Innalillahi, Mustasyar PWNU Jateng KH Sya'roni Ahmadi Kudus Wafat
Selasa, 27 April 2021 | 10:00 WIB
M Ngisom Al-Barony
Penulis
Semarang, NU Online Jateng
Innalillahi wainna ilaihi raajiuun, kabar duka kembali menyelimuti warga NU Jawa Tengah. Salah satu Mustasyar Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah KH Sya'roni Ahmadi Al-Hafidz wafat pada Selasa (27/4) di Rumah Sakit Islam (RSI) Sunan Kudus pada pukul 09.00 pagi.
Ketua PWNU Jawa Tengah HM Muzamil dan seluruh jajarannya mengucapkan berbela sungkawa yang sedalam-dalamnya atas meninggalnya Kiai Sya'roni. "Semoga husnul khatimah," ucapnya.
Dalam profilnya sebagaimana dikutip laduni.id KH Sya'roni lahir di Kudus merupakan anak ketujuh dari 8 bersaudara. Beliau ditinggalkan ibundanya semenjak kecil tepatnya ketika berusia 8 tahun. Sepeninggal ibunya kiai Sya’roni di asuh oleh sang ayah.
Namun masa ini pun tidak berlangsung lama. Karena menginjak usianya yang ke 13 tahun, kiai Sya’roni ditinggal oleh ayahnya. Lengkap sudah duka Kiai Sya’roni karena sejak saat itu ia menjadi anak yatim piatu.
Sejak kecil KH Sya’roni Ahmadi Al Hafidz dikenal sebagai anak yang gandrung mengkaji agama, mulai dari al-Qur’an sampai tauhid, fikih, tasawuf dan sebagainya. Terbukti, meskipun berasal dari keluarga dari ekonomi pas-pasan, beliau rajin mengikuti pengajian-pengajian yang diadakan di sekitar kota Kudus. Sya’roni kecil termasuk anak yang cerdas. Pada usia 11 tahun berliau sudah hafal kitab Alfiyah Ibnu Malik bahkan hafal Al-Qur'an.
Dalam pendidikan formalnya beliau sempat mengenyam pendidikan di Madrasah Diniyah Mu’awanah di Madrasah Ma’ahid lama (pada masa KH Muchit). Sedangkan pendidikan non formalnya, baliau banyak belajar dari satu tempat ke tempat lain.
Untuk belajar Al-Qur’an utamanya Qira’ah al-Sab’ah berliau berguru kepada KH Arwani Amin Kudus yang mengasuh Pondok Yanbu’ul Qur’an. Beliau juga sempat berguru kepada KH. Turaichan Adjhuri. Sedangkan guru-gurunya yang lain adalah KH Turmudzi dan KH Asnawi dan lain-lain.
Kiai Sya’roni banyak dikenal sebagai sosok yang menguasai ilmu agama secara interdisipliner. Beliau tidak hanya mahir dalam ilmu tafsir, tetapi juga dalam ushul al-fiqih, fiqih, mantiq, balaghah, dan sebagainya.
Dalam hal Al-Qur’an, baliau tidak hanya pandai membacanya namun juga pintar melagukannya bahkan beliau menjadi dewan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) tingkat nasional.
Penulis: M Ngisom Al-Barony
Editor: Samsul Huda
Terpopuler
1
Abu Sampah Disulap Jadi Paving, Inovasi Hijau LPBI NU dan Banser Trangkil
2
Khutbah Jumat: Pelajaran Yang Tersirat Dalam Ibadah Haji
3
Semarak Harlah ke-75, Fatayat NU Wonogiri Gali Potensi Kader dengan Semangat Kartini
4
Kasus Pneumonia Jamaah Haji Meningkat, dr Alek Jusran Imbau Jaga Kesehatan
5
Gelorakan Dakwah Lewat Tulisan, NU Online Kumpulkan Jurnalis Muda Nahdliyin se-Jateng dan DIY
6
NU Online dan LAZISNU Gelar Workshop Jurnalistik Filantropi, Cilacap Jadi Tuan Rumah
Terkini
Lihat Semua