Apa Hukum Mengakhiri Bacaan Al-Qur’an dengan Shadaqallahul Azhim?
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Ucapan “Shaqallahul azhim” sudah lazim
didengar ketika seseorang mengakhiri bacaan Al-Qur’an. Mohon
keterangannya soal ini apakah ada anjuran dalam agama. Terima kasih. Wassalamu 'alaikum
warahmatullahi wabarakatuh.
(hamba Allah)
Jawaban
Assalamu
‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Penanya dan pembaca yang budiman. Semoga Allah memberikan
rahmat-Nya kepada kita semua. Sebagian orang (yang saya dengar) menyebut “shadaqallahul
azhim” sesuai membaca Al-Qur’an dengan istilah “tashdiq”. Oleh sebagian
orang tashdiq menjadi masalah, yaitu bid’ah sayyi’ah karena tidak diajarkan
oleh Rasulullah.
Adapun pandangan lain terkait disuarakan oleh Al-Azhar.
Fatwa Al-Azhar menyatakan, kalimat tashdiq seusai membaca Al-Qur’an di dalam
shalat tidak masalah sebagaimana pandangan mazhab hanafi dan syafi’i. Tentu
saja hal ini lebih tidak masalah diucapkan di luar shalat.
وقول "صدق الله العظيم "
من القارى أو من السامع بعد الانتهاء من القراءة ، أو عند سماع آية من القراَن ليس
بدعة مذمومة، أولا لأنه لم يرد نهى عنها بخصوصها، وثانيا لأنها ذكر لله والذكر
مأمور به كثيرا ، وثالثا أن العلماء تحدثوا عن ذلك داعين إليه كأدب من آداب قراءة
القرآن
Artinya, “Ucapan pembaca atau pendengar Al-Qur’an
‘Shadaqallahul azhim’ seusai membaca atau mendengar ayat Al-Qur’an bukan
termasuk bid’ah tercela. Tidak ada larangan khusus dari Al-Qur’an dan hadits
perihal ini. Kedua, ‘shadaqallahul azhim’ salah satu zikir. Zikir
dianjurkan pada banyak dalil. Ulama membicarakan ini sebagai bentuk ajakan yang
seolah menjadi adab terhadap Al-Qur’an,” (Athiyyah Shaqar, Fatawa Azhar
[Mei, 1997]).
Di samping itu, ucapan tashdiq juga merupakan ucapan
orang-orang beriman yang terdapat dalam Al-Qur’an, yaitu Surat Ali Imran ayat
95 dan Al-Ahzab ayat 22. Fatwa Al-Azhar ini mengingatkan agar kita tidak mudah
menyifatkan bid’ah atas suatu amal tertentu yang tidak terdapat di zaman Nabi
Muhammad SAW.
وَلَا تَقُوۡلُوۡا لِمَا تَصِفُ
اَلۡسِنَـتُكُمُ الۡكَذِبَ هٰذَا حَلٰلٌ وَّهٰذَا حَرَامٌ لِّـتَفۡتَرُوۡا عَلَى
اللّٰهِ الۡكَذِبَؕ اِنَّ الَّذِيۡنَ يَفۡتَرُوۡنَ عَلَى اللّٰهِ الۡكَذِبَ لَا
يُفۡلِحُوۡنَؕ
Artinya, “Jangan kalian mengatakan terhadap apa yang
disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta ‘Ini halal dan ini haram,’ untuk
mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sungguh orang yang mengada-adakan
kebohongan terhadap Allah tidak akan beruntung.” (Surat An-Nahl ayat 116).
Kasus ini dapat ditarik dari sisi adab membaca Al-Qur’an.
Hal ini diangkat oleh Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya yang terkenal Al-Jami
li Ahkamil Qur’an:
ومن حرمته إذا انتهت قراءته أن يصدق
ربه، ويشهد بالبلاغ لرسوله صلى الله عليه وسلم ويشهد على ذلك أنه حق، فيقول
صَدَّقْتَ رَبَّنَا وَبَلَّغَتْ رُسُلُكَ وَنَحْنُ عَلَى ذَلِكَ مِنَ
الشَّاهِدِيْنَ .اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنْ شُهَدَاءِ الحَقِّ القَائِمِيْنَ
بِالقِسْطِ، ثم يدعو بدعوات
Artinya, “Salah satu bentuk adab ketika selesai membacanya,
seseorang dianjurkan membaca tashdiq dan tasyhid penyampaian risalah bahwa yang
demikian itu benar melalui misalnya kalimat, ‘Shadaqta Rabbana, wa ballaghat
rusuluka. Wa nahnu ala dzalika minas syahidina. Allahummaj’alna min syuhada’il
haq al-qa’imina bil qisthi, lalu ia berdoa,’” (Imam Al-Qurthubi, Al-Jami
li Ahkamil Qur’an, [Beirut, Muassasatur Risalah: 2006 M/1427 H], juz I,
halaman 50).
As-Syinqiti dalam Tafsir Ruhul Bayan meriwayatkan
dialog sahabat Abdullah bin Salam yang memliki latar belakang keyakinan Yahudi.
“Wahai Rasulullah, ceritakan kepadaku awal dan akhir bacaan Al-Qur’an?” Nabi
Muhammad SAW menjawab, “Awalnya ‘Bismillahir rahmanir rahim’ dan akhirnya
‘Shadaqallahul azhim.’” “Kau benar ya Rasulullah,” kata Abdullah bin Salam.
Adapun Syekh M Ali As-Shabuni mengajurkan umat Islam untuk menghindari diskusi
perihal masalah khilafiyah dalam Islam. Ucapan tashdiq merupakan salah satu
kasus yang sudah seharusnya tidak perlu dipersoalkan.
وقول "صَدَقَ اللهُ
العَظِيْمُ" عند الانتهاء من التلاوة وأمثال ذلك من الأمور التى لا تحتاج إلى
جدال ومناظرة
Artinya, “Ucapan ‘Shadaqallahul azhim’ seusai
membaca Al-Qur’an dan masalah lainnya merupakan hal yang tidak perlu
diperdebatkan dan diributkan,” (Syekh M Ali As-Shabuni, Al-Hadyun Nabawis
Shahih fi Shalatit Tarawih, [tanpa keterangan kota dan penerbit: 1983
M], halaman 10).
Demikian jawaban
singkat kami, semoga bisa dipahami dengan baik. Kami selalu terbuka untuk
menerima saran dan kritik dari para pembaca.
Wallahul muwaffiq ila aqwamith thariq,
Wassalamu ’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Sumber: Hukum Mengakhiri Bacaan Al-Qur’andengan Shadaqallahul Azhim