• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Senin, 29 April 2024

Nasional

Rektor Ipmafa Pati: Sastra Harus Dikembangkan di Lingkup Pesantren

Rektor Ipmafa Pati: Sastra Harus Dikembangkan di Lingkup Pesantren
Penulis novel best seller 'Hati Suhita' Ning Khilma Anis (Foto: NU Online Jateng/Fikrul Umam)
Penulis novel best seller 'Hati Suhita' Ning Khilma Anis (Foto: NU Online Jateng/Fikrul Umam)

Pati, NU Online Jateng
Pusat Studi Pesantren dan Fiqih Sosial (Pusatfisi) Institut Pesantren Mathali’ul Falah (Ipmafa) Kajen, Kbupaten Pati menyelenggarakan Zoominar Nasional mengusung tema 'Islam Wasathiyyah, Sastra Pesantren, dan Krisis Kemanusiaan', Sabtu (24/7).

 

Kegiatan yang dihelat secara virtual dihadiri oleh sedikitnya seratus peserta dari lintas perguruan tinggi dengan menghadirkan narasumber penulis buku 'Islam Wasathiyyah' Kholid Syeirazi dan sastrawan pesantren dan penulis novel best seller 'Hati Suhita' Ning Khilma Anis didapuk sebagai pemantik utama. 

 

Rektor Ipmafa Gus Rozin menyambuat baik acara yang diselenggarakan oleh Pusatfisi. Dirinya juga menyampaikan bahwa sastra pesantren harus terus dikembangkan untuk mengasah kepekaan sosial kemanusiaan terutama dalam masa-masa pandemi seperti ini. 

 

"Apalagi dalam konteks pandemi yang mempengaruhi semua aspek kehidupan. Kepekaan sosial merupakan kata kunci untuk menghadirkan sikap saling peduli," ujarnya.

 

Panitia pelaksana seminar Sofyan kepada NU Online Jateng, Selasa (27/7) mengatakan, meskipun berlangsung selama hampir 3 jam, namun antusiasme peserta tidak surut. "Berbobot isinya, tapi sangat ringan pembahasannya," ungkapnya. 

 

Dijelaskan, selain digelar via zoom meeting, acara ini juga disiarkan secara live di akun Facebook Pusatfisi.  

 

Penulis buku Islam Wasathiyyah Kholid Syeirazi dalam pemaparannya menjelaskan, dengan menerapkan Islam Wasathiyah dapat memberikan pandangan pentingnya menghormati adat dan budaya setempat.

 

"Boleh saja fanatik namun jangan sampai tidak obyektif," Jelas Sekjen ISNU tersebut.  

 

Disampaikan, ada beberapa hal terkait dengan Islam Wasathiyyah. Pertama, fanatisme beragama dapat membatasi seseorang dalam mengenal dan menghargai orang lain. Konsep Islam Wasathiyyah (tengah-tengah) inilah yang seharusnya dapat di kembangkan dan diterapkan dalam menghadapi keadaan yang saling bertentangan.

 

"Kedua, sastra pesantren merupakan perpaduan tak terpisah. Karena dengan menggabungkan keduanya dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari mampu melembutkan hati seseorang yang mempelajarinya. Karya-karya yang dihasilkan dan dipelajari di pesantren pun banyak berselaras dengan satra," terangnya. 

 

Poin ketiga yang dapat dipetik adalah posisi antara sastra dan Islam Wasathiyyah. Sastra merupakan salah satu kendaraan Islam Wasathiyyah. Meskipun peranan sastra belum mendominasi dalam penyebaran Islam tengah-tengah ini, namun setidaknya sastra memiliki andil yang perlu terus dieksplorasi.

 

"Semoga dengan sastra dalam menjalankan Islam Wasathiyyah sedikit banyaknya dapat meminimalisir krisis kemanusiaan minimal dalam lingkup pesantren," ucap Kholid Syeirazi.

 

Narasumber kedua Ning Khilma menyampaikan, sastra bagian penting bagi kehidupan pesantren. Karena dengan menghadirkan sastra dalam sebuah karya akan menjadikan bertambahnya wawasan bagi pembaca. 

 

"Walaupun hanya sebagian kecil, perlu ditanamkan dalam pikiran kita, berbuat sedikit demi sedikit daripada tenggelam dalam angan-angan yang begitu banyak tapi sama sekali tidak dilakukan," jelas Ning Khilma. 

 

Pada penghujung pertemuan, mereka menegaskan khususnya bagi kalangan pesantren agar mampu meningkatkan kesusastraan, agar tidak kaku dalam mengamalkan Islam Wasathiyyah. Pun dalam menghadapi krisis kemanusiaan seperti akhir-akhir ini, sastra dapat dipergunakan sebagai media dakwah Islam Wasathiyah.

 

Kontributor: Fikrul Umam
Editor: M Ngisom Al-Barony


 


Nasional Terbaru