• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Minggu, 28 April 2024

Regional

HARLAH KE-88 GP ANSOR

Ansor Semarang: Lahirnya Ansor Bagian dari Gerakan NU

Ansor Semarang: Lahirnya Ansor Bagian dari Gerakan NU
Ansor dan Fatayat NU Tembalang, Kota Pekalongan gelar peringatan harlah bersama (Foto: Dok)
Ansor dan Fatayat NU Tembalang, Kota Pekalongan gelar peringatan harlah bersama (Foto: Dok)

Semarang, NU Online Jateng
Ketua Pimpinan Cabang (PC) Gerakan Pemuda (GP)P Ansor Kota Semarang Abdur Rahman menegaskan bahwa prinsip dan semangat hubbul wathan minal iman (Cinta tanah air sebagian dari iman,red) perlu terus ditanamkan dalam diri setiap kader NU.


“Sejarah lahirnya Gerakan Pemuda Ansor tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang kelahiran dan gerakan NU. Kelahiran GP Ansor diwarnai oleh semangat perjuangan, semangat kebangsaan, kerakyatan, dan sekaligus spirit keagamaan," ucap Gus Dora, sapaan akrab Abdur Rahman.


Hal itu disampaikan dalam refleksi Hari lahir (Harlah) ke-88 GP Ansor dan Harlah ke-72 Fatayat NU yang digelar dua badan otonom (Banom) NU Kota Semarang di aula Kecamatan Tembalang, baru-baru ini.


Dijelaskan, pada Muktamar NU ke-9 di Banyuwangi, Jawa Timur, GP Ansor secara resmi diterima dan disahkan sebagai bagian atau departemen pemuda di organisasi NU, tepatnya pada tanggal 10 Muharram 1353 H atau 24 April 1934 Hijriah, yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Lahir Gerakan Pemuda Ansor.


"Maka, sebagai generasi muda, jangan pernah ragu untuk bergerak bersama ulama NU. Jadilah kader Ansor. Jadilah pemuda harapan bangsa," pintanya.





Ketua Majelis Dzikir dan Shalawat (MDS) Rijalul Ansor Kota Semarang M Nurul Huda meminta seluruh kader Gerakan Pemuda (GP) Ansor dan Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) perlu ngaji sejarah. 


"Para kader Ansor dan Fatayat perlu memahami sejarah masing-masing bahwa kalangan santri memiliki peran besar dalam membela agama, bangsa dan negeri sejak dulu hingga sekarang," katanya. 


“Bahkan jauh sebelum NU lahir, telah ada tokoh besar dari kalangan santri yang berjuang bagi bangsa dan agamanya, yaitu Raden Mas Ontowiryo atau yang terkenal dengan nama Pangeran Diponegoro," tegasnya.


Kiai muda aktivis Ansor ini menjelaskan, Raden Mas Ontowiryo tercatat pernah berguru kepada Kiai Taftazani Kertosono. Padahal Raden Mas Ontowiryo sebagai putra sulung Hamengkubuwono III, yang tidak lain seorang raja Mataram, 


"Pangeran Diponegoro juga belajar Tafsir Jalalain dengan KH Baidlowi Bagelen, Purworejo, Jawa Tengah. Setelah ngaji ilmu syariat, dilanjutnkan ngaji ilmu hikmah kepada KH Nur Muhammad Ngadiwongso, Salaman, Magelang," terangnya. 


"Dari sinilah diketahui bahwa Pangeran Diponegoro adalah seorang santri dan ulama yang kemudian menjadi Pahlawan Nasional,” sambungnya di hadapan para kader dan tamu dari unsur Kepolisian Sektor (Polsek) Tembalang dan Komando Rayon Militer (Koramil) 12 Tembalang.


Kepada NU Online Jateng, Rabu (27/4) Gus Huda meminta agar seluruh kader GP Ansor meneladani sepak terjang Pangeran Diponegoro. Kader Ansor harus mampu tampil menjadi penolong, bukan sebaliknya. Kader GP Ansor harus bisa memberi, bukan meminta. Karena Ansor itu artinya penolong. 


“Nama Ansor ini merupakan saran KH Abdul Wahab Chasbullah, salah seorang ulama besar tanah air yang juga pendiri NU sekaligus guru besar kaum muda saat itu, yang diambil dari nama kehormatan yang diberikan Nabi Muhammad kepada penduduk Madinah yang telah berjasa dalam perjuangan membela dan menegakkan agama Allah," pungkasnya.


Penulis: Ahmad Rifqi Hidayat
 


Regional Terbaru