Regional

PWNU Gelar Bahtsul Masail di Pesantren Tertua Semarang 

Senin, 9 November 2020 | 16:00 WIB

PWNU Gelar Bahtsul Masail di Pesantren Tertua Semarang 

PWNU Jateng gelar bahtsul masail di pesantren ertua di Semarang (Foto: NU Online Jateng/Ahmad Mundzir)

Semarang, NU Online Jateng 
Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah kembali menggelar kegiatan rutin Bahtsul Masail yang bertempat di Pesantren Luhur, Dondong, Wonosari, Ngaliyan, Semarang, Senin, (9/11).
 

 

Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah, KH Ubaidullah Shadaqah mengatakan, kegiatan ini diikuti oleh delegasi semua PCNU se-Jawa Tengah kecuali beberapa PCNU yang sedang berhalangan hadir.

 

“Terdapat 36 cabang Insyaallah hadir di sini. Kecuali mungkin Cilacap, Banyumas, Kebumen yang habis kebanjiran, dan Magelang yang gunung berapinya sedang status bergejolak, kami memaklumi jika tidak bisa hadir,” kata Kiai Ubaid. 

 

Pemilihan Pesantren Dondong ini lanjut Kiai Ubaid, didasarkan pada realitas sejarah bahwa Pesantren Dondong adalah pesantren tertua di Kota Semarang yang melahirkan ulama-ulama besar seperti KH Sholeh Darat, KH Ihsan, Jampes, Kediri, KH Ru’yat, Kaliwungu, Kendal, dan lain sebagainya.  

 

Bahtsul Masail ini ditempatkan di pesantren yang mempunyai sejarah panjang. Dari sini lahir Kiai Ihsan Jampes, Mbah Sholeh Darat, Kiai-kiai di Kaliwungu seperti Kiai Ru’yat. Bahkan kakek saya yang di Semarang, Salatiga, dulu sama-sama di pesantren Dondong ini,” tandas Mbah Ubaid 

 

Ketua PCNU Kota Semarang KH Anasom mengungkapkan, Pesantren Dondong didirikan oleh KH Syafi’i, salah satu pasukan Pangeran Diponegoro. “Pesantren ini mengalami perjalanan panjang yang luar biasa. Kiai Syafii itu pasukannya pangeran Diponegoro. Kemungkinan Kiai Shaleh Darat itu abad 19 pertengahan. Karena setelah itu diambil mantu di Darat, Kiai Lasimin,” tegas Kiai Anasom.
 

 

Pengasuh Pesantren yang berdiri sekitar tahun 1800 ini, KH Tubagus Mansur, mengucapkan terima kasih kepada PWNU Jateng dan PCNU Kota Semarang yang telah berkenan menempatkan forum yang dihadiri para kiai dan ulama  tersebut di pesantren yang ia asuh. Ia berharap, dengan kehadiran para kiai dan para ulama, membawa keberkahan pada pesantren. 

 

“Kami mohon kepada para kiai, sesepuh, dan para hadirin sekalian, semoga berkah doa kiai semua, dzurriyah Kiai Syafii bisa melanjutkan perjuangan Ahlussunnah wal Jamaah, memperjuangkan NKRI, bisa eksis sampai kapanpun,” harap Gus Tuba. 

 

Turut hadir Rais Syuriyah PCNU Kota Semarang KH Hanief Ismail, sesepuh Pesantren Luhur, KH Zamakhsyari, Camat Ngaliyan, pengurus PWNU Jateng, PCNU Kota Semarang, sejumlah kiai dan pejabat Pemerintah Kota Semarang.  

 

Penulis: Ahmad Mundzir
Editor: M Ngisom Al-Barony