Taushiyah

Gus Yusuf: Rezeki Sing Barokah Muncul Saka Khidmah lan Ngaji

Rabu, 25 Juni 2025 | 13:00 WIB

Gus Yusuf: Rezeki Sing Barokah Muncul Saka Khidmah lan Ngaji

Gus Yusuf Chudlori saat hadir dalam acara peletakan batu pertama pembangunan Gedung LAZISNU di Semarang.

Semarang, NU Online Jateng 

Pengasuh pondok pesantren Asrama Pelajar Islam (API) Asri Tegalrejo, Magelang, KH Yusuf Chudlori mengingatkan para santri dan alumni pesantren untuk tidak menunda dalam mengamalkan dan menyebarkan ilmu setelah menyelesaikan masa belajarnya. Menurutnya, amal paling utama (afdhalul a'mal) adalah ketika seseorang mengkhatamkan ngaji, lalu memulai kembali, terutama dengan mengajarkannya kepada orang lain.

 

"Jangan terlalu lama menutup kitab setelah pulang dari pesantren. Ilmu itu harus diajarkan. Itu yang akan mendatangkan pahala besar," ujar Gus Yusuf dikutip dari akun YouTubenya. Rabu (25/6/2025)

 

Ia menegaskan, ilmu yang diperoleh selama belajar di pesantren hanyalah sebagian kecil dari keseluruhan proses pengabdian dan perjuangan. Bahkan, jika diibaratkan, hanya sekitar 30 persen dari keseluruhan ilmu yang bisa dimanfaatkan jika tidak diamalkan.

 

Dalam acara pembukaan Pengajian Ahad Kliwon itu, dirinya juga menguraikan bahwa kegiatan mengaji, meskipun termasuk amal shalih, tetap membutuhkan pengelolaan yang terstruktur dan terorganisasi. Sebab, jika tidak tertata, meskipun benar, bisa jadi dikalahkan oleh kebatilan yang rapi dan terorganisir.

 

"Al-haqqu bilā nidhomin qod yaglibuhu al-bāthilu bin nidhōm, kebenaran yang tidak terorganisir bisa saja dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisir," tegasnya.

 

Oleh karena itu, menurutnya, menghidupkan kegiatan mengaji perlu dukungan sistem organisasi yang dimulai dari tingkat paling bawah, yakni ranting di desa-desa, hingga ke tingkat kecamatan, kabupaten, bahkan pusat.

 

“Kegiatan ngaji tidak bisa berdiri sendiri, harus ada yang menaungi, yang mengatur, agar kebermanfaatannya bisa meluas,” tambahnya.

 

Kiai Yusuf juga menjelaskan filosofi nama pesantren ''API' yang didirikan oleh ayahandanya, KH Chudlori. Nama API merupakan singkatan dari Asrama Perguruan Islam, yang memang sejak awal diniatkan sebagai tempat mencetak guru-guru ngaji.

 

“Kenapa namanya tidak pakai bahasa Arab? Supaya mudah disebut dan diingat oleh masyarakat Jawa. Tujuan abah (Kiai Chudlori) mendirikan pesantren ini adalah jelas, yaitu mencetak kader guru ngaji,” paparnya.

 

Menurutnya, pesantren bukan sekadar tempat menimba ilmu agama, tetapi juga tempat untuk membentuk karakter pengabdian. Maka tak heran jika para santri selalu diwasiatkan untuk tetap mengaji dan mengajar setelah pulang ke kampung halaman.

 

“Bukan hanya di Tegalrejo saja. Di semua pesantren juga selalu berpesan: kalau sudah pulang, ngajilah di rumah. Jangan berhenti,” kata A'wan Syuriyah PWNU Jateng ini.

 

Gus Yusuf menekankan bahwa kegiatan mengaji bisa berjalan berdampingan dengan aktivitas lain seperti berdagang, bekerja, atau berkarier. Ia memberi contoh bahwa ngaji bisa dilakukan malam hari setelah siang bekerja, atau pagi hari sebelum aktivitas dimulai.

 

"Silakan berdagang, kerja kantoran, buka usaha, tapi jangan tinggalkan ngaji. Karena barokahnya itu ada di ngajinya. Urusan dunia itu syariat, hakikatnya barokah dari Allah," jelasnya.

 

Ia juga menyarankan agar para alumni tidak langsung pulang setelah tamat mondok. Sebaiknya mereka membantu khidmah di pesantren satu hingga empat tahun, baru setelah itu melanjutkan khidmah di rumah masing-masing.

 

Ngopeni TPQ, mushala, masjid itu bagian dari khidmah. Jangan remehkan. Justru dari khidmah itu, Allah akan cukupkan rezeki, keluarga dijaga dari masalah,” tuturnya.

 

Gus Yusuf mengaku merasa prihatin jika mendengar laporan ada alumni yang enggan berkhidmah di lingkungan sekitarnya hanya karena alasan belum mapan secara ekonomi. Baginya, logika seperti itu harus dibalik.

 

“Saya kadang sedih kalau dengar alumni bilang, ‘Saya masih fokus ekonomi dulu, nanti kalau sudah lancar baru bantu di kampung.’ Jangan begitu. Justru al-khidmah miftahul barokah, khidmah itu kunci keberkahan,” pungkasnya.