• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Jumat, 3 Mei 2024

Nasional

Islam Ramah Jati Diri Nahdlatul Ulama

Islam Ramah Jati Diri Nahdlatul Ulama
Cendekiawan NU KH Zuhairi Misrawi (islamramah.co)
Cendekiawan NU KH Zuhairi Misrawi (islamramah.co)

Jakarta, NU Online Jateng

Islam ramah bukan Islam marah ini sesungguhnya menjadi jati diri Nahdlatul Ulama (NU),  banyak dari tokoh tokoh NU menegaskan prinsip Islam ramah bukan Islam marah.


"Islam ramah bukan Islam marah ini sesungguhnya menjadi jati diri NU. Dalam banyak kesempatan, Allah Yarham KH Abdurrahman Wahid, lalu kemudian KH Ma'ruf Amin Wakil Presiden kita, Kiai Said Aqil Siroj, dan  banyak dari tokoh-tokoh NU menegaskan prinsip Islam ramah bukan Islam marah," ujar Cendekiawan NU KH Zuhairi Misrawi saat Bedah Pemikiran 'Islam Ramah Bukan Islam Marah' yang disiarkan TVNU, Kamis (22/4) sore.


Penulis Buku Madinah: Kota Suci Piagam Madinah Dan Teladan Muhammad SAW itu mengatakan bahwa sesungguhnya kalau berbicara tentang Islam maka di situ ada dimensi ramah, dan sekali lagi dimensi ramah Islam itu menunjukkan esensi, hakikat, dan jati diri dari Islam itu sendiri.


"Seperti dalam sebuah ayat وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ, dan kami tidak mengutus engkau Muhammad kecuali sebagai rahmat bagi semesta alam. Kemudian para ulama mengatakan ayat ini sebagai kaidah atau pedoman. Pegangan hidup bagi kita semua umat Islam, bahwa kita harus penuh keramahtamahan, penuh cinta, penuh kasih sayang, penuh damai, dan merangkul tidak memukul," ujar Gus Mis panggilan akrabnya.


Lebih lanjut Gus Mis menyampaikan, Rasulullah mengajarkan kita untuk selalu bersikap ramah termasuk kepada musuh sekalipun. Ada satu riwayat untuk menjelaskan bahwa Islam itu ramah, Riwayat ini menurut Gus Mis dikenal dalam kitab-kitab pesantren, dan selalu dibaca setiap saat.


"Ketika Rasulullah berpapasan dengan musuhnya orang Yahudi, lalu orang Yahudi itu berkata kepada Rasulullah Assaamu'alaikum ya Muhammad, itu perkataan yang sangat keras. Assaamu'alaikum itu adalah Laknatullah alaik ya Muhammad, laknat bagi kamu Muhammad. 


Rasulullah dianggap laknat oleh orang Yahudi tersebut, waktu itu Rasulullah bersama dengan istri tercintanya Sayyidah Aisyah. Lalu kemudian Sayyidah Aisyah sebagai istri Rasulullah tidak terima lalu membalas Bal 'alaikumus saam ya Yahudi, laknat bagi kamu juga ya Yahudi. 


"Apa yang dilakukan oleh Rasulullah itu menepuk pundaknya Sayyidah Aisyah dan berkata, wahai Aisyah nggak boleh kamu jawab laknat dengan laknat, hendaknya kamu bersikap kasih sayang, bersikap ramah dalam segala hal," jelas Gus Mis.


Menurutnya, kalau dakwah Rasulullah dengan penuh marah, maka Islam tidak akan menjadi agama seperti sekarang yang penganutnya 1,5 Miliar-2 Miliar.


Kontributor: Malik Ibnu Zaman

Editor: M Ngisom Al-Barony


Nasional Terbaru