Antisipasi Guru Tak Bersanad, Jamiyatul Qurra Wal Huffadz NU Jateng Kembali Data Lembaga Tahfidz
Semarang, NU Online Jateng
Pimpinan Wilayah (PW) Jamiyatul Qurra wal Huffadz Nahdlatul Ulama (JQHNU) Jawa Tengah akan mendata ulang keberadaan lembaga-lembaga pendidikan dan tahfidz (hafalan) Al-Qur'an di masyarakat.
Sekretaris PW JQHNU Jateng KH Andi Purwono mengatakan, sebagai badan otonom yang mengemban amanat dari Nahdlatul Ulama (NU) untuk membina para qari-qariah dan hafidz-hafidzah kebanjiran pertanyaan tentang keberadaan rumah-rumah tahfidz yang tidak memiliki atau diasuh oleh guru penghafal Al-Qur'an ( hafidz-hafidzah).
"Ini sangat mengagetkan sekali informasi bahwa 86 persen rumah-rumah tahfidz Al-Qur'an tidak memiliki hafidz-Hafidzah Al-Qur'an. Karena itu PW JQHNU Jateng menginstruksikan kepada PC JQHNU se-Jateng untuk mendata ulang lembaga-lembaga pendidikan Al-Qur'an yang ada diwilayahnya, khususnya yang menyelenggarakan pendidikan hafalan Al-Qur'an," kata kiai Andi yang juga Wakil Rektor I Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang, Rabu (12/1).
Dikatakan, informasi adanya rumah tahfidz namun tidak memiliki hafidz-hafidzah selain muncul dari masyarakat juga diungkapkan Ketua III Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur'an (LPTQ) Jateng Imam Masykur saat menyampaikan pembekalan kepada peserta Rapat Pimpiman Wilayah (Rapimwil) JQHNU Jateng di Pesantren Tahaffuzhul Qur'an Miftahul Huda Kaliwungu, Kendal yang diasuh KH Ahmad Baduhun Badawi beberapa waktu lalu.
"Pendataan ulang itu untuk memastikan bahwa pesantren dan madrasah atau majelis-majelis taklim yang menyelenggarakan pendidikan hafalan Al-Qur'an di lingkungan NU di Jateng tidak termasuk termasuk dalam kategori yang disinyalir LPTQ itu," terang Andi kepada NU Online Jateng.
Dia menambahkan, informasi dari LPTQ Jateng menyebutkan bahwa 86 persen rumah-rumah tahfidz di Indonesia justru tidak memiliki hafidz-hafidzah (penghafal) Al-Qur'an sebagai guru-gurunya. Hal ini memicu terjadinya kekosongan sanad keilmuan, ini sangat membahayakan sekali.
"Selama ini informasi dari dalam NU menyebutkan, aktivitas pendidikan Al-Qur'an di Jateng baik yang dikelola para kiai NU, pesantren yang berafiliasi ke Rabithah Ma'ahid Nahdlatul Ulama (RMINU), maupun majelis-majelis taklim Al-Qur'an di perkampungan memiliki sanad yang jelas," terangnya.
Menurutnya, dengan memiliki data bahwa aktivitas pendidikan Al-Qur'an di lingkungan NU keilmuannya bersanad, maka akan membantu masyarakat terutama dari lingkungan eksternal NU dalam upaya mendapatkan pendidikan Al-Qur'an yang berkualitas.
Sekretaris PW JQHNU Jateng KH Andi Purwono (kanan) (Foto: Dok)
Ketua PW JQHNU Jateng KH Ali Imron Al Hafidz mengatakan, kepada masyarakat terutama para orang tua yang berkeinginan menyiapkan anak-anaknya untuk menjadi seorang hafidz atau hafidzah supaya berhati-hati dalam menentukan guru atau lembaga yang dipilih untuk mewujudkan harapannya.
"Bertanyalah dulu ke kiai NU atau pengurus JQHNU, sebelum memondokkan anaknya untuk menghafal Al-Qur'an agar tidak keliru dalam memilih guru atau pengasuh," pungkasnya.
Penulis: Samsul Huda
Editor: M Ngisom Al-Barony