Semarang, NU Online Jateng
Bulan Muharram merupakan bulan pertama dalam kalender Hijriah. Hal ini ditetapkan berdasarkan waktu Nabi Muhammad saw menyatakan tekad bulatnya untuk berhijrah dari Makkah ke Madinah.
"Hijrah dihitung setelah ada kebulatan tekad dan kesepakatan untuk melakukannya, bukan pada pelaksanaannya," tulis Muchlison sebagaimana dikutip dari artikel NU Online berjudul Alasan Muharram Jadi Bulan Pertama Hijriyah, Bukan Rabi'ul Awwal, pada Sabtu (13/7/2024).
Mengutip Quraish Shihab dalam Membaca Sirah Nabi Muhammad saw dalam Sorotan Al-Qur’an dan Hadis-hadis Shahih (2018), Muchlison menjelaskan bahwa hijrah justru terjadi pada bulan Muharram. Hal ini didasarkan pada Baiat Aqabah kedua yang terjadi pada bulan Dzulhijjah.
Saat baiat dilaksanakan, hijrahnya Nabi Muhammad ke Madinah telah disepakati. Bahkan, sebagian sahabat telah berangkat ke Madinah mendahului Nabi Muhammad. Meskipun dalam praktiknya, hijrah dilaksanakan pada bulan Safar dan tiba di Madinah pada bulan Rabiul Awal.
Baca Juga
Dalil Puasa Muharram dan Keutamaannya
Sebagaimana diketahui, pembuatan kalender ini diinisiasi Khalifah Umar bin Khattab. Ia menjadikan hijrah Nabi Muhammad ke Kota Madinah sebagai permulaan dari kalender Islam tersebut.
"Hijrah Nabi Muhammad adalah peristiwa besar dalam sejarah Islam. Karena, pada saat hijrah lah dakwah Islam menjadi semakin kuat dan gemilang—tentunya dengan pertolongan Allah," tulis Muchlison.
Umar bin Khattab menetapkan hal ini karena dilatari ketiadaan tanggal pada surat-surat yang diterimanya. Hal demikian membuatnya kesulitan untuk menjawab mana yang lebih dahulu. Karenanya, ia mengundang sejumlah sahabat Nabi untuk bermusyawarah sehingga terciptalah penanggalan Hijriah itu.
Sebelum penetapan kalender Hijriah pada masa Umar ini, umat Islam terkadang menggunakan Tahun Gajah atau peristiwa-peristiwa besar lainnya dalam sejarah peperangan orang Arab sebagai patokan penanggalan.
Muchlison mencatat, ada ‘misi khusus’ dibalik pembuatan kalender baru tersebut oleh Umar bin Khattab, yaitu persatuan Arab di bawah naungan Islam. Hal ini merujuk Muhammad Husain Haekal dalam bukunya Umar bin Khattab (2015).
"Misi Umar tersebut semakin kokoh manakala pasukan umat Islam berhasil membebaskan beberapa wilayah di luar semenanjung Arab; menaklukkan beberapa daerah seperti Kisra, Kaisar, Madain, dan Yerusalem—hingga mendirikan Masjidil Aqsa di samping Gereja Anastasis," tulis Muchlison.
Beda dengan kalender Masehi yang mendasarkan pada perputaran Bumi pada Matahari, penanggalan Hijriah menggunakan peredaran bulan sebagai acuannya. Karenanya, dalam setahun jumlah harinya lebih sedikit 11 hari dari pada Masehi yang memiliki 355-356 hari per tahun. Dengan begitu, Hijriah sebagai sistem penanggalan Islam memiliki 12 bulan dengan 354-355 hari dalam satu tahun.