Regional

Lantunan Ayat Suci dan Pesan Kebaikan dari Ning Nawal untuk Warga Binaan Lapas Perempuan Semarang

Jumat, 21 Maret 2025 | 13:00 WIB

Lantunan Ayat Suci dan Pesan Kebaikan dari Ning Nawal untuk Warga Binaan Lapas Perempuan Semarang

Ning Nawal Arafah saat mengunjungi Lapas Perempuan Semarang. Kamis, 20/3/2025.

Semarang, NU Online Jateng -

 

Lantunan ayat suci Al-Qur’an yang merdu dari warga binaan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Semarang mengundang perhatian Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Tengah, Hj. Nawal Arafah Yasin, saat berkunjung ke sana pada Kamis, 20/3/2025. Kedatangan istri Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen ini, tak hanya sekadar memberikan dukungan moral, tetapi juga memberikan pesan penuh inspirasi bagi warga binaan.

Setelah menyimak dengan seksama lantunan ayat-ayat Al-Qur’an yang dibacakan, Ning Nawal pun tak segan untuk turut bergabung dalam kegiatan mengaji tersebut. Dengan khusyuk, ia ikut membaca surah Al-Baqarah, membuat suasana semakin syahdu, dan para warga binaan pun tampak larut dalam kekhidmatan.

Selain mengaji, Ning Nawal juga menyempatkan diri untuk belajar membatik, dengan seorang warga binaan sebagai mentornya. Pengalaman tersebut menjadi salah satu momen berharga dalam rangkaian kunjungannya ke Lapas Perempuan Semarang. Tak hanya kegiatan spiritual, Ning Nawal juga menyaksikan sejumlah program pelatihan yang dilaksanakan di sana, seperti pemeriksaan kesehatan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, pelatihan keterampilan memasak bersama Rose Brand, keterampilan menjahit dan merajut, serta pelatihan digital marketing oleh Junior Chamber International Central Java.

Dalam kesempatan tersebut, Ning Nawal menyampaikan pesan penting kepada warga binaan. Ia berharap Lapas bisa menjadi tempat untuk tumbuh dan berkembang, bukan hanya untuk membangun kekuatan mental dan spiritual, tetapi juga untuk memperoleh keterampilan yang bermanfaat setelah mereka kembali ke masyarakat.

“Anggap saja Lapas adalah tempat untuk tumbuh lebih baik, tempat untuk membuat mental lebih sehat,” ujar Ning Nawal, mengingatkan pentingnya sikap positif dan usaha untuk berubah.

Tak dapat dipungkiri, menjalani kehidupan di Lapas adalah pengalaman yang berat. Namun, Ning Nawal memberikan tiga kunci penting untuk bisa bangkit dari keterpurukan. Pertama, ia mengajak warga binaan untuk menerima takdir Allah dengan lapang dada. Dengan cara ini, mereka diharapkan bisa berbaik sangka, menerima keadaan, dan percaya bahwa apa yang terjadi pada diri mereka merupakan jalan untuk menjadikan mereka lebih baik.

“Musibah itu terjadi supaya kita tidak berputus asa. Jika kita diberi kebahagiaan terus-menerus, kita justru bisa menjadi sombong,” ujarnya dengan penuh kebijaksanaan.

Kunci kedua adalah menyembuhkan luka batin dengan membaca Al-Qur’an. Ning Nawal mencontohkan pengalaman Angelina Sondakh yang memanfaatkan waktunya di Lapas untuk menghafal Al-Qur’an, yang kini menjadikannya sebagai pendakwah. Ia mengingatkan agar setiap bacaan Al-Qur’an dilakukan dengan penuh ketenangan dan pemahaman, bukan sekadar terburu-buru.

“Kita harus mentadabburi Al-Qur’an. Bacalah dengan perlahan, biarkan Al-Qur’an meresap dalam hati, menyadarkan kita bahwa ada Allah yang selalu mendampingi,” ungkap Ning Nawal.

Adapun kunci ketiga adalah mendalami terjemahan Al-Qur’an agar bisa menjadi “obat” bagi mereka yang menghadapi situasi sulit, seperti bullying setelah keluar dari Lapas. Penguatan mental ini harus diimbangi dengan keterampilan yang berguna untuk membangun kehidupan yang lebih baik setelah keluar dari Lapas.

Beberapa warga binaan mengungkapkan bahwa pengalaman mereka di Lapas justru membawa manfaat positif. Siti Zaenab, seorang warga binaan asal Jakarta, mengungkapkan bahwa selama di Lapas, ia bisa menjalani ibadah puasa dengan lebih teratur. Selain itu, ia juga ikut pelatihan menjahit dan berharap dapat memulai usaha setelah keluar dari Lapas.

“Saya belajar menjahit di sini, dan nanti rencananya akan membuat usaha sendiri,” kata Siti dengan semangat.

Halda, warga binaan asal Kalimantan Tengah, juga menyatakan bahwa ia merasa puasanya lebih lancar selama berada di Lapas. Selain itu, ia optimis setelah keluar nanti, ia akan menjalani usaha rumah sehat, dengan keterampilan totok punggung yang diperolehnya di Lapas.

Sementara itu, Plh. Kepala Lapas Perempuan Kelas IIA Semarang, Sri Utami, menyampaikan bahwa saat ini jumlah warga binaan di Lapas tersebut mencapai 240 orang, dengan 200 di antaranya adalah narapidana, dan 40 orang merupakan tahanan. Sebagian besar warga binaan terjerat kasus narkoba, dengan jumlah mencapai 103 orang.