Evan Loss Kolaborasi dengan Ki Ageng Ganjur Nyanyikan Lagu "Bento", Al-Zastrow: Lagu Ini Refleksi untuk Kita Semua
Sabtu, 5 Oktober 2024 | 14:00 WIB
Kendal, NU Online Jateng.
Evan Loss membawakan lagu legendaris Iwan Fals berjudul "Bento" setelah pelantikan Pimpinan Anak Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kecamatan Ngampel di lapangan Jatirejo, Jumat (4/10/2024). Yang menarik, lagu tersebut dinyanyikan secara duet bersama grup musik islami, Ki Ageng Ganjur, di atas panggung, menciptakan suasana yang semakin semarak dan meriah.
Stevanus Dwi Sanyoto, yang lebih dikenal dengan nama panggung Evan Loss, sebelumnya sempat membawakan lagu "Kisinan 2" dan "Full Senyum". Namun, penonton yang awalnya duduk menikmati pertunjukan mulai berdiri dan bernyanyi dengan lebih semangat saat lagu "Bento" mulai dimainkan.
Di tengah antusiasme penonton yang turut menyanyikan lagu "Bento", budayawan Nahdliyyin sekaligus doktor sosiologi dari Universitas Indonesia, Ngatawi Al-Zastrow, menyampaikan kepuasannya terhadap lagu yang menggambarkan sosok individu berkuasa, kaya, dan arogan tersebut.
“Luar biasa. Lagu ini menjadi refleksi bagi kita,” tutur Al-Zastrow usai lagu Bento rampung dan sebelum berganti pada lagu kebudayaan oleh Ki Ageng Ganjur.
Ia menilai bahwa karakter "Bento" dalam lagu Iwan Fals merupakan sebuah cerminan dan bahan renungan bagi masyarakat, karena tokoh tersebut merepresentasikan tipe individu yang hidup dengan gaya hedonis dan materialistis tanpa peduli pada dampak perbuatannya terhadap orang lain.
“Kalau anda kaya, dekat dengan pejabat, jangan pernah berlaku seperti Bento,” ungkap Al-Zastrow.
Al-Zastrow mengingatkan masyarakat untuk tidak meniru karakter "Bento" yang menganggap moralitas dan keadilan sebagai sesuatu yang sepele. Sosok "Bento" dalam lagu tersebut digambarkan sebagai seseorang yang merasa dapat memanipulasi atau mengabaikan nilai-nilai ini demi keuntungan pribadinya. Keberhasilannya bukanlah hasil kerja keras yang terpuji, melainkan dari praktik-praktik bisnis tidak etis dengan cara "menjagal apa saja."
“Jangan jadi penipu, memanfaatkan jabatan dan kedudukan untuk memperkaya diri sendiri,” pesan Al-Zastrow.
Dalam pesan penutupnya, Al-Zastrow menyoroti bagaimana jabatan dan status sosial sering kali disalahgunakan oleh mereka yang mendudukinya. Menurutnya, posisi dan kekuasaan tersebut rentan diselewengkan, berujung pada tindakan tidak terpuji seperti mengeksploitasi sistem demi kepentingan pribadi serta mengabaikan moral dan nilai-nilai kemanusiaan.