• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Sabtu, 20 April 2024

Nasional

ISTIGHOTSAH SATU ABAD NU

Rais NU Jateng: Pimpinan NU Harus Peka terhadap Warga Terdampak Kebijakan Pembangunan

Rais NU Jateng: Pimpinan NU Harus Peka terhadap Warga Terdampak Kebijakan Pembangunan
Rais PWNU Jateng KH Ubaidullah Shodaqoh (Foto: NU Online Jateng/M Ngisom Al-Barony)
Rais PWNU Jateng KH Ubaidullah Shodaqoh (Foto: NU Online Jateng/M Ngisom Al-Barony)

Demak, NU Online Jateng
Menyongsong datangnya era seratus tahun kedua para pimpinan Nahdlatul Ulama (NU) di berbagai tingkatan harus meningkatkan kepekaannya terhadap dinamika bangsa, namun jangan abai terhadap rintihan warga yang terkena dampak kebijkan pembangunan di berbagai bidang yang saat ini sedang berlangsung.


Rais Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah KH Ubaidullah Shodaqoh mengatakan, momentum peringatan 1 Abad NU pada tahun 1444 hijriah hendaknya dapat menggugah kesadaran para pimpinan NU yang sekarang sedang mengemban amanat organisasi bahwa seabad yang lalu para kiai pesantren terpanggil memulai rintisan menuju perubahan yang lebih baik.


"Perubahan itu diawali dengan mendirikan NU yang selanjutnya menjadi lokomotif perubahan untuk membela warga yang merintih karena terjajah, klimaksnya 21 tahun kemudian terwujud proklamasi kemerdekaan Indonesia," kata Kiai Ubaid.


Kiai Ubaid yang juga Peengasuh Pesantren Al-Itqon Bugen, kota Semarang mengatakan hal itu saat menyampaikan sambutan dalam acara istighotsah menyongsong datangnya era 100 tahun kedua NU berkhidmah kepada bangsa yang betlangsung di masjid agung Demak, Sabtu (30/7).


Menurutnya, sepak terjang para pendahulu kita 100 tahun lalu sangat layak untuk diteladani. Mereka bersama NU sukses melepaskan rakyat dari belenggu penjajah. Bagaimana dengan era 100 tahun kedua yang akan datang, di tangan para pimpinan NU sekaranglah hal itu ditentukan.


"Saat ini semuanya menyaksikan sebagian warga NU merintih terdampak kebijakan pembangunan, tidak terkecuali nahdliyin di Demak di kawasan pesisir sudah cukup lama menderita karena bencana rob atau air laut pasang," tegasnya.





Dia menambahkan, selain itu masih ada yang merintih karena dampak berbagai kebijakan yang tidak menguntungkan nahdliyin yang tinggal di wilayah Demak. Dengan diadakannya istighotsah di lokasi yang pernah menjadi pusat gerakan Wali Songo ini diharapkan dapat membukakan mata para pemangku kewenangan.


"Setelah melihat realitas akan terketuk hatinya untuk mengambil langkah kebijakan komprehensif yang dapat mengakhiri penderitaan nahdliyin. Bersamaan dengan itu para pimpinan NU harus mendampingi warga terdampak sebagai tanda bahwa NU hadir membersamai warga sebagaimana yang  dilakukan para pendahulu seabad yang lampau," ucapnya.


"Marilah semuanya kita bangun kebersamaan mulai dari anak ranting, ranting hingga PBNU. Sehingga apa yang menjadi rintihan rakyat menjelang se-abad NU ini menjadi rintihan semua nahdliyyin," tuturnya.


Dikatakan, tentu saat memasuki era 100 tahun kedua NU ini banyak hal yang akan dilakukan, begitu beratnya tantangan yang dihadapi baik internal maupun eksternal. Maka sejak dini semuanya  harus mendekatkan diri kepada Allah SWT agar diberi kekuatan, ketabahan, dan kemampuan menyelesaikan problem.
 

Mursyid Thariqah Qadiriyah Naqsyabandiyah Prof KH Abdul Hadi Muthohar Mranggen Demak memimpin Istighotsah dan tahlil, sedangkan doanya dibaca oleh sembilan kiai.


Mereka itu adalah KH Ma'shum Abi Darda Sragen, KH Mukhlis Hudaf Klaten, KHA Hadlor Ihsan Semarang, KH Zaim Ahmad Ma'shum Lasem, KH Rozikin Jepara, KH Abu Jamroh Jepara, KH Zainal Arifin Ma'shum Demak, KH Adlan Nur Demak, dan KH Abdul Rasyid Demak.


Penulis: Samsul Huda


Nasional Terbaru