Innalillahi, Santri Pendiri NU, Mbah Rusmani Wonogiri Wafat
Wonogiri, NU Online Jateng
Innalillahi wa inna ilahihi rajiun. Kabar duka datang dari Wonogiri, Jawa Tengah. Salah satu tokoh Nahdlatul Ulama (NU) di Wonogiri yang juga santri KH Hasyim Asy'ari, KH Rusmani Wafat, Kamis (11/3) pukul 11.30 WIB. Mbah Rusmani wafat di kediamannya di Kauman, Dusun Miri, Desa Gedawung, Kecamatan Kismantoro, Kabupaten Wonogiri.
Informasi yang diterima NU Online Jateng, seminggu yang lalu Mbah Rusmani yang berusia seratus tahun ini sempat dirawat karena sakit. "Hari Jumat (5/3) lalu, beliau sempat tidak sadarkan diri. Untuk pernafasan juga dibantu dengan peralatan oksigen," terang Hasan, salah satu santri Mbah Rusmani, kepada NU Online Jateng.
Sementara itu dari pihak keluarga, putra Mbah Rusmani, Gus Mail menerangkan, jenazah Kiai Rusmani akan dimakamkan sesuai wasiatnya semasa hidup, yakni di lingkungan kediamannya, nanti malam setelah Isya. "Dimakamkan sebelah barat ndalem jam 10 malam," terang Gus Mail.
Semasa hidupnya, Mbah Rusmani dikenal ebagai seorang kiai yang sangat tawadhu. Dilansir dari NU Online, saat wartawan NU Online sowan ke kediamannya, tahun 2018 lalu, Mbah Rusmani sempat menutup-nutupi jatidirinya. Ia sebelumnya tidak mengakui kalau saat mudanya pernah bertemu dan ngaji secara langsung kepada Pendiri NU itu.
Ia justru menyampaikan kalau yang pernah mondok di Tebuireng itu adalah saudaranya, bukan dirinya. Mbah Rusmani yang siang itu mengenakan baju koko putih, peci putih, dan dibalut sorban lalu berkata, “Kulo namung sering sowan mriko (saya hanya sering berkunjung ke sana),” tuturnya. “Mboten nderek ngaos (tidak ikut mengaji),” sambungnya. Sebuah jawaban yang mencerminkan kerendahan hati dan ketawadhu’an santri pada seorang guru.
Mbah Rusmani tinggal bersama putri pertama dan menantunya. Mbah Rusmani sendiri memiliki empat orang putra-putri yang semuanya sudah berkeluarga dan tiga di antaranya tinggal di luar Kota Wonogiri. Tiap hari kediamannya tidak pernah sepi dari para tamu yang datang. Para tamu yang datang biasanya adalah para pengurus NU, santri, dan masyarakat yang sekadar ingin mengadukan persoalan hidup atau meminta nasihat dan doa restu darinya. Lahul fatihah.
Kontributor : Rojif Mualim
Editor: Ajie Najmuddin
