Rais PWNU Jateng: LPBINU Harus Bergerak Cepat Tangani Bencana
Ahad, 18 Oktober 2020 | 09:15 WIB
Samsul Huda
Penulis
Semarang, NU Online Jateng
Rais Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jateng KH Ubaidullah Shodaqoh mengatakan, Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBINU) sebagai perangkat NU yang menangani masalah kebencanaan diharapkan mengambil langkah cepat menggandeng semua potensi yang ada di NU untuk selalu bersiap siaga menghadapi bencana.
Â
"Kami harapkan setelah kegiatan ini dapat disusun pembagian tugas secara rinci sehingga muncul rencana siapa melakukan apa sehingga semua titik dan problem yang dihadapi korban tertangani," jelasnya.
Â
Hal itu disampaikan Rais saat menututp kegiatan workshop penanggulangan bencana yang dihelat PW Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Sedekah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) Jawa Tengah di Hotel Muria Semarang, Sabtu (17/10).
Â
Dikatakan, untuk kesinkronan bantuan, maka workshop ini penting dlakukan agar dalam pelaksanaan tidak tumpang tindih dan berjalan sendiri-sendiri.
Â
"Potensi penanganan korban bencana alam yang melekat pada berbagai lembaga di bawah Nahdlatul Ulama (NU) sudah saatnya dikonsolidir agar lebih efektif dan efisien ketika menjalankan misi-misi pertolongan untuk membantu korban bencana alam," tegasnya.
Â
Ketua Pengurus Wilayah (PW) LAZISNU Jawa Tengah Muhammad Mahsun mengatakan, selama ini NU Jateng melalui lembaga-lembaga dan badan otonomnya sangat aktif terjun ke lapangan membantu para korban ketika terjadi bencana alam baik di wilayah Jateng maupun di luar provinsi Jawa Tengah.
Â
"Kami, LAZISNU Jateng juga hadir di area bencana untuk menyalurkan berbagai macam bantuan yang didahului aktivitas penggalangan dana dari masyarakat, namun kami melihat gerakan kemanusiaan yang dilakukan NU Grup terfokus pada satu titik aktivfitas saja," kata Mahsun.
Â
Dikatakan, ketika terjadi bencana alam para pegiat atau relawan bencana alam dari keluarga besar NU bergerak massif, namun terkesan bergerak sendiri-sendiri, nyaris tidak ada koordinasi.Â
Â
"Aktivitasnyapun hanya terfokus pada pertolongan awal saja. Sedangkan, penanganan korban usai peristiwa bencana nyaris tidak tersentuh dan tidak  dipikirkan, sehingga kevakuman itu dimasuki oleh relawan pihak lain," ungkapnya.
Â
Menurutnya, di sinilah berlangsung deideologisasi ahlussunnah wal jamaah.Sebenarnya tidak etis gerakan kemanusiaan ini dihubung-hubungkan dengan  kepentingan-kepentingan golongan, namun itulah yang terjadi.Â
Â
"Gerakan nahdliyin memberikan bantuan kepada korban bencana yang berjalan massif seakan terlupakan karena pada saat diujung penanganan tidak hadir dan tidak menunjukkan perannya," tegasnya.
Â
Dia menambahkan, karena itulah melalui workshop ini PWNU Jateng perlu segera mengkonsolidasikan seluruh potensi untuk menyusun sistem atau manajemen penanganan bencana secara terpadu dan sistematis.
Â
"Semua bergerak, sehingga problem kebencanaan dari hulu ke hilir tertangani semua," pungkasnya.
Â
Penulis: Samsul Huda
Editor: M Ngisom Al-Barony
Terpopuler
1
Abu Sampah Disulap Jadi Paving, Inovasi Hijau LPBI NU dan Banser Trangkil
2
Khutbah Jumat: Pelajaran Yang Tersirat Dalam Ibadah Haji
3
Semarak Harlah ke-75, Fatayat NU Wonogiri Gali Potensi Kader dengan Semangat Kartini
4
Kasus Pneumonia Jamaah Haji Meningkat, dr Alek Jusran Imbau Jaga Kesehatan
5
Gelorakan Dakwah Lewat Tulisan, NU Online Kumpulkan Jurnalis Muda Nahdliyin se-Jateng dan DIY
6
NU Online dan LAZISNU Gelar Workshop Jurnalistik Filantropi, Cilacap Jadi Tuan Rumah
Terkini
Lihat Semua