• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Kamis, 2 Mei 2024

Regional

Istiqamah Subuh Berjamaah Jadi Riyadhah Penting bagi Santri

Istiqamah Subuh Berjamaah Jadi Riyadhah Penting bagi Santri
Pengasuh Pesantren Al Khair Wal Barokah, Pekalongan KH Muhammad Husaini (Foto: NU Online Jateng/Nur Kumala)
Pengasuh Pesantren Al Khair Wal Barokah, Pekalongan KH Muhammad Husaini (Foto: NU Online Jateng/Nur Kumala)

Pekalongan, NU Online Jateng 
Pengasuh Pesantren Al-Khair Wal Barokah, Pekalongan KH Muhammad Husaini dalam rutinitas ta’lim bersama santri pada Selasa malam tak henti-hentinya  menjelaskan betapa pentingnya riyadhah bagi seorang santri.

 

“Riyadhah paling penting adalah istiqamah. Setiap talabul ilmi (mencari ilmu) dengan tidak diriyadhahi itu hasilnya akan berbeda dengan santri yang riyadhahan,” ucapnya.

 

Dijelaskan, makna dari riyadhah yaitu melatih dan mengolah diri untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Bagi seorang santri dengan banyaknya aktivitas taklim, tidak lantas menjadi alasan bagi mereka untuk hanya fokus terhadap ‘ngaji sorogan atau bandongan’ semata.

 

"Melainkan juga mengamalkan ibadah-ibadah lain untuk menunjang kemanfaatan dan keberkahan ilmu tersebut," tegasnya.

 

Abah Husaini, sapaan akrab melanjutkan bahwa pentingnya bagi seorang santri yang ingin berhasil dalam menuntut ilmu. Maka hal yang paling awal adalah istiqamah untuk bangun qablal fajr (sebelum terbit fajar) dan melakukan jamaah shubuh. 

 

Majelis malam selasaan Pesantren Al-Khair Wal Barokah, Pekalongan (Foto: Nur Kumala)

 

Disampaikan, satu cerita dari gurunya Yakni Habib Abdullah Baqir Pekalongan, setiap kali majelis taklimnya kedapatan rangkaian maulid akbar Habib Abdullah Baqir di tiap tahunnya. Habib Abdullah Baqir senantiasa menyelesaikan maulid tersebut lebih cepat daripada rangkaian maulid lainnya, yakni tidak lebih dari jam 11 malam. 

 

"Habib Abdullah Baqir mengatakan, maulid akbar ini harus selesai jam 11, syukur-syukur jam 10, yang penting santri ikut bershalawat, dan jamaah shubuh mereka tidak terlewat,” sebagaimana ditirukan Abah Husaini.

 

Abah Husaini melanjutkan, dengan menceritakan pengalaman beliau ketika nyantri di Rubath, Tarim, Hadramaut, Yaman, tepatnya di bawah asuhan Maulana Habib Salim bin Abdullah Asy-Syathiri.

 

“Dahulu, guru saya Habib Salim itu kalau sebelum shubuh sudah sampai di masjid, padahal jarak rumahnya dengan masjid itu jauh. Hingga menjadikan kita sebagai santri sangat malu. Beliaupun mampu mengetahui santri yang tidak berjamaah, lalu memanggil santri tersebut dan mempersilahkan untuk memilih untuk jamaah shalat shubuh atau pulang ke tanah air,” ucapnya.

 

Kepada NU Online Jateng, Senin (30/8) Abah Husaini menyampaikan, itulah ajaran-ajaran ulama salafunas shalih yang memperhatikan betapa pentingnya riyadhah bagi santri dengan istiqamah untuk shalat shubuh berjamaah. 

 

Bahkan dalam hadits shahihnya Rasulullah SAW mendoakan umatnya keberkahan di waktu subuh 'Allahumma baarik li ummati fi bukurihaa' (ya Allah, berkahilah pada umatku di permulaan harinya).

 

Di akhir taklimnya, Abah Husaini memumpuk semangat kepada para santrinya dengan mengutip kalimat 'Al-Syubaan al-mu’abbidan ahabba ilallah min syaikhi muta’abbidin, di mana ibadahnya seorang pemuda itu lebih disukai oleh Allah, dari ibadahnya orang yang telah tua.
 

 

Kontributor: Nur Kumala 
Editor: M Ngisom Al-Barony


Regional Terbaru