• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Rabu, 15 Mei 2024

Regional

Haul KH Ahmad Zainal Mahmud Kendal, KH Mandzur: Untuk Ingat Mati

Haul KH Ahmad Zainal Mahmud Kendal, KH Mandzur: Untuk Ingat Mati
Makam pendiri pesantren Tahfidz Al-Qur'aniyah, Kendal, Jateng
Makam pendiri pesantren Tahfidz Al-Qur'aniyah, Kendal, Jateng

Kendal, Jateng NU Online

Meski di tengah pandemi Covid-19, Pesantren Tahfidz Al Qur'aniyah Penanggulan, Pegandon, Kendal, Jawa Tengah tetap menggelar acara haul ke-6 almarhum KH Ahmad Zainal Mahmud pendiri dan pengasuh pondok ini. Melalui kegiatan ini umat Islam dapat meneladani semangat almarhum yang haus ilmu.

 

Wakil ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah KH Mandzur Labib mengatakan, agenda haul bagi nahdliyin memiliki makna penting, tidak sekadar mengobati kerinduan tokoh yang dihormati, tetapi juga menjadi peringatan bagi kita bahwa mati itu pasti.

 

"Almarhum Kiai Ahmad Zainal Mahmud adalah sosok atau figur yang sangat haus ilmu. Meski sudah jadi kiai dan berkeluarga, keinginannya untuk ngaji tetap tinggi dan dijalani," kata Gus 
Gus Mandzur dalam acara haul almarhum KH Ahmad Zainal Mahmud, Rabu (14/10).

 

Dikatakan, Kiai Zainal yang lahir di Blitar, Jawa Timur pada 21 Mei 1947  adalah putra pertama dari 13 bersaudara. Orang tuanya H Zainuri dan Hj Maesaroh Cucu KH Abu Bakar Kediri, Jatim mendidik kedisiplinan dan kemandirian yang tinggi sejak masa kecilnya.

 

"Di sela kesibukannya belajar di bangku SR pada waktu pagi hari dan Madradah Diniyah di kampungnya pada malam hari, juga  ditugasi orang tuanya untuk mengurus hewan ternak kambing dan kuda," ucapnya. 

 

Dijelaskan, Kiai Zainal ngaji di Pesantren Lirboyo Kediri dijalaninya selama 7 tahun (1961-1968). Saat pulang kampung langsung berkhidmah ke masyarakat untuk membantu mendirikan masjid dan mengajar di madrasah yang ada dikampungnya serta aktif di Gerakan Pemuda Ansor.

 

"Hasratnya untuk menjadi hafidz Al-Qur'an dipenuhinya dengan mondok ke Kudus di bawah asuhan KH Arwani pada tahun 1971, hafalan  30 juz Al-Qur'an ditempuh dalam kurun waktu tujuh bulan," ungkapnya.

 

Dia menambahkan, dari Kudus Kiai Zainal mondok lagi ke Bumiayu Brebes Jateng. Masa lajang diakhirinya pada tahun 1972 ketika Kiai Abdullah Umar Semarang menjodohkan dengan salah satu putrinya, Zulfa.

 

"Setelah menikah bersama istrinya mondok ke Kediri untuk tabarrukan ngaji kitab Ihya' Ulumudin di Pesantren Tretek, Pare, Kediri sedangkan istrinya di Pesantren Bandar, Kota Kediri," jelasnya.  

 

Disampaikan, ketika sudah punya anak satu, Kiai Zainal juga masih menyempatkan diri bersama istri dan anaknya untuk tabarrukan ngaji di Mbah Mangli Magelang Jawa Tengah selama satu tahun. 

 

"Setelah itu Kiai Zainal menetap di Kauman, Penanggulan, Pegandon, Kendal dan pada tahun 1980 mendirikan pondok pesantren khusus tahfidz Al-Qur'aaniyyah dan diresmikan langsung oleh KH Arwani Amin Kudus," pungkasnya.


Penulis: Samsul Huda
Editor: M Ngisom Al-Barony


Regional Terbaru