Pesantren

Haflah Akhirussanah Daarun Najaah: Santri Dimotivasi Jaga Adab dan Semangat Mengaji

Selasa, 24 Juni 2025 | 14:00 WIB

Haflah Akhirussanah Daarun Najaah: Santri Dimotivasi Jaga Adab dan Semangat Mengaji

Haflah Akhirussanah dan Khotmil Qur’an ke-IV Pondok Pesnatren Daarun Najah tahun ajaran 2024–2025 di Mushola Al-Azhar Jerakah, Ahad malam (22/6/2025).

Semarang, NU Online Jateng

Pondok Pesantren Daarun Najaah Jerakah, Kota Semarang, menggelar Haflah Akhirussanah dan Khotmil Qur’an ke-IV tahun ajaran 2024–2025 di Mushola Al-Azhar Jerakah, Ahad malam (22/6/2025). Kegiatan ini menjadi momentum syukur atas pencapaian santri selama satu tahun pembelajaran serta sebagai bagian dari upaya menanamkan kecintaan terhadap Al-Qur’an.


Sebanyak 31 santri diwisuda dalam acara tersebut, terdiri atas 16 khatimat Juz ‘Amma dan 15 khatimat bin nadzri. Acara diiringi lantunan sholawat oleh grup hadrah Al Mahbub.


Pengasuh Pondok Pesantren Daarun Najaah, Agus Muhammad Thoriqul Huda, menyampaikan rasa syukur dan apresiasi kepada para santri serta seluruh pihak yang turut menyukseskan acara.


“Semoga ilmu yang diperoleh menjadi ilmu yang bermanfaat. Karena sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain (khairunnas anfa’uhum linnas),” ujarnya.


Acara juga diisi dengan mau’izhah hasanah oleh KH Arifana Nur Kholiq, yang memberikan pesan mendalam tentang pentingnya keseimbangan antara ilmu, akhlak, dan spiritualitas dalam pendidikan. Ia mengutip ungkapan dalam Ta’limul Muta’allim karya Syekh Az-Zarnuji:


Afdhalul ‘ilmi ‘ilmu al-haal, wa afdhalul ‘amali hifzhul haal

(Ilmu terbaik adalah ilmu tentang keadaan, dan amal terbaik adalah menjaga keadaan tersebut).


Menurutnya, santri tidak cukup hanya menguasai teori semata, tetapi juga harus mampu menerapkan ilmu tersebut dalam kehidupan nyata dengan dilandasi akhlak yang baik. Ia menambahkan bahwa pesantren merupakan benteng nilai religiusitas yang telah teruji zaman.


“Pendidikan di Indonesia pada mulanya berasal dari pesantren. Hebatnya, hingga kini nilai-nilai keagamaannya tidak luntur oleh zaman,” tegasnya.


KH Arifana juga menyampaikan dawuh ulama Makkah, Syekh Nur Syaif Al-Hilal:


Al-adabu fauqal ‘ilmi
(Adab itu lebih tinggi dari ilmu).


Ia menekankan bahwa santri harus menjunjung tinggi adab terhadap guru, karena ilmu tanpa adab hanya akan membawa kehinaan.


Menutup ceramahnya, Kiai Arifana memberikan nasihat penuh makna kepada para santri:


“Santri itu luar biasa. Sebanyak apapun gelar yang diraih, tetaplah merasa menjadi santri. Karena dengan itulah tumbuh semangat untuk terus belajar, mengabdi kepada guru, dan menyebarkan manfaat bagi masyarakat.”


“Jangan cemas dengan masa depan. Santri yang berbakti kepada orang tua, guru, dan kiai, insya Allah akan mencapai puncak kebaikan,” tutupnya.

 

Penulis: Endang Supriyati