• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Rabu, 15 Mei 2024

Fragmen

Syiir ‘Kanjeng Nabi’ Ciptaan Mbah Kiai Umar Solo

Syiir ‘Kanjeng Nabi’ Ciptaan Mbah Kiai Umar Solo
(Ilustrasi)
(Ilustrasi)

Cinta Mbah Kiai Ahmad Umar bin Abdul Mannan Solo kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  tidak saja diwujudkan dengan mengikuti sunnah-sunnah beliau tetapi juga dengan bacaan-bacaan shalawat. Hal ini dapat kita temukan dalam beberapa karya syiir beliau yang antara lain berjudul “Kanjeng Nabi”.

 

Syiir ini diawali dengan intro shalawat dan kemudian diikuti dengan bait-bait dalam bahasa Jawa berisi kisah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  di masa kecilnya.  Berikut bunyi lengkap syiir berbahasa Jawa tersebut sekaligus terjemahannya yang dikutip dari buku Kumpulan Syair, Shalawat  & Pujian-pujian Mangkuyudanan (Jakarta Pusat: Pustaka Mediatama, 2003), cetakan 8, halaman 20, yang disunting Ahmad Iftah Sidik:

 

Kanjeng Nabi

 

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلىَ* سَيِّدِنَا وَ مَوْلَانَا مُحَمَّدٍ

 عَدَدَ مَا فِي عِلْمِ اللهِ صَلاَةً * دَائِمَةً بِدَوَامٍ مُلْكِ اللهِ 

 

Masya Allah gedhe temen tho cobane

Masya Allah lelakone mesaake

Ing nalika kondure sangka Madinah

Ana ndalan njur gerah Siti Aminah

 

(Masya Allah sungguh besar cobaannya

Masya Allah mengharukan riwayatnya

Ketika kembali dari kota Madinah

Di perjalanan sakit Bunda Aminah)

 

Gerah panas ora suwe nuli seda

Njur dikubur ana penduduk ing desa

Desa kang kanggo leren jenenge Abwa

Lan dikubur uga ana ing desa Abwa 

 

(Bunda wafat setelah sakit tak lama

Lalu dimakamkan oleh warga desa

Desa tempat Bunda singgah bernama Abwa

Di Abwa pula tempat dimakamkannya)

 

Siti Aminah sak wuse dikuburake

Gusti Nabi lan Ummu Aiman bature

Padha budhal kanthi penggalihe susah

Wektu limang dina lagi tekan ngomah

 

(Setelah Bunda Aminah dimakankam

Lalu Nabi dan Ummu Aiman sang Emban

Dengan sedih melanjutkan perjalanan

Sampai rumah lima hari kemudian)

 

Gusti Nabi kundure karo bature 

Tekan ngomah gusti sowan ing eyange

Ingkang eyang kaget getir lan sungkawa

Barang ngerti yen Siti Aminah seda

 

(Nabi pulang bersama sang pengasuhnya

Sampai rumah Nabi menghadap kakeknya

Sang kakek terkejut dan berduka cita

Mendengar  bunda Nabi telah tiada)

 

Gusti Nabi dikekep lan diambungi

Waspane dleweran lan dingendikani

Oh ngger putuku wis pestine awakmu

Isih cilik ditinggal rama ibu

 

(Lalu Nabi dipeluk dan diciumnya

Seraya menangis kakeknya berkata

Duhai cucuku mungkin sudah takdirmu

Masih kecil ditinggal ayah ibumu)

 

Oh ngger atimu aja keranta-ranta

Aku eyangmu kang dadi ganti bapa

Sandang panganmu aku sing mikirake 

Nggonmu seneng  atimu ditentremake

 

(Duhai cucuku jangan sedih hatimu

Aku kakek yang menggantikan ayahmu

Sandang panganmu menjadi tanggunganku

Bergembira dan tentramkanlah hatimu)

 

Gusti Nabi nalika nderek eyange

Durung tahu pisan wae nggelaake

Sebab  Gusti becik banget pekertine

Tata krama sregep lan keresi’ane 

 

(Katika Nabi ikut dengan kakeknya

Tak pernah beliau mengecewakannya

Sebab akhlak Nabi sangatlah mulia

Sopan santun, rajin, dan selalu bersih)

 

Bagi kebanyakan orang Solo, khususnya para santri dan warga NU, karya ini tidak asing bagi mereka. Semenjak Mbah Kiai Umar wafat pada tahun 1980, syiir ini banyak diperdengarkan oleh beberapa kelompok rebana di kota Solo seperti Grup Ayyada dibawah pimpinan Ahmad Zainudin, seorang alumni Pondok Pesantren Al-Muayyad Mangkuyudan Surakarta. Di musim peringatan Maulid seperti sekarang ini, syiir ini biasa dilantunkan oleh grup rebana yang tergabung dalam JAMURI-- jamaah ibu-ibu pecinta Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di Solo. 

 

Untuk melantunkan syiir ini tidak sulit. Jika anda bisa melantunkan “Tombo Ati” yang dibawakan Opick, anda tentu bisa melantunkan syiir karya Mbah Umar ini dengan mudah karena dari awal hingga akhir memiliki kesamaan lagu di bagian chorus atau reff dalam lagu “Tombo Ati” sebagai berikut:

 

اللـَّـهُمَّ صَـلِّ وَسَــلِّمْ عَلَى   سَيِّدِناَ وَمَوْلَانَا مُحَـــــمَّدٍ

عَدَدَ مَا فِي عِلْمِ اللهِ صَلَاةً   دَائِمَةً بِدَوَامِ مُلْكِ اللهِ

 

Lewat syiir ini Mbah Kiai Umar mengajak kita mengetahui sejarah masa kecil Nabi Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang amat mengharukan. Tentu beliau tidak bermaksud mengajak kita bersedih hati. Beliau ingin menggugah kita menjadi orang sabar dan bersyukur atas apapun nasib hidup yang kita alami. Mbah Umar bermaksud menunjukkan kepada kita keteladanan Nabi Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa meskipun beliau mengalami penderitaan yang luar biasa sebagai yatim piatu di masa kecilnya, namun kesemua itu bukan hambatan untuk menjadi anak saleh, berbudi pekerti luhur, rajin bekerja dan selalu menjaga kebersihan lahir batin sebagaimana diuraikan dalam bait terakhir syiir ini.   

 

Penulis: Muhammad Ishom

Editor: Ahmad Mundzir

 

Sumber: Syiir ‘Kanjeng Nabi’ Karya Mbah Kiai Umar Solo


Fragmen Terbaru