Tokoh

Husein Mutahar, Bapak Paskibraka Asal Semarang Jawa Tengah

Ahad, 17 Agustus 2025 | 10:00 WIB

Husein Mutahar, Bapak Paskibraka Asal Semarang Jawa Tengah

Mayor H Husein Mutahar, dikenal sebagai Bapak Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka)

Semarang, NU Online Jateng

Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) merupakan pelajar putra dan putri terbaik yang merupakan kader bangsa untuk melaksanakan tugas mengibarkan/menurunkan Duplikat Bendera Pusaka pada upacara peringatan Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dan upacara peringatan Hari Lahir Pancasila baik di tingkat nasional/pusat, provinsi, dan kabupaten/kota.

 

Diketahui, tak semua orang dapat menjadi seorang pasukan pengibar bendera. Mereka harus melalui seleksi yang ketat sebelum resmi menjadi petugas yang mengibarkan Sang Saka Merah Putih di upacara 17 Agustus.

 

Paskibraka, kader pemimpin bangsa yang direkrut dan diseleksi secara bertahap dan berjenjang melalui sistem dan mekanisme pendidikan dan pelatihan yang menanamkan nilai-nilai kebangsaan serta penguatan aspek mental dan fisik agar memiliki kemampuan prima dalam melaksanakan tugas sebagai pasukan pengibar bendera pusaka. 

 

Paskibraka berada dibawah binaan dan asuhan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Republik Indonesia (BPIP RI) 

 

Dikutip dari Indonesia.go.id, kisah terbentuknya Paskibraka tak dapat dilepaskan dari sosok bernama Husein Mutahar, seorang ajudan kepercayaan Presiden Soekarno. Berawal dari peringatan detik-detik Proklamasi ketika Republik ini baru menginjak usia kemerdekaan di tahun kedua. Kala itu, Kota Yogyakarta dijadikan lokasi kegiatan karena situasi Jakarta masih belum aman untuk digelarnya upacara 17 Agustus.

 

Halaman Gedung Agung, Yogyakarta menjadi tempat upacara pengibaran bendera pusaka hasil jahitan Fatmawati. Seperti diutarakan Kukuh Pamuji dalam Komunikasi dan Edukasi di Museum Istana Kepresidenan Jakarta, Bung Karno saat itu memerintahkan Mutahar untuk menyusun rangkaian upacara pengibaran bendera.

 

Perwira Angkatan Laut berpangkat Mayor itu pun berpikir keras demi mewujudkan keinginan Sang Proklamator menjadikan upacara 17 Agustus 1946 berkesan. Idealnya, pengibaran bendera pusaka dilakukan oleh para pemuda dan pemudi dari seluruh Indonesia. Namun, karena situasi darurat kala itu, sangat sulit untuk mewujudkan keinginan tadi.

 

Sebagai gantinya, pria kelahiran Semarang, 5 Agustus 1916 itu menunjuk lima anak muda yang kebetulan ada di Yogyakarta, yakni tiga pemudi dan dua pemuda sebagai petugas pengerek bendera merah putih. Menurutnya, kelima anak muda itu merepresentasikan lima sila dalam Pancasila. Mutahar mendesain sendiri seragam upacara kelima anak muda tadi diinspirasi dari pakaian Presiden Soekarno yang kerap mengenakan jas begaya militer.

 

Kala itu, seragam petugas Paskibraka laki-laki yaitu jas dipadu celana panjang putih dengan kaus dalam corak merah putih sesuai warna bendera Indonesia. Sedangkan petugas Paskibraka putri mengenakan atasan jas serta kaus dalam serupa seperti petugas laki-laki, kemudian memakai rok putih. Kelimanya dipakaikan peci, serupa dengan penampilan Soekarno yang selalu memakai songkok.

 

Upacara berlangsung sukses dan Bung Karno tampak puas dengan penampilan para petugas pengerek bendera pusaka. Ia memuji kerja ajudannya tersebut yang di kemudian hari dikenal sebagai Bapak Paskibraka. Tampilan berpakaian seperti itu untuk petugas pengerek bendera pusaka dipertahankan selama ibu kota negara berada di Kota Gudeg sampai awal tahun 1950.

 

Sejatinya, istilah Paskibraka baru dikenal pada 1973 yang dicetuskan oleh Idik Sulaeman yang tak lain adalah adik Husein Mutahar. Ketika Soeharto menjadi Presiden pada 1967, Mutahar kembali dipercaya untuk menyusun tata cara pengibaran bendera pusaka. Saat itu, bendera pusaka disimpan agar terjaga keasliannya dan digantikan oleh bendera duplikat berbahan sutra. Ia diberi jabatan Direktur Jenderal Urusan Pemuda dan Pramuka, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

 

Saat itu terciptalah pengelompokan terhadap para petugas Paskibraka berdasarkan tugas dan fungsinya. Ada tiga kelompok petugas Paskibraka memakai simbol hari Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Pertama adalah Kelompok 17 berjumlah 25 orang bertugas sebagai pengiring atau pemandu yang dipimpin seorang komandan kelompok.

 

Kemudian Kelompok 8 sebagai pembawa atau inti, terdiri dari delapan anggota Paskibraka dipimpin seorang komandan kelompok serta empat anggota TNI yang memagari di kiri dan kanan barisan. Terakhir ada Kelompok 45 sebagai pengawal terdiri dari 45 anggota TNI atau Polri bersenjata lengkap dibagi dalam empat kelompok dipimpin empat komandan regu pada tiap kelompoknya.

 

Ketiga kelompok inilah yang mengemban tugas besar saat peringatan detik-detik Proklamasi.

 

Selain dikenal sebagai Bapak Paskibraka, Husein Mutahar juga pencipta lagu 17 Agustus Hari Merdeka dan Hymne Syukur.