Keislaman

Evaluasi Diri di Momen Pergantian Tahun Baru Islam: Sejumlah Pandangan Mufassir

Ahad, 7 Juli 2024 | 17:00 WIB

Evaluasi Diri di Momen Pergantian Tahun Baru Islam: Sejumlah Pandangan Mufassir

Ilustrasi Muharram

Berakhirnya bulan Dzulhijjah memberikan tanda berakhirnya tahun Hijriah dalam sistem penanggalan Islam. Peralihan bulan Dzulhijjah ke Muharram merupakan perpindahan tahun Hijriah 1445 H ke 1446 H. Pergantian tahun tersebut merupakan momentum penting dalam perjalanan kehidupan manusia, sehingga harus dimanfaatkan semaksimal mungkin agar mendapatkan hikmah, ibrah, pengalaman dan pelajaran untuk kehidupan di masa yang akan datang.


Pergantian tahun bisa dimanfaatkan untuk mengevaluasi diri, muhasabah terhadap perjalanan hidup yang telah dilalui agar menjadi lebih baik lagi di masa depan. Kesempatan ini jangan hanya dilewatkan dengan sia-sia tanpa mengambil pengalaman, dan hikmah. Sebab, hidup di muka bumi ini harus terus berubah ke arah yang lebih baik. Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Hasyr ayat 18-19.


یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلۡتَنظُرۡ نَفۡسࣱ مَّا قَدَّمَتۡ لِغَدࣲۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِیرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ (الحشر 18)


Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.(QS. Al-Hasyr 18)


Dalam ayat di atas, Allah swt menegaskan kita sebagai hambanya yang bertakwa agar selalu berbenah diri dari buruk menjadi baik, dari baik menjadi lebih baik lagi dan seterusnya. Hal ini menjadi bahan untuk lebih banyak berbuat baik dan membantu sesama agar sama-sama berjalan di jalur kebaikan.


Oleh karena itu, setidaknya ayat di atas menyadarkan bahwa hidup di dunia hanya sementara dan akan ada kehidupan selanjutnya (akhirat). Dalam proses menuju kehidupan yang lebih lama tersebut, diperlukan bekal yang cukup. Bekal yang dimaksud tidak lain adalah amal saleh.


Dengan begitu, pergantian tahun ini menjadi momen yang sangat penting untuk evaluasi diri. Ibnu Katsir, ulama ahli tafsir, memberikan penjelasan mengenai ayat 18 dalam Surat Al-Hasyr berikut.

وَقَوْلُهُ: ﴿وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ﴾ أَيْ: حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا، وَانْظُرُوا مَاذَا ادَّخَرْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ مِنَ الْأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ لِيَوْمِ مَعَادِكُمْ وَعَرْضِكُمْ عَلَى رَبِّكُمْ، ﴿وَاتَّقُوا اللَّهَ﴾ تَأْكِيدٌ ثَانٍ، ﴿إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ﴾ أَيِ: اعْلَمُوا أَنَّهُ عَالِمٌ بِجَمِيعِ أَعْمَالِكُمْ وَأَحْوَالِكُمْ(٢) لَا تَخْفَى عَلَيْهِ مِنْكُمْ خَافِيَةٌ، وَلَا يَغِيبُ عَنْهُ مِنْ أُمُورِكُمْ جَلِيلٌ وَلَا حَقِيرٌ.


Artinya: Firman-Nya: 'Dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)', maksudnya: 'Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab, dan perhatikanlah apa yang telah kalian simpan untuk diri kalian sendiri dalam bentuk amalan-amalan yang baik untuk hari kembalinya kalian dan untuk dipersembahkan kepada Rabb kalian', 'dan bertakwalah kepada Allah' merupakan penegasan yang kedua, 'Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan', yakni Ketahuilah bahwa Dia mengetahui semua perbuatan dan keadaan kalian, tidak ada yang tersembunyi dari kalian, tidak ada urusan kalian, besar atau kecil, yang tersembunyi dari-Nya.


Berbeda dengan Imam Ibnu Katsir, Imam Fakhruddin Ar-Razi juga menjelaskan dalam kitab tafsirnya Tafsir Ar-Razi sebagai berikut:

ثُمَّ إنَّهُ تَعالى رَجَعَ إلى مَوْعِظَةِ المُؤْمِنِينَ فَقالَ: ﴿ياأيُّها الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ ولْتَنْظُرْ نَفْسٌ ما قَدَّمَتْ لِغَدٍ﴾ . الغَدُ: يَوْمُ القِيامَةِ، سَمّاهُ بِاليَوْمِ الَّذِي يَلِي يَوْمَكَ تَقْرِيبًا لَهُ، ثُمَّ ذَكَرَ النَّفْسَ والغَدَ عَلى سَبِيلِ التَّنْكِيرِ. أمّا الفائِدَةُ في تَنْكِيرِ النَّفْسِ فاسْتِقْلالُ الأنْفُسِ الَّتِي تَنْظُرُ فِيما قَدَّمَتْ لِلْآخِرَةِ؛ كَأنَّهُ قالَ: فَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ واحِدَةٌ في ذَلِكَ، وأمّا تَنْكِيرُ الغَدِ فَلِتَعْظِيمِهِ وإبْهامِ أمْرِهِ، كَ أنَّهُ قِيلَ: الغَدُ لا يُعْرَفُ كُنْهُهُ لِعِظَمِهِ.


Artinya: Kemudian Dia kembali menasihati orang-orang yang beriman dengan firman-Nya, "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)". Besok: hari kiamat, yang beliau disebut sebagai hari setelah hari kalian untuk mendekatinya, kemudian beliau menyebutkan jiwa dan hari esok sebagai bentuk pengingkaran. Adapun faedah pengingkaran terhadap jiwa adalah kemandirian jiwa dalam memikirkan apa yang telah dipersiapkannya untuk akhirat, seakan-akan beliau berkata, "Hendaklah satu jiwa memikirkannya." Adapun pengingkaran terhadap hari esok karena kebesaran dan kesamarannya, seakan-akan beliau berkata, "Hari esok tidak dapat diketahui karena kebesarannya”.


Kedua sudut pandang ulama tafsir tersebut memiliki maksud dan tujuan yang sama, yaitu pentingnya mengevaluasi diri untuk mempersiapkan bekal di akhirat kelak. Ada diksi penekanan terhadap “diri sendiri” agar ia dapat bertanya, “Seberapa banyak amal saleh yang kita siapkan untuk kehidupan selanjutnya."


Pilar muhasabah

Muhasabah adalah introspeksi diri, atau koreksi atas diri sendiri atas semua hal yang telah dilakukan sebelumnya meliputi perbuatan, ucapan, pemikiran dan sikap yang dilakukan dalam keseharian. Muhasabah diri sangat dianjurkan agar bisa mengontrol dan mengevaluasi diri manusia. Untuk melakukan muhasabah sebenarnya tidak ada waktu tertentu, artinya bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja, namun muhasabah menjadi sangat berarti ketika dilakukan di momen pergantian tahun baru, mengingat tahun baru merupakan waktu yang tepat untuk membuka lembaran baru. 


Adapun cara untuk bisa muhasabah diri bisa berbeda-beda, karena setiap orang memiliki kecenderungan masing-masing dalam mengontrol dan mengevaluasi dirinya. Namun ada beberapa kegiatan yang bisa menjadi rekomendasi saat melakukan muhasabah.


Pertama berlatih menenangkan diri dengan mengambil air wudhu kemudian sholat dan dipungkasi dengan berdoa sambil merenungi apa yang sudah dilakukan dan apa yang akan dilakukan setelah itu. Allah swt menegaskan dalam firman nya agar selalu ingat kepada Allah swt dengan bertasbih, memuji dan bersujud agar hati diberikan ketenangan.

﴿وَلَقَدۡ نَعۡلَمُ أَنَّكَ یَضِیقُ صَدۡرُكَ بِمَا یَقُولُونَ ۝٩٧ فَسَبِّحۡ بِحَمۡدِ رَبِّكَ وَكُن مِّنَ ٱلسَّـٰجِدِینَ ۝٩٨ وَٱعۡبُدۡ رَبَّكَ حَتَّىٰ یَأۡتِیَكَ ٱلۡیَقِینُ ۝٩٩﴾ [الحجر ٩٧-٩٩]


Artinya: Dan Kami sungguh-sungguh mengetahui, bahwa dadamu menjadi sempit disebabkan apa yang mereka ucapkan, Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu di antara orang-orang yang bersujud (shalat), Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal). (QS. Al-Hijr 97-99)


Kedua, mengevaluasi diri dengan memperbaharui niat dan merenungi apakah kita sudah memiliki niat yang lebih baik lagi untuk menjalani kehidupan kedepan, lalu bagaimana kita menjalankan niat tersebut agar mendapatkan hasil yang maksimal.


Ketiga memperbanyak amal shaleh yang dianjurkan oleh agama, Imam Bukhari meriwayatkan hadis tentang pentingnya beramal saleh untuk kehidupan yang lebih baik.


كَلَّا أَبْشِرْ فَوَاللَّهِ لَا يُخْزِيكَ اللَّهُ أَبَدًا فَوَاللَّهِ إِنَّكَ لَتَصِلُ الرَّحِمَ وَتَصْدُقُ الْحَدِيثَ وَتَحْمِلُ الْكَلَّ وَتَكْسِبُ الْمَعْدُومَ وَتَقْرِي الضَّيْفَ وَتُعِينُ عَلَى نَوَائِبِ الْحَقِّ 


Artinya: Demi Allah, Anda tidak akan pernah dihinakan oleh Allah, karena demi Allah, Anda adalah orang yang menyambung tali persaudaraan, berkata benar, memikul beban, memberi nafkah kepada orang yang membutuhkan, membantu tamu, dan menolong orang yang membutuhkan pertolongan pada saat dibutuhkan. (HR. Bukhari)


Keempat, mulai bertemu dengan orang-orang yang baik dalam segi pekerjaan dan laku kehidupan. Semakin banyak kita berteman dengan orang baik, akan mudah menuntun kita dalam menjadi hidup yang lebih baik, sebab dalam perjalanan hidup kerap kali kita disandingkan berbagai masalah, dan masalah tersebut bisa menjadi ringan apabila memiliki teman atau pendamping yang dapat memberikan masukan-masukan yang positif. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud disebutkan:


حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ عَامِرٍ الْمُرِّيُّ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الْقَاسِمِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِالْأَمِيرِ خَيْرًا جَعَلَ لَهُ وَزِيرَ صِدْقٍ إِنْ نَسِيَ ذَكَّرَهُ وَإِنْ ذَكَرَ أَعَانَهُ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهِ غَيْرَ ذَلِكَ جَعَلَ لَهُ وَزِيرَ سُوءٍ إِنْ نَسِيَ لَمْ يُذَكِّرْهُ وَإِنْ ذَكَرَ لَمْ يُعِنْهُ


Artinya: Telah menceritakan kepada kami Musa bin 'Amir Al Murri, telah menceritakan kepada kami Al Walid telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Muhammad dari Abdurrahman bin Al Qasim, dari ayahnya, dari Aisyah, ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata: "Apabila Allah menghendaki kebaikan pada diri pemimpin maka Allah akan menjadikan baginya menteri yang jujur, apabila ia lupa maka ia akan mengingatkannya dan apabila ia ingat maka ia akan membantunya. Dan apabila Allah menghendaki selain itu (keburukan) pada diri seorang pemimpin maka Allah jadikan baginya menteri (pembantu) yang buruk, apabila ia lupa maka ia tidak mengingatkannya, dan apabila ia ingat maka ia tidak membantunya." (HR. Abu Dawud)


Kelima, melapangkan dada untuk menerima nasihat-nasihat dari orang lain, sebab beberapa nasihat tersebut sangat berpengaruh untuk keberlangsungan dalam menghadapi kehidupan di masa depan. Sebab nasihat adalah kebutuhan sesama manusia. 


دعوة الغير للخير لدرء مفسدة وجلب مصلحة وهي نوع من التعاون باللسان


Artinya: Mengajak orang lain untuk berbuat baik dalam rangka mencegah kerusakan dan mendatangkan kebaikan, yang merupakan bentuk kerja sama dengan lidah.


Ustadz Abdullah Faiz, Alumnus Pondok Pesantren APIK Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah