• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Senin, 6 Mei 2024

Regional

Ansor Jateng: Islam Disebarkan di Nusantara dengan Tradisi dan Kebudayaan

Ansor Jateng: Islam Disebarkan di Nusantara dengan Tradisi dan Kebudayaan
Sekretaris PW GP Ansor Jateng Fahsin M. Faal menjadi narasumber kegiatan bedah buku 'Berislam Secara Moderat' (Dok. NU Online Jateng/ Faiz)
Sekretaris PW GP Ansor Jateng Fahsin M. Faal menjadi narasumber kegiatan bedah buku 'Berislam Secara Moderat' (Dok. NU Online Jateng/ Faiz)

Semarang, NU Online Jateng

Sekretaris Pimpinan Wilayah (PW) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Jawa Tengah, Fahsin M. F Faal menjelaskan konsep dasar keberislaman di Indonesia dalam acara bedah buku Berislam Secara Moderat: Ajaran dan Praktik Moderasi Beragama dalam Islam karya Wakil Sekretaris PWNU Jateng Khoirul Anwar di salah satu toko buku di Kota Semarang, Jawa Tengah, Kamis (8/4).

 

Ia mengatakan bahwa masuknya Islam ke Indonesia ini tanpa melalui kekerasan dan pemaksaan melainkan dengan kedamaian dan kesantunan. Fahsin juga menjelaskan Islam yang ada di Indonesia kemungkinan besar berbeda dengan Islam yang ada di seluruh belahan dunia.

 

Menurutnya dalam sejarah masuknya Islam di Nusantara bahwa Islam Indonesia dilahirkan dari kasih sayangnya para wali yang menyebarkan agama dengan tradisi dan kebudayaan artinya masuknya Islam tidak menggunakan peperangan dan kekerasan.

 

“Islam yang datang ke Nusantara ini bisa jadi berbeda dengan Islam yang ada di belahan dunia lain, Islam yang hadir di Nusantara ini dilahirkan dan diajarkan dengan kasih sayang dengan tradisi dan kebudayaan tidak menggunakan pedang yang terhunus. Islam di Indonesia diajarkan dengan kebudayaan,” kata Fahsin.

 

Kendati demikian, ia merasa prihatin dengan beberapa model pemahaman Islam yang belakangan ini muncul. Misalnya gerakan terorisme yang kemarin menjadi perbincangan publik.

 

Menurut Fahsin ada hal yang kurang beres dalam memahami sumber agama, kemudian ia menambahkan bahwa mempelajari agama tidak ada yang instan melainkan harus bersusah payah dulu memahami Al-Quran harus beserta tafsir yang kaya dan mengetahui asbabunnuzul kemudian juga harus pandai ilmu Bahasa Arab, Nahwu, Shorof, Balaghoh, Mantiq, dan Sosiologi Al-Quran.

 

“Jadi kalau kita mau belajar tentang keagamaan kita tidak bisa (instan) dalam memahami bahasa Al-Quran saja banyak ilmu yang harus dikuasai, ada bahasa Arab sendiri, Tarikh Adab Jahili, ada Nahwu, Shorof, Balaghah, Mantiq, Ulumul Qur’an dan Sosiologi Al-Quran dan juga harus tau asbabun nuzulnya dan seterusnya,” ungkapnya.

 

Khoirul Anwar selaku penulis buku dan tersebut menambahkan keprihatinanya terhadap kelompok yang mengatasnamakan Islam namun sejatinya mereka malah merusak nama Islam itu sendiri dengan aksi teror yang merugikan orang banyak.

 

“Ada orang yang mengatasnamakan Islam tapi dia melakukan tindakan dan kekerasan yang menyakiti diri sendiri dan orang lain,” kata pria lulusan Lirboyo itu.

 

Kontributor: Abdullah Faiz

Editor: Ajie Najmuddin​​​


Regional Terbaru