• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Sabtu, 4 Mei 2024

Regional

HARI SANTRI

Pesantren Ar-Rois Cendekia Semarang Gelar Sarasehan Kemandirian Ekonomi Pesantren

Pesantren Ar-Rois Cendekia Semarang Gelar Sarasehan Kemandirian Ekonomi Pesantren
Kegiatan sarasehan kemandirian ekonomi pesantren di Semarang (Foto: Dok)
Kegiatan sarasehan kemandirian ekonomi pesantren di Semarang (Foto: Dok)

Semarang, NU Online Jateng
Pesantren Ar-Rois Cendekia Semarang mengadakan sarasehan kemandirian ekonomi pesantren bekerja sama dengan Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama Jawa Tengah, di Aula Pesantren Ar-Rois Cendekia, Rabu (25/10/2023).


Pengasuh Pesantren Ar-Rois Cendekia Semarang KH Ahmad Rofiq Mahfudz mengatakan, sarasehan kemandirian ekonomi pesantren dilaksanakan dalam rangkaian peringatan Hari Santri 2023. 


"Dari gelaran sarasehan ini kami berharap dapat memantik pengelola dan santri-santri atas kepercayaan dirinya dan keterampilan yang kuat untuk berwirausaha," ujarnya.

 

Dalam siaran pers yang diterima redaksi NU Online Jateng, Kamis (26/10/2023) disampaikan, sarasehan kemandirian pesantren dapat menjadi contoh nyata bagaimana pendidikan agama dapat berintegrasi dengan pengembangan keterampilan praktis, menciptakan generasi muda yang terampil, mandiri, dan berdaya saing tinggi di era globalisasi.


"Santri harus optimis menatap masa depannya dengan kemandiriannya di bidang ekonomi," tegasnya.


Dijelaskan, sarasehan yang diikuti 150 peserta dari berbagai perwakilan pesantren di Jawa Tengah menghadirkan Pembina Yayasan Al-Ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding School Parung Bogor Hj Umi Wahedaa.


Dalam paparannya Umi Wahedaa mengatakan, sejak didirikan tahun 1998 Pesantren Nurul Iman telah mengratiskan biaya pendidikan untuk santri. Dari kepemimpinan suaminya Habib Saggaf, Pesantren Nurul Iman berkembang pesat dari tahun ke tahun. 


"Habib, tidak meninggalkan warisan, ia hanya meninggalkan wakaf atau aset pesantren ini. Pesannya sebelum meninggal, saya yang harus mengelola," katanya.


Dirinya mengaku, saat awal memimpin pesantren merasa tertekan, karena tidak tahu bagaimana mengelola bisnis pesantren. Terlebih masih ada hutang unit usaha pesantren senilai 2 miliar. 


"Saya ditugaskan hanya mengajar oleh suami. Tidak pernah ikut berkecimpung dalam pengolaan bisnis. Tetapi saya nekat dan alhamdulillah bisa terlaksana sampai saat ini," ungkapnya.


Diterangkan, awal dahulu ada 25 unit bisnis dan sekarang telah berkembang menjadi 59. Semua unit tersebut murni atas pengelolaan mandiri oleh pesantren, tanpa sokongan donasi dari luar. Dikelola oleh dirinya dan dibantu oleh santri-santri yang telah lulus SMA atau Sarjana.


"Sama sekali tanpa donasi. Kita benar-benar kelola secara mandiri secara profesional dan transparan," ungkapnya.


Umi berpesan, dalam pengelolaan bisnis di pesantren harus dibagi ke dalam empat bidang manajerial. Manajemen sumber daya manusia, manajemen produksi, menejemen keuangan, dan manajeman pemasaran. Empat bidang tersebut harus dikelola oleh orang-orang yang berbeda. 


"Ini biasanya di pondok, seluruh manajeman dipegang satu orang. Ini harus diubah, agar manajerial bisnis pesantren bisa berjalan efektif. Jangan sampai bagian produksi ikut campur dalam pemasaran, dan sebagainya," pungkasnya. (*) 
 


Regional Terbaru