Opini

Jangan Berpecah Belah, Sesama Muslim Itu Bersaudara

Jumat, 1 Agustus 2025 | 12:30 WIB

Jangan Berpecah Belah, Sesama Muslim Itu Bersaudara

Ilustrasi sesama Muslim itu bersaudara (istimewa)

Belakangan ini, publik dikejutkan oleh kabar bentrokan antara dua kelompok yang seharusnya sama-sama memperjuangkan nilai-nilai umat Islam: FPI (Front Persaudaraan Islam) dan PWI (Pemuda Wahdah Islamiyah). Ketegangan yang berujung pada kericuhan itu mencoreng wajah Islam yang damai dan merusak bangunan ukhuwah Islamiyah yang telah lama dibangun oleh para ulama.


Islam sejak awal berdiri telah mengajarkan bahwa umat ini adalah satu kesatuan, satu tubuh. Firman Allah SWT dalam QS. Al-Hujurat ayat 10 menyatakan secara gamblang:


إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ


Artinya: "Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara. Maka damaikanlah antara kedua saudaramu itu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat." (QS. Al-Hujurat [49]: 10)


Dalam ayat ini, Allah menegaskan bahwa persaudaraan antar sesama muslim bukan hanya idealisme, melainkan perintah yang wajib dijaga dan ditegakkan. Terlebih jika konflik dan permusuhan itu justru dipertontonkan secara terbuka, maka dampaknya sangat destruktif bagi citra Islam dan dapat menimbulkan kebingungan di kalangan masyarakat awam.


Rasulullah SAW juga bersabda:

لَا تَحَاسَدُوا، وَلَا تَبَاغَضُوا، وَلَا تَدَابَرُوا، وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا


Artinya: "Janganlah kalian saling dengki, jangan saling membenci, jangan saling memutuskan hubungan, dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara." (HR. Bukhari dan Muslim)


Hadis ini menunjukkan bahwa ukhuwah adalah bagian dari ibadah. Permusuhan, apalagi hingga mengarah kepada kekerasan fisik, adalah bentuk kemunduran akhlak dan penyimpangan dari nilai-nilai Islam rahmatan lil alamin.


Jangan Tergelincir dalam Fanatisme Kelompok


Fenomena bentrokan semacam ini kerap dipicu oleh fanatisme kelompok yang berlebihan. Menganggap kelompok sendiri paling benar dan menuding kelompok lain sebagai sesat adalah penyakit lama dalam sejarah umat Islam. Imam Al-Ghazali menyebut dalam Ihya’ Ulumiddin bahwa penyakit hati seperti ‘ujub (bangga diri), takabbur (sombong), dan hasad (dengki) adalah sumber utama perpecahan umat.


فَمِنْ مَهَالِكِ اللِّسَانِ وَالْقَلْبِ: الْعُجْبُ، وَالْكِبْرُ، وَالْحَسَدُ، فَإِنَّهَا تُفْسِدُ الْأَعْمَالَ كَمَا يُفْسِدُ الصَّبِرُ الْعَسَلَ، وَتَفْسِدُ الدِّينَ وَتُفَرِّقُ بَيْنَ النَّاسِ


Artinya: "Termasuk bahaya dari lisan dan hati adalah ‘ujub, takabbur, dan hasad. Karena itu semua bisa merusak amal sebagaimana sabir (getah pahit) merusak madu. Ia juga merusak agama dan memecah belah antar manusia." (Imam Ghazali, Ihya’ ‘Ulum al-Din, [Beirut: Dar al-Ma‘rifah, 2005], juz 3, hlm. 356)


Padahal perbedaan pemahaman dalam Islam adalah keniscayaan. Bahkan para ulama klasik seperti Imam Syafi’i dan Imam Malik pun berbeda pendapat dalam banyak hal, tetapi mereka tetap saling menghormati.


NU dan Prinsip Ukhuwah dalam Bingkai Kebangsaan


NU sejak awal berdirinya berkomitmen merawat ukhuwah: ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah, dan ukhuwah insaniyah. Karena itulah, warga NU diajarkan untuk tidak mudah menyalahkan, apalagi memusuhi sesama umat Islam yang berbeda paham. Kritik boleh, diskusi penting, tetapi permusuhan dan kekerasan adalah garis merah.


Menghadapi kejadian seperti bentrokan FPI vs PWI, kita seharusnya mendorong dialog, bukan memperkeruh suasana. Kita harus mampu menjadi penyejuk, bukan justru bensin yang menyulut api konflik. Dalam bahasa KH. Mustofa Bisri, "Kalau kamu tidak bisa menyejukkan, jangan membuat suasana makin panas." (Mustofa Bisri, Membuka Pintu Langit: Kumpulan Renungan dan Doa, [Yogyakarta: LKiS, 2006], hlm. xx)


Mari Menjadi Peneguh Ukhuwah


Saatnya umat Islam kembali kepada prinsip dasar: bahwa kita ini bersaudara. Persaudaraan itu bukan slogan, tapi amanat dari langit. Perbedaan bukan untuk dibenturkan, tetapi dikelola dengan hikmah. Jangan jadikan perbedaan pandangan sebagai alasan untuk saling menjatuhkan. Kita ini satu ummat, satu kiblat, satu Nabi.


Mari kita kembali merajut ukhuwah. Jangan jadikan Islam bahan olok-olok karena ulah sebagian kecil dari kita yang gagal menahan ego.


إِنَّ يَدَ اللَّهِ مَعَ الْجَمَاعَةِ


Artinya: “Tangan (pertolongan) Allah bersama kebersamaan." (HR. Tirmidzi)


Peristiwa bentrokan antara sesama kelompok Islam seperti FPI dan PWI seharusnya menjadi pengingat bagi kita semua bahwa ukhuwah Islamiyah adalah amanah yang tidak boleh diabaikan. Islam melarang permusuhan, menganjurkan perdamaian, dan memuliakan persaudaraan. Perbedaan pandangan dalam tubuh umat Islam adalah keniscayaan, namun tidak boleh menjadi alasan untuk saling memusuhi, apalagi melakukan kekerasan. Mari kita rawat kebersamaan, jaga akhlak, dan hindari fanatisme yang memecah belah. Karena Islam sejati adalah yang menebarkan rahmat, bukan kemarahan.


Ustadz H. Moh. Zainal Abidin, Wakil Rois Syuriyah PCNU Surakarta, Pengajar PP Al-Muayyad Surakarta (Solo)