesuai dengan momentum hari santri supaya ada santri dari kaum difabel. NU klaten supaya membuat roadmap (peta jalan),” pungkasnya.

 

Penulis: Ajie Najmuddin
Editor: M Ngisom Al-Barony


Regional Terbaru