Khutbah

Kutbah Jumat: Makna Kemerdekaan

Kamis, 14 Agustus 2025 | 15:00 WIB

Kutbah Jumat: Makna Kemerdekaan

Bendera Merah Putih

Khutbah Jumat kali ini mengangkat judul “Makna Kemerdekaan”. Naskah khutbah Jumat di susun oleh Kiai Bahrul Ulum Ketua LD PCNU Kota Pekalongan. Untuk download naskah khutbah jumat ada klik link bewarna biru

 

Khutbah Pertama


اَلْحَمْدُ لِلّه اَلَّذِيْ جَعَلَ اَلْأَمْنَ مِنْ أَعْظَمِ النِّعَم الَّذِي لَا تَتِمُّ مَصَالِحُ الْخَلْقِ إلَّا بِهِ وَمَقَاصِدُ الإِسْلَام .أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لانبي بعده. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّم عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الَّذِي هَدَانَا إِلَى نُورِ السَّلَامِ, وَعَلَى آلِهِ وَأَصحَابِهِ كَالنُّجُومِ فِي العَالَم.أَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ اللهِ اوصيكم ونفسي بِتَقْوَى اللهِ فقد فاز المتقون. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ


Maasyiral muslimin sidang jumat rahimakumullah


Pada kesempatan yang baik ini marilah kita berusaha untuk senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT, kapan pun, di mana pun dan dalam kondisi apapun,


Dengan cara melaksanakan perintah perintah Allah dan menjauhi segala larangan-larangan Nya, karena hanya dengan cara yang demikian hidup kita akan selamat didunia dan diakhirat kelak.


Saat ini kita berada dibulan Agustus dan sebentar lagi kita akan memperingati hari bersejarah bagi rakyat indonesia yaitu tanggal 17 Agustus hari kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hari bersejarah yang selalu dikenang dan diingat. Dengan merdekanya Indonesia dari tangan penjajah, maka kita menjadi rakyat independen yang dapat bergerak bebas dan tidak terikat secara pemerintahan dengan negara lainnya.


Walaupun demikian dalam Islam, makna kemerdekaan jauh lebih dari sekedar kemerdekaan sebuah negara dan bangsa. Dalam Islam, kemerdekaan adalah tatkala seorang hamba bebas melakukan ketaatan kepada Allah Ta’ala tanpa adanya suatu penghalang apa pun. tidak memiliki penghalang antara dirinya dan Allah Ta’ala.


Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa. Ide bahwa seluruh manusia merdeka bukan hanya produk pemikiran manusia abad ke-20 pasca perang dunia.


Jauh sebelum itu khalifah Islam kedua yaitu Sayyidina Umar bin Khattab RA juga memiliki pemikiran serupa bahwa hakikat manusia mempunyai hak kemerdekaan sejak dia dilahirkan kedunia.


Ada satu kisah populer mengenai pernyataan Umar soal kemerdekaan manusia. Suatu ketika di Mesir diadakan lomba pacuan kuda. Seorang warga setempat dari kelompok nasrani ikut dalam pertandingan itu. Muhammad bin ‘Amr bin Ash pun turut bertanding pula dan dia adalah anak seorang gubernur yaitu Amru bin Ash.


Dalam perlombaan tersebut ternyata pemuda nasrani itu berhasil mengungguli Muhammad sang anak gubernur. Karena kesalnya, putra gubernur Mesir ini lantas memukul punggung pemuda Nasrani itu dengan cemeti, sambil mengatakan “Khuz ha. Wa ana ibnul akramin.” (Rasakan! Saya adalah anak orang berpangkat!).


Pemuda nasrani itu lantas mengadu kepada Khalifah Umar bin Khathab di Madinah. Mendengar pengaduan itu, Umar segera memanggil gubernur dan anaknya. Apa yang terjadi? Seperti diceritakan Anas bin Malik yang menyaksikan langsung pengadilan itu, Umar menyerahkan tongkatnya yang terkenal itu kepada pemuda nasrani tadi seraya menyuruh pemuda tadi untuk membalas pukulan putra gubernur itu.


Setelah pemuda itu dipersilahkan membalas pukulan putra gubernur, sayyidina Umar selanjutnya berkata, “Ayo alihkan pukulanmu ke kepala ayahnya (maksudnya kepada gubernur). Demi Allah, anaknya memukulmu adalah karena jabatan orang tuanya ini!” Pemuda nasrani itu berkata, “Sudah, Ya Amirul Mukminin. Saya sudah menerima hak saya.”


Kemudian Umar menoleh pada ‘Amr Ibn Ash sambil berkata.


مَنْ اِسْتَعْبَدْتُمْ النَّاسَ وَقَدْ وَلَدَتْهُمْ أُمَّهَاتُهُمْ أَحْراَراً


Artinya: “Hai ‘Amr sejak kapan engkau memperbudak orang padahal mereka dilahirkan ibunya dalam keadaan merdeka?” Dan kepada pemuda itu Umar berkata, “Pulanglah dengan tenang, jika ada sesuatu yang terjadi padamu, kirimkan surat segera padaku.”


Jamaah shalat Jumat rahimakumullah


Dari kisah tersebut betapa islam sangat menjunjung tinggi nilai kemerdekaan karena memang kemerdekaan merupakan hak setiap orang tanpa terkecuali dan itu jauh lebih utama daripada kemerdekaan sebuah negara. Kemerdekaan suatu bangsa itu penting dan kemerdekaan setiap manusia itu jauh lebih penting. Alquran pernah merekam salah satu doa Nabi Ibrahim AS terhadap kota Makkah.


وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ


Artinya: “Ingatlah ketika Ibrahim berdoa,“ Ya Tuhanku, jadikanlah (negeri Makkah) ini negeri yang aman dan berilah rezeki berupa buah-buahan kepada penduduknya, yaitu orang yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari Akhir.”


Nabi Muhammad SAW pun diutus Allah SWT ke tengah-tengah masyarakat Arab Jahiliyyah yang sedang mengalami tiga bentuk penjajahan sekaligus:


Banyak masyarakat Arab yang tidak memiliki pedoman hidup yang benar dan cenderung menyembah berhala. Pada masa Jahiliyyah, terdapat kesenjangan sosial yang sangat besar, di mana kaum kaya menindas kaum miskin.


Masyarakat Arab terpecah belah oleh kesukuan dan fanatisme golongan, yang menyebabkan banyak terjadi pertikaian dan kezaliman.
Dengan diutusnya Nabi Muhammad SAW, beliau membawa ajaran Islam yang memberikan solusi atas berbagai permasalahan yang dihadapi masyarakat Arab Jahiliyyah. Ajaran Islam menekankan pada tauhid (keesaan Allah), keadilan, persaudaraan, dan akhlak yang mulia. Demikian khutbah yang bisa saya sampaikan.


وَإِذۡ قَالَ لُقۡمَٰنُ لِٱبۡنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَٰبُنَيَّ لَا تُشۡرِكۡ بِٱللَّهِۖ إِنَّ ٱلشِّرۡكَ لَظُلۡمٌ عَظِيم


بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ اقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ 


Khutbah Kedua


الْحَمْدُ لِلَّهِ. أَشْهَدُ أنْ لآ إلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيّ بعدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ  أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ


 فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ. وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ، أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ، وَتَابِعِي


التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ


 اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ.انك سميع قريب مجيب للدعوات وياقضي الحاجات… اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ


 اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.


عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ