Nasional

Sekjen PBNU: Kader NU Harus Bergerak, Jangan Gigi Mundur

Ahad, 27 April 2025 | 14:30 WIB

Sekjen PBNU: Kader NU Harus Bergerak, Jangan Gigi Mundur

Sekretaris Jenderal PBNU KH Saifullah Yusuf saat memberikan orasi di acara Apel Kader Penggerak NU di Kendal. (Foto: Firdaus)

Kendal, NU Online Jateng 

Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Saifullah Yusuf mengingatkan pentingnya semangat gerakan di kalangan kader NU. Ia menegaskan bahwa NU akan tetap hidup dan berkembang karena didirikan serta dijaga langsung oleh para wali Allah.

 

Hal itu disampaikan Gus Ipul, sapaan akrabnya, saat Apel Kader Penggerak NU dan Halalbihalal yang digelar di Pendopo Tumenggung Bahurekso, Kendal, Ahad (27/4/2025).

 

"KH Wahab Hasbullah pernah mengatakan, bergerak itu wajib, diam itu mati. Ini yang harus menjadi pegangan kita semua," kata Gus Ipul yang juga menjabat menjadi Menteri Sosial RI ini.

 

Ia menceritakan keteladanan para pendiri NU, termasuk kisah KH Bisri Syansuri yang pernah dipilih menjadi Rais Aam di tengah kondisi KH Wahab Hasbullah yang sakit. Namun, KH Bisri Syansuri dengan rendah hati mengembalikan amanah itu karena merasa belum sanggup sebelum KH Wahab wafat.

 

"Teladan seperti itu harus kita tiru. Di NU ini tidak perlu rebutan jabatan. Tanamkan sejak awal bahwa tanpa kita pun NU akan tetap hidup dan berkembang. NU ini bukan organisasi biasa, ia dijaga para kekasih Allah," ujarnya.

 

Menurut Gus Ipul, kader NU harus menjaga niat dan semangat pengabdian tanpa pamrih. "Jangan merasa NU akan mati kalau tidak ada kita. NU akan terus maju, menjadi cahaya bangsa," pesannya kepada para kader.

 

Ia menekankan bahwa NU dibangun sebagai gerakan ulama, bukan untuk pencitraan. "Kalau mau keren-kerenan, mungkin dulu namanya Nahdlatul Umat, tapi para muassis memilih Nahdlatul Ulama. Sebuah gerakan yang diisi oleh para ulama yang sungguh-sungguh belajar agama," terangnya.

 

Mengutip data survei, Gus Ipul menyampaikan bahwa saat ini warga NU telah mencapai lebih dari 140 juta jiwa. "Orang luar mengira semua warga NU itu kiai, ulama. Itu karena sejak awal NU memang lahir dari kiai-kiai sakti yang memiliki kekuatan luar biasa, baik lahir maupun batin," tandasnya.

 

Ia menambahkan, di masa awal berdirinya, meski tanpa fasilitas negara, para kiai mampu menggelar muktamar setiap tahun. "Bayangkan, belum ada negara, belum ada menteri, gubernur, bupati, tapi NU bisa muktamar setiap tahun. Ini luar biasa sekali," ujarnya.

 

Gus Ipul kemudian mengingatkan tantangan ke depan. "Kalau dulu para wali dan ulama besar masih terlihat nyata, sekarang semakin sedikit. Maka jawabannya cuma satu: kita harus memperkuat kaderisasi," katanya.

 

Menurutnya, masa depan NU 100 tahun ke depan bergantung pada kekuatan kaderisasi hari ini. "Harus ada penguatan kaderisasi, termasuk melalui PD-PKPNU, supaya NU tetap menjadi rahmat bagi bangsa dan dunia," tegasnya.

 

Dalam kesempatan itu, Gus Ipul juga menyinggung pentingnya kolaborasi di era sekarang. "Pemerintah sekarang membangun super tim, bukan Superman. Semua harus kolaborasi. Di NU pun sama, jangan jalan sendiri-sendiri," pungkasnya.

 

Sementara itu, Wakil Ketua PWNU Jawa Tengah KH Kholison Syafi'i dalam kesempatan yang sama mengingatkan pentingnya peran kader penggerak NU. Menurutnya, kader penggerak harus selalu memulai lebih dahulu dalam berbagai aktivitas sebelum warga NU biasa bergerak.

 

"Kalau keprihatinan kita terhadap program PCNU tidak berjalan, itu sama juga dengan warga NU biasa. Jika tidak peduli, lalu apa faedahnya kaderisasi," katanya.

 

Kiai Kholison kemudian membacakan tiga pesan Ketua Tanfidziyah PWNU Jateng KH Abdul Ghaffar Rozin. Pertama, kader penggerak harus berjalan seiring dengan struktur NU, tidak boleh jalan sendiri. Kedua, kader penggerak dicita-citakan untuk menjadi bagian dari kepengurusan NU ke depan. Dan ketiga, kader penggerak tidak boleh menjadi 'negara dalam negara', yakni membentuk gerakan sendiri yang justru berseberangan dengan struktur resmi NU.

 

Acara apel kader dan halal bihalal ini diikuti ribuan kader penggerak NU dari berbagai wilayah di Kendal, sekaligus menjadi momentum memperkuat semangat berkhidmat dalam bingkai jam'iyah Nahdlatul Ulama.