Nasional

Waspada! Perubahan Cuaca Ekstrem dapat Picu Penyakit Ini

Kamis, 14 November 2024 | 17:00 WIB

Semarang, NU Online Jateng

Perubahan cuaca ekstrem dapat menekan sistem kekebalan tubuh dan membuat seseorang lebih rentan terhadap penyakit. Hal tersebut dijelaskan Ketua Lembaga Kesehatan (LK) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah, dr Alek Jusran, pada Rabu (13/11/2024). 

 
Ia menjelaskan, perubahan cuaca yang sangat ekstrem dapat mengakibatkan penurunan efektivitas sistem imun.


"Cuaca ekstrem, baik panas maupun dingin, dapat membuat tubuh bekerja lebih keras untuk menjaga suhu yang stabil. Dalam kondisi ini, tubuh mengalihkan energi untuk menjaga suhu tubuh, sehingga fungsi imun bisa tertekan. Ini bisa membuat kita lebih rentan terhadap infeksi virus dan bakteri," jelasnya.


Dari hal tersebut, sejumlah potensi penyakit yang terjadi pada musim seperti ini, baik secara fisik maupun mental. Pertama, masalah pernapasan. Suhu yang sangat panas atau dingin dapat memperburuk kondisi pernapasan seperti asma, bronkitis, dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Cuaca ekstrem juga sering kali meningkatkan polusi udara, yang bisa mengiritasi saluran pernapasan.


"Kemudian Dehidrasi dan Stroke Panas, yaitu ketika suhu tinggi, tubuh lebih mudah kehilangan cairan, yang dapat menyebabkan dehidrasi dan meningkatkan risiko stroke panas (heat sroke). Hal ini sangat berbahaya terutama bagi lansia, anak-anak, dan orang dengan kondisi medis tertentu," jelasnya kepada NU Online Jateng, Rabu (13/11/2024).


Cuaca ekstrem juga dapat mempengaruhi penyebaran penyakit menular. Contohnya, banjir akibat curah hujan tinggi dapat memicu wabah penyakit seperti leptospirosis, diare, dan penyakit kulit. Selain itu, peningkatan suhu juga bisa mempercepat perkembangbiakan nyamuk penyebab demam berdarah dan malaria.


"Masalah jantung juga dapat terjadi. Suhu dingin yang ekstrem bisa mempersempit pembuluh darah dan meningkatkan tekanan darah, sehingga memperbesar risiko serangan jantung dan stroke. Sedangkan cuaca panas bisa meningkatkan denyut jantung dan beban pada sistem kardiovaskular," terangnya.


Selain kesehatan fisik, dr Alek juga menyebut bahwa potensi gangguan mental juga dapat terjadi. 


"Perubahan cuaca ekstrem, seperti bencana alam, bisa memicu gangguan mental seperti kecemasan, depresi, dan PTSD. Selain itu, tekanan psikologis dapat meningkat karena dampak kerusakan lingkungan dan perubahan dalam kehidupan sehari-hari," terangnya.


Lebih dari itu, menurut dr. Alek, anak-anak dan lansia memiliki risiko yang cukup tinggi terkena penyakit akibat perubahan cuaca ekstrem. Sebab, kedua golongan tersebut memiliki sensitifitas terhadap dehidrasi, rentan terhqdap polusi udara, serta sesnitifitas suhu.


Oleh karena itu, menjaga kekebalan tubuh sangat penting dilakukan pada musim-musim seperti ini. Di antaranya adalah dengan mengkonsumsi makanan bergizi dan memperbanyak minum air.