Keislaman

Menjaga Kesehatan Mental Berdasarkan Hadits Nabi

Selasa, 3 Desember 2024 | 15:00 WIB

Menjaga Kesehatan Mental Berdasarkan Hadits Nabi

Menjaga Kesehatan Mental. Ilustrasi (NU Online)

Kesehatan mental adalah aspek penting dalam kehidupan manusia. Dengan meningkatnya kompleksitas tantangan dan tekanan dalam kehidupan modern, menjaga kesehatan mental menjadi semakin krusial. Islam menawarkan hikmah dan panduan dalam menghadapi berbagai situasi, termasuk terkait kesehatan mental. Salah satu sumber ajaran yang bernilai adalah hadis Nabi Muhammad saw yang memberikan petunjuk tentang cara bijak dan seimbang dalam menyikapi kesehatan jiwa.


Sebagai umat Islam, kita diwajibkan berpegang teguh pada pedoman agama, di mana Al-Qur'an dan Hadits menjadi rujukan utama. Dalam hadits disebutkan beberapa ciri orang dengan mental yang sehat, seperti merasa aman, merasa cukup tanpa bergantung pada orang lain, memiliki kepercayaan diri, dan bertanggung jawab. Nabi Muhammad saw. tidak hanya menekankan pentingnya menjaga kesehatan fisik, tetapi juga menyoroti perhatian terhadap kesehatan mental. 


Hal ini tercermin dalam salah satu hadis beliau.

 
حَدَّثَنَا اَبُو بنُ اَبِى شَيبَةَ حَدَّثَنَا خَالِدُ بنُ مُحلَدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ ا للَّه بن سُتَىمَانَ عَن مُعَاذِ بن عَبدِ الله بن أبِيهِ عن عَمِهِ قَال كُنَّا فِي مَجلِسِ فَجَاءَ النَّبِىُّ صَلَّى الله عَلَيه وَسَلَّم وعلى رَأسِهِ أثَرُ مَاءٍ فَقَال له بَعْضُنَا نَرَاكَ اليوم طَيِّبَ النَّفسٍ فَقَال أجل وَالحَمد لله ثُمَّ أفَا ضَ القَومُ في ذكر الغَنِى فَقَال لاَ باَسِ باِلغَنِى لِمَن الصَّحَّةُ لِمَن اتَّقَى خَيرُ من الغنى وطيبُ النفسِ من النَّعيم
 

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah berkata, telah menceritakan kepada kami Khalid bin Makhlad berkata, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Sulaiman dari Mu'adz bin Abdullah bin Khubaib dari Bapaknya dari pamannya ia berkata, "Kami sedang duduk-duduk dalam sebuah majelis, lalu Nabi Muhammad datang, sementara di kepalanya masih ada sisa air mandi. Sebagian kami berkata kepada beliau, "Hari ini kami melihatmu tampak bahagia, " beliau lantas menjawab, "Benar, segala puji bagi Allah." Setelah itu orang-orang hanyut dalam perbincangan masalah kekayaan hingga beliau pun bersabda, "Tidak apa-apa dengan kaya bagi orang yang bertakwa. Dan sehat bagi orang yang bertakwa itu lebih baik dari kaya. Dan bahagia itu bagian dari kenikmatan" [H.R. Ibnu Majah].


Begitu penting nya menjaga kesehatan mental, Rasulullah Saw pernah mengajarkan doa kepada putrinya Sayyidah Fatimah RA untuk menjaga kesehatan mental. Rasulullah saw. meminta Fatimah RA untuk membacanya pagi dan sore hari.

Doa ini diriwayatkan oleh Imam An-Nasai, Ibnu Sunni, Al-Hakim, dan Al-Baihaqi.


 
يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ بِرَحمَتِكَ أَ سْتَغِيثُ أصْلِحْ لِيْ شَأْ نِيْ كُلَّهُ , وَلاَ تَكِلنِي الَى نَفسِي طَرْفَةَ عَينِ


Artinya: “Wahai Dzat yang maha hidup dan maha kekal abadi, dengan rahmat-Mu aku memohon pertolongan. Bawakanlah kemaslahatan pada segala urusanku. Janganlah Kau Biarkan aku sendiri menyelesaikan urusan meski sekejap.” (HR An-Nasai, Ibnu Sunni, Al-Hakim, Al-Baihaqi).


Hadis-hadis Nabi Muhammad saw. memberikan panduan yang dapat membantu mengenali tanda-tanda kesehatan mental yang baik. Dalam konteks ini, kita akan mengeksplorasi beberapa indikator kesehatan mental berdasarkan ajaran Nabi Muhammad saw., guna memahami pentingnya menjaga kesehatan mental dari sudut pandang Islam, di antaranya:


1.     Perasaan Aman
Imam Tirmidzi meriwayatkan hadits Nabi Muhammad saw. mengenai percaya diri Dalam hadist dari Ubaidillah bin Mihshan RA, Nabi Muhammad saw bersabda.


حَدَّثَنَا عبد اَلرَّحْمَنِ بن أَبِيْ شُمَيْلَةَ الأَنْصَارِيُّ عن سَلَمَةَ بن عُبَيدِ الله بن مِحْصَنٍ ألأ×َطْمِيِّ عن أَبِيْهِ وَكَنَتْ لَهُ صُحْبَةُ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ من أَصْبَحَ مِنْكُمْ مِنَا فِيْ سِرْبِهِ مُعَأ فيْ جَسَدِهِ عِنْدَهُ قُوْتُ يَوْمِهِ فَكَانَمَا حِيْزَتْ لَهُ الدُّنْيَا


Artinya: Siapa yang pagi hari dalam kondisi aman jiwanya, sehat raganya, dan dia punya bahan makanan cukup di hari itu, seolah-olah dunia telah dikumpulkan untuknya.


Seseorang yang memiliki kepercayaan diri tanpa merasa rendah diri dan tidak dihantui perasaan insecure akan menjalani hidup yang penuh kedamaian. Insecure sendiri adalah kondisi di mana seseorang merasa cemas, ragu, atau kurang percaya diri hingga merasa tidak aman.


Meskipun perasaan insecure merupakan hal yang wajar, jika berlangsung terus-menerus, hal ini dapat berdampak negatif pada diri seseorang. Jika tidak ditangani, perasaan ini dapat memicu berbagai masalah, termasuk gangguan dalam hubungan sosial dan lingkungan kerja. Kondisi seperti ini memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesehatan mental.


2.     Merasa Cukup Dan Tidak Meminta-minta Kepada Orang Lain


Istilah merasa cukup dalam Islam disebut Qana'ah. Agama Islam sangat menegaskan sifat tersebut, seperti pada hadits Nabi Muhammad saw.


حَدَّثّنَا عَبدُ اللهِ بن يُو سُفَ أَحْبَرَنَا مَا لِكُ عَنْ أَبِيْ ألزَّنَادِ عَن الاَعْرَجِ عن أبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ رَسُوْ لَ اللهَ صَلَّى اللهَ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَالَّذِي نَفْسِيْ بِيَدِهِ لأَنْ يَأ خُذُ أَحَدُكُمْ حَبْلَهُ فَيَحْتَطِبَ عَلَى ظَهْرِهِ خَيْرٌ لَهُ من أَنْ يَأ تَي رَجُلًا فَيَسْأَ لَهُ أعْطَهُ أَوْ مَنَعَهُ


Artinya: Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Yusuf, telah mengabarkan kepada kami Malik dari Abu Az Zanad dari Al A’raj dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah  bersabda, “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh seorang dari kalian yang mengambil talinya lalu dia mencari kayu bakar dan dibawa dengan punggungnya lebih baik baginya daripada dia mendatangi seseorang lalu meminta kepadanya, baik orang itu memberi atau menolak.


3.     Percaya Diri


Sikap percaya diri adalah sikap mental yang sangat berpengaruh untuk kehidupan sosial. Sikap percaya diri ini juga pernah disinggung oleh Rasulullah saw. dalam riwayatnya:


حَدَّثَنَا أبُو كرَيْبٍ حَدَّثَنَا عبدُ اللهَ بن نُمَيْرٍ وَأَبُو مُعَوِيَةَ عن الأَعمَشِ عن عَمْرِو بن مُرَّةَ عن أَبِي البَخْتَرِيَّ عن أَبي سَعِيدٍ قَال قَال رَسُوْلَ اللهَ صَلَّى اللهَ وِسَلذضمِ لأ يَحْقِرْ أَحَدُكُمْ نَفْسَهُ قَلُوْ يَا رَسُوْ ل الله كَيْفَ يَحْقِرُ أَحَدُنَا نِفْسِهُ قَالَ يَرَى أَمْرً لله عَلَيهِ فِيهِ مَقَالٌ ثُمَّ لأ يَقُولُ فِيهِ فَيَقُولُ اللهِ عضزَّ وَجَلَّ لَهُ يَوْمَ القِيامَةِ مَا مَنَعَكَ أن تَقُولُ فِي كَذَا وَكَذَا َيَقُولُ خَشْيَةَ النَّسِ فَيَقُوْلُ فَأَيَايَ كُنْتَ أن تَخْشَى


Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Numair dan Abu Mu’awiyah dari Al A’masy dari ‘Amru bin Murrah dari Abu Al Bahtari dari Abu Sa’id dia berkata, “Rasulullah bersabda, “Janganlah salah seorang mencela dirinya sendiri.” Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana seseorang mencela dirinya sendiri?” Beliau menjawab, “Dia melihat perkara Allah diperbincangkan, lalu dia tidak mengatakan (pembelaan) kepadanya, maka Allah ‘Azza wa Jalla akan berkata kepadanya kelak di hari kiamat, ‘Apa yang mencegahmu untuk mengatakan begini dan begini!’ lalu ia menjawab, ‘Saya takut terhadap manusia.’ Maka Allah pun berfirman: ‘Aku lebih berhak untuk kamu takuti.


Mengelola kesehatan mental berdasarkan panduan hadis Nabi Muhammad saw. adalah pilihan bijak dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Hadis-hadis tersebut memberikan wawasan berharga dan petunjuk tentang pentingnya menjaga kesehatan mental serta mengenali indikatornya. Dalam menghadapi berbagai tantangan hidup, kita dapat memetik hikmah dari ajaran Islam dan mengaplikasikannya untuk menjaga kesehatan jiwa. Penting untuk disadari bahwa kesehatan mental merupakan aspek krusial dalam kehidupan yang membutuhkan perhatian serius.


Untuk mencapai kesehatan mental yang optimal, tidak kalah pentingnya untuk mencari bantuan profesional jika diperlukan. Konsultasikanlah masalah kesehatan mental kepada terapis atau konselor yang kompeten untuk mendapatkan dukungan dan panduan yang sesuai.

 

Pengirim: Mahendra Maulana Subadar