NU Online Jateng-
KHUTBAH PERTAMA
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ
اْلحَمْدُ للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُه، اللّهُمَّ صَلِّ وسَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ:
فَيَا أيُّهَا النَّاس، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْآنِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمْ: (يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰتِهٖ وَلَا تَمُوۡتُنَّ اِلَّا وَاَنۡـتُمۡ مُّسۡلِمُوۡنَ ١٠٢). صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ
Kaum Muslimin dan Muslimat Yang Dirahmati Allah swt
Di pagi hari yang berbahagia ini, marilah kita panjatkan rasa syukur ke hadirat Allah swt, yang senantiasa melimpahkan nikmat dan karunia-Nya kepada kita, sehingga kita dapat berkumpul di tempat ini, menjalankan ibadah shalat Idul Adha, dalam keadaan sehat jiwa dan raga, dan tanpa halangan apa-apa.
Shalawat teriring Salam senantiasa kita haturkan kepada beliau, kekasih Allah, Nabi Muhammad saw, yang telah membimbing umat manusia dari kegelapan iman menuju cahaya Islam dan Ihsan. Semoga kita senantiasa dapat mencontoh serta meneladani akhlak mulianya, sekaligus mengamalkan sunnah-sunnahnya.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah.
Melalui mimbar yang mulia ini, kami mengajak kepada diri kami pribadi dan kepada jama’ah sekalian, untuk senantiasa meningkatkan iman dan takwa kita kepada Allah swt. Karena hanya dengan bekal iman dan takwa-lah, kita berharap mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Allahu Akbar 3x Wa Lillahil Hamd.
Para Jamaah, Sidang Shalat Idul Adha yang Berbahagia
Apa makna dari Idul Adha? Secara bahasa, ‘Id memiliki makna hari raya, Adha bermakna hewan sembelihan. Artinya, pada hari ini kita diperintahkan Allah untuk berkurban dengan menyembelih binatang ternak dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah ﷻ.
Hari ini juga dapat disebut Hari Raya Haji, karena sehari sebelumnya umat Muslim yang berhaji melaksanakan ibadah Wukuf di Arafah. Hari Raya Idul Adha juga dinamakan dengan hari raya besar, ‘Idul kabir, karena mengingat peristiwa besar dan penting sejarah Nabi Ibrahim as dan putranya, Nabi Ismail as.
Pada Hari Raya Idul Adha ini, mari kita bersama-sama belajar tentang rahasia kesuksesan Nabi Ibrahim as. Imam Nawawi bin Umar Al-Bantani Al-Jawi dalam kitab Nasho`ihul Ibad, halaman 10 mengisahkan tentang Nabi Ibrahim ketika ditanya, apa alasan utama Allah ﷻ mengangkat Nabi Ibrahim menjadi Kholilullah (kekasih Allah)? Nabi Ibrahim menjawab dengan tiga alasan.
Pertama, Nabi Ibrahim selalu mendahulukan perintah Allah. Kedua, Nabi Ibrahim selalu tawakkal kepada Allah. Dan Ketiga, Nabi Ibrahim adalah pribadi yang peduli terhadap orang lain.
Rahasia Pertama, Nabi Ibrahim menjadi Khalilullah (kekasih Allah) adalah karena beliau selalu mendahulukan perintah Allah swt.
Hal tersebut mengingatkan kita tentang kisah beliau ketika diperintahkan Allah untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail as.
Sebagaimana Firman Allah dalam Surat as-Shaffat 102-111:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعۡىَ قَالَ يٰبُنَىَّ اِنِّىۡۤ اَرٰى فِى الۡمَنَامِ اَنِّىۡۤ اَذۡبَحُكَ فَانْظُرۡ مَاذَا تَرٰىؕ قَالَ يٰۤاَبَتِ افۡعَلۡ مَا تُؤۡمَرُ سَتَجِدُنِىۡۤ اِنۡ شَآءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيۡنَ ١٠٢ فَلَمَّاۤ اَسۡلَمَا وَتَلَّهٗ لِلۡجَبِيۡنِۚ ١٠٣ وَنَادَيۡنٰهُ اَنۡ يّٰۤاِبۡرٰهِيۡمُۙ ١٠٤ قَدۡ صَدَّقۡتَ الرُّءۡيَا ۚ اِنَّا كَذٰلِكَ نَجۡزِى الۡمُحۡسِنِيۡنَ ١٠٥ اِنَّ هٰذَا لَهُوَ الۡبَلٰٓؤُا الۡمُبِيۡنُ ١٠٦ وَفَدَيۡنٰهُ بِذِبۡحٍ عَظِيۡمٍ ١٠٧ وَتَرَكۡنَا عَلَيۡهِ فِى الۡاٰخِرِيۡنَۖ ١٠٨ سَلٰمٌ عَلٰٓى اِبۡرٰهِيۡمَ ١٠٩ كَذٰلِكَ نَجۡزِى الۡمُحۡسِنِيۡنَ ١١٠ اِنَّهٗ مِنۡ عِبَادِنَا الۡمُؤۡمِنِيۡنَ ١١١
Artinya: “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: ‘Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!’ Ia menjawab: ‘Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar’. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah kesabaran keduanya).
Dan Kami panggillah dia: ‘Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu’, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.
Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu) ‘Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim’. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.
Syekh Wahbah Zuhaili dalam Tafsir al-Munir juz 23 halaman 117 menjelaskan bahwa ketika usia Nabi Ismail menginjak kira-kira 7 tahun (ada pula yang berpendapat 13 tahun), pada malam Tarwiyah, hari ke-8 di bulan Dzulhijjah, Nabi Ibrahim as bermimpi mendengar seruan: “Hai Ibrahim! Sesungguhnya Allah memerintahkanmu untuk menyembelih anakmu.” Pagi harinya, beliau pun berpikir dan merenungkan arti mimpinya itu.
Apakah mimpi itu dari Allah ﷻ atau dari setan? Dari sinilah kemudian tanggal 8 Dzulhijah disebut sebagai hari Tarwiyah yang artinya, berpikir/merenung.
Pada malam ke-9 di bulan Dzulhijjah, beliau bermimpi yang sama dengan sebelumnya. Pagi harinya, beliau tahu dengan yakin mimpinya itu berasal dari Allah ﷻ. Dari sinilah hari ke-9 Dzulhijjah disebut dengan hari ‘Arafah, yang artinya mengetahui, dan bertepatan pula waktu itu beliau sedang berada di tanah Arafah.
Malam berikutnya lagi, beliau mimpi dengan perintah yang serupa. Maka, keesokan harinya, beliau bertekad untuk melaksanakan penyembelihan Ismail. Karena itulah, hari itu disebut dengan hari penyembelihan kurban (Yaumun Nahr).
Nabi Ibrahim as berterus terang kepada putranya, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi, aku diperintahkan Allah untuk menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu? “Ia (Ismail) menjawab, ‘Hai bapakku! Kerjakanlah apa yang diperintahkan kepada engkau, insyaallah, engkau mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.
Ahmad Ghalwas dalam kitab Da’watur Rusul halaman 112 menjelaskan, ketika Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as telah bersiap diri untuk penyembelihan, Nabi Ibrahim bertakbir dengan menjalankan pisau pada tenggorokan Ismail, kemudian Allah ﷻ menyelamatkan Nabi Ismail as.
Allah tidak memperkenankan pisau yang dibawa Nabi Ibrahim melukai sedikit pun Nabi Ismail AS. Allah ﷻ memanggil Ibrahim, bahwa Ibrahim telah lulus ujian, karena dengan penuh ketaatan, beliau telah mendahulukan perintah Allah ﷻ.
Ibrahim melihat di depannya seekor domba putih yang besar yang dikirim Allah untuk mengganti Ismail sebagai sembelihan. Kemudian Ibrahim menyembelih domba tersebut untuk melaksanakan perintah Allah ﷻ.
Dari perjalanannya yang panjang, dengan rentetan perjuangan dan ujian demi ujian, pada akhirnya Nabi Ibrâhim mendapatkan kemenangan, dan kesuksesan yang gemilang. Lulus dari ujian yang berat dari Allah ﷻ. Hingga kini peristiwa tersebut dikenang oleh Muslim sedunia, agar ajaran Nabi Ibrahim menjadi teladan dan diamalkan oleh generasi masa depan.
Allâhu Akbar, Allâhu Akbar, Allâhu Akbar wa Li Allâh al-Hamd
Saudara-saudara sidang Idul Adha yang berbahagia
Rahasia kedua kesuksesan Nabi Ibrahim adalah, Nabi Ibrahim selalu Bertawakkal kepada Allah ﷻ. Maksudnya, Nabi Ibrahim adalah Nabi yang selalu berusaha keras, Nabi yang cerdas, Nabi yang ikhlas, dan selalu mengerjakan perintah Allah dengan tuntas.
Nabi Ibrahim selalu berikhtiar dan berusaha dalam melaksanakan perintah Allah, berdoa kepada Allah, dan menyerahkan segala urusan kepada Allah ﷻ.
Allah ﷻ berfirman dalam Surat Ar Ra’d, ayat 11:
اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوۡمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوۡا مَا بِاَنۡفُسِهِمۡ
Artinya:“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”
Dalam ajaran Islam, kita diperintahkan untuk selalu berusaha, berdoa, dan tawakal kepada Allah ﷻ. Dalam konteks Hari Raya Idul Adha, Nabi Ibrahim selalu bekerja keras untuk melaksanakan perintah Allah, Nabi Ibrahim bekerja cerdas dengan mengklarifikasi mimpinya hingga tiga kali, Nabi Ibrahim juga mendiskusikannya dengan Nabi Ismali as.
Nabi Ibrahim juga menerima perintah Allah tersebut dan mengerjakannya dengan ikhlas, tujuannya hanya kepada Allah ﷻ dan akhirnya perintah Allah beliau laksanakan dengan sukses dan tuntas. Nabi Ibrahim adalah pribadi yang arif bijaksana, Nabi yang cerdas dan pintar, Ketika beliau berdakwah pada masyarakat, beliau menguasai berbagai bahasa mereka, faham ajaran mereka, beliau mengerti sosiologi, dialektika dan adat istiadat mereka. Sehingga masyarakat yang didakwahi Nabi Ibrahim tidak dapat membantah hujjah dan dalil Nabi Ibrahim.
Keteladanan Nabi Ibrahim ini penting untuk diamalkan generasi penerus bangsa dengan selalu rajin dan giat belajar dalam menguasai ilmu pengetahuan. Setiap Muslim wajib untuk mempelajari berbagai ilmu yang menjadi kebutuhan hidupnya, seperti ilmu agama, ilmu kedirgantaraan, militer, sosial, kedokteran, maupun ilmu yang menjadi kebutuhan masyarakat, agar tercipta masyarakat yang sejahtera, maju, dan bermartabat. Pemuda harus bangkit dan bergerak demi meneladani perjuangan Nabi Ibrahim as.
Allâhu Akbar, Allâhu Akbar, Allâhu Akbar wa Li Allâh al-Hamd
Saudara-saudara sidang Idul Adha yang berbahagia
Rahasia kesuksesan Nabi Ibrahim yang ketiga adalah bahwa Nabi Ibrahim merupakan sosok Nabi yang Dermawan dan Peduli Sosial. Nabi Ibrahim tidak pernah makan pagi dan makan sore, kecuali disertai oleh kawan, walaupun beliau harus berjalan jauh untuk mencari kawan yang mau makan bersama Nabi Ibrahim as.
Dalam konteks Hari Raya Idul Adha ini, kita bisa meneladaninya: jangankan harta, tenaga, maupun fikiran, bahkan putra yang sholih pun akan beliau korbankan demi menjalankan perintah Allah ﷻ. Kita tidak diperintahkan menyembelih putra kita, namun kita hanya diperintahkan untuk menyembelih hewan Qurban dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah ﷻ.
Selain itu, kita juga diperintahkan Allah untuk menjadi seseorang yang peduli sosial, membantu sesama yang membutuhkan. Bahwa di dalam perintah berkurban, terdapat ajaran tentang persaudaraan dan kasih sayang.
Yaitu ketika seseorang telah mampu menyembelih sifat egoisnya, sifat bahimiyyah dan hayawaniyahnya, maka akan lahir empati dan kasih sayang di dalam hati, yang akan mendorong seseorang untuk mau berbagi kepada sesamanya. Bahwa kebahagiaan tidak untuk dirasakan sendiri, akan tetapi perlu dibagi, sehingga keharmonisan dan persatuan dapat diwujudkan di tengah-tengah masyarakat.
Menjalankan ibadah kurban juga merupakan bentuk investasi kita untuk masa depan, yaitu kehidupan di akhirat nanti. Seseorang yang telah merelakan sebagian hartanya untuk membeli binatang kurban, hakikatnya ia telah menabung, dan kelak ia akan memetik hasil investasinya tersebut, berupa kebahagiaan yang hakiki, di surga nanti.
Allahu Akbar 3x Wa Lillahil Hamd.
Para Jamaah yang Berbahagia,
Demikianlah beberapa pelajaran penting yang bisa kita petik dalam momentum Idul Adha ini, semoga Allah swt senantiasa memberikan petunjuk-Nya kepada kita semua, sehingga kita dapat selalui mensyukuri setiap nikmat dan karunia-Nya, dengan senantiasa meningkatkan amal Ibadah kita.
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم.
KHUTBAH KEDUA
اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ.
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَّى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ، وَقَالَ تَعاَلَى: إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِين وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عَآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَاللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ فاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ.
Materi Khutbah Idul Adha 1446H, dapat di download: KLIK DISINI
Penulis: Kiai Muhammad Luthfi Anshhori, Lc., M.Ud
Sekretaris LD PWNU Jawa Tengah