Ketika nyantri dulu, ada banyak kenangan cerita mulai dari yang menyenangkan hingga yang tidak mengenakkan. Di antara yang tidak mengenakkan adalah ketika manajemen keuangan tidak benar sehingga uang bulanan sudah habis sebelum tanggalnya.
Sedangkan yang menyenangkan adalah ketika pulang dari sekolah lalu makan nasi yang ditaruh dalam nampan dengan lauk sambal terong atau sambal kelapa dan dimakan secara berjamaah lima atau tujuh orang dengan cara bersma-sama melinggkari nampan sambil jongkok.
Mengapa di pesantren ada tradisi makan secara berjamaah yang mungkin bagi sebagian orang makan satu wadah untuk bersama-sama dengan memggunakan tangan (muluk, bahasa jawa) dianggap sebagi sesuatu yang jorok dan menjijikkan?.
Mungkin begitu kelihatannya, tapi tidak seperti yang disangkakan oleh sebagian orang apa yang ada di baliknya. Makan secara berjamaah yang diawali dengan menyebut asma Allah (bismillahirrahmanirrahim) akan melahirkan sebuah keberkahan.
Hadits nabi dari Wahsyi bin Harb dari ayahnya dari kakeknya bahwa para sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam berkata:
يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا نَأْكُلُ وَلاَ نَشْبَعُ. قَالَ « فَلَعَلَّكُمْ تَفْتَرِقُونَ ». قَالُوا نَعَمْ. قَالَ « فَاجْتَمِعُوا عَلَى طَعَامِكُمْ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهِ يُبَارَكْ لَكُمْ فِيهِ ». قَالَ أَبُو دَاوُدَ إِذَا كُنْتَ فِى وَلِيمَةٍ فَوُضِعَ الْعَشَاءُ فَلاَ تَأْكُلْ حَتَّى يَأْذَنَ لَكَ صَاحِبُ الدَّارِ.
Artinya :
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami makan dan tidak merasa kenyang?” Beliau bersabda, “Kemungkinan kalian makan sendiri-sendiri.” Mereka menjawab, “Ya” Beliau bersabda, “Hendaklah kalian makan secara bersama-sama, dan sebutlah nama Allah, maka kalian akan diberi berkah padanya". (HR Abu Daud)
KH Ahmad Niam Syukri Masruri, Ketua Lembaga Kajian Informasi dan Dakwah (Elkid), Ketua PW GP Ansor Jateng tahun 1995, dan Sekretaris RMINU Jateng